Showing posts with label ISPA. Show all posts
Showing posts with label ISPA. Show all posts

29 October 2015

Surat Sepanjang 50 M Untuk Jokowi dari Para Perempuan Jambi



Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Jambi 3 bulan lebih.

Tak kuat dengan kondisi itu, warga Jambi tengah menggalang seribu tanda tangan surat untuk Presiden Jokowi. Panjang surat dinyatakan mencapai 50 meter.

"Ini merupakan bentuk kekesalan kami akan bencana kabut asap yang terus menyusahkan kami dan anak-anak kami," ujar Poppy, Inisiator aksi, Rabu (28/10/2015).
Menurut dia, surat untuk Presiden itu digagas atas inisiatif bersama yang kebanyakan adalah para perempuan di Jambi.

"Ini juga sebagai bentuk protes, pemerintah terkesan lamban, sampai sekarang asap pun belum teratasi," kata dia.

Ia menyatakan, banyak kalangan ibu rumah tangga, pekerja kantor hingga ibu-ibu PNS di Jambi mendukung upaya tersebut.

Kaum ibu, merupakan salah satu warga yang paling terpukul, apalagi ketika melihat anak-anaknya sesak napas karena asap.

Sehingga dari kekesalan mereka, surat yang dibuat dari terpal sepanjang 50 meter tersebut, akan dibubuhi 1.000 tanda tangan dari masyarakat Jambi yang ingin berpartisipasi dalam aksi.

Poppy juga menjelaskan, surat yang nanti akan tertanda tangani oleh 1.000 tanda tangan akan segera dikirim ke Presiden Jokowi.

"Kita targetkan sore ini akan mendapat 1.000 tanda tangan tersebut, nah kalau sudah lengkap segera kita kirim sore ini ke istana negara ditujukan kepada Presiden Jokowi," singkatnya

http://jambi.tribunnews.com/2015/10/28/newsvideo-surat-sepanjang-50-m-untuk-jokowi-dari-para-perempuan-jambi
* www.ayojambi.com/

26 October 2015

Langit Kota Jambi Menguning

Langit di atas Kota Jambi menguning. Akibat pekatnya kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi, Senin (26/10), langit di Kota Jambi bewarna kuning, yang berakibat berkurangnya jarak pandang [Pesan saya kepada Yth Presiden RI].

Sejak Senin pagi Kota Jambi memang telah diselimuti kabut asap. Bahkan siswa sekolah mesti dipulangkan lebih awal akibat pekatnya kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan.
Pantauan Tribunjambi.com di Jalan Hayam Wuruk, Jelutung, Kota Jambi kendaraan yang lalu lalang mesti menghidupkan lampu kendaraannya akibat minimnya jarak pandang.

"Masya Allah, langitnya bewarna kuning, gelap. Sepertinya ini karena kabut asap yang semakin pekat," kata Arif satu diantara warga.

"Kok jadi kuning begini, jadi seram nian," kata warga lain.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi bahkan mencatat jarak pandang di Kota Jambi tercatat hanya 200 meter sejak pagi tadi, meski sempat naik menjadi 400 meter.

http://jambi.tribunnews.com/2015/10/26/masya-allah-langit-kota-jambi-menguning
* www.ayojambi.com/

Kebanyakan Hirup Asap Bisa Bikin Stres

Sudah lebih dari dua bulan, jutaan warga di Sumatera dan Kalimantan terpapar asap akibat terbakarnya hutan dan lahan. Kabut asap adalah ancaman serius bagi kesehatan seluruh organ tubuh [Pesan saya kepada Yth Presiden RI].

Asap bisa mengiritasi salaput lendir di hidung, mulut, dan tenggorokan, menimbulkan radang, dan memunculkan reaksi alergi.
Asap kebakaran juga menimbulkan infeksi, mulai dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga pneumonia atau radang paru.

"Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi juga berkurang sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi," jelas Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P Senin (7/9/2015).

Asap memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru kronis, seperti bronkitis atau paru obstruktif kronik.
Menurut Tjandra, kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.

"Berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati, ginjal juga dapat saja memburuk. Sebab, dampak tidak langsung kabut asap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stres," ungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan ini.

Untuk mengurangi dampak buruk kabut asap, khususnya pada bayi, ibu hamil, orang lanjut usia, anak-anak, dan pengidap penyakit kronis, Menteri Kesehatan Nila F Moelok meminta pemerintah daerah menyediakan rumah singgah (shelter).

Dalam shelter tersebut, kondisi udara diatur dengan adanya penjernih udara. Kementrian Kesehatan juga mengirimkan tenda isolasi ke Palangkaraya, Kalimantan.

Rumah singgah dan tenda isolasi tersebut menjadi lokasi evakuasi bagi warga yang tidak bisa berlindung di rumah mereka sendiri dari kabut asap.

http://jambi.tribunnews.com/2015/10/26/kebanyakan-hirup-asap-bisa-bikin-stres
* www.ayojambi.com/

Kabut Asap Menyebar Luas, Tinggal Daerah ini yang Belum Terkena Asap

Sebaran asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menyebar luas.

Sebaran asap sangat tergantung pada arah angin. Berdasarkan pantauan satelit Himawari dari BMKG pada Minggu (25/10/2015) pukul 08.30 Wib, lebih dari tiga per empat wilayah Indonesia tertutup asap tipis hingga tebal [Pesan saya kepada Yth Presiden RI].
Hanya Jawa Tengah, DIY, sebagian Jawa Timur, NTT, Sulut, Maluku Utara dan bagian utara Papua saja yang tidak tertutup asap.

Asap tebal masih mengepung beberapa daerah. Pada pukul 09.00 Wib, jarak pandang di Padang 200 m berasap, Pekanbaru 1.000 m berasap, Jambi 900 m berasap, Palembang 200 m berasap, Pontianak 800 m berasap, Ketapang 200 m berasap, Palangkaraya 100 m berasap, dan Banjarmasin 400 m berasap.

"Pasokan asap dari hotspot juga masih besar. Hotspot pantauan satelit Terra & Aqua pada Minggu pagi ada 1.187 hotpsot. Kualitas udara (PM10) di Pekanbaru 570 berbahaya, Jambi 518 Berbahaya, Palembang 325 Sangat Tidak Sehat, Pontianak 169 Tidak Sehat, Banjarbaru 73 Sedang, Samarinda 147 Sedang, dan Palangkaraya 1.511 Berbahaya. Hampir dua bulan lamanya warga di Riau, Jambi dan Palangkaraya terkepung asap level Berbahaya," kata Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam rilisnya, Minggu (25/10/2015).

Sesungguhnya asap tipis di menutup langit Jakarta sudah berlangsung sejak Jumat (23/10/2015) hingga sekarang. Partikel halus dari asap tipis ini melayang di atmosfer pada ketinggian sekitar 1.000-3.000 meter. Pada pagi hari kelihatan lebih tebal karena bercampur dengan kabut atau uap air.

Masyarakat tidak ada yang perlu khawatir dengan adanya sebaran asap tipis dari kebakaran hutan dan lahan tersebut. Sifatnya temporer, yang mudah berubah setiap saat tergantung pada arah dan kecepatan angin. Kualitas udara di Jakarta saat ini masih normal hingga sedang. Justru asap kendaraan bermotor yang lebih berbahaya bagi kesehatan.

http://jambi.tribunnews.com/2015/10/26/kabut-asap-menyebar-luas-tinggal-daerah-ini-yang-belum-terkena-asap
* www.ayojambi.com/

Surat Terbuka Warga Riau Untuk Menkes: "Bu Menteri, ini soal nyawa lho!"

Kepada Yth: Menkes Nila F Moeloek

Selamat pagi Bu Menteri Kesehatan. Sehatkan? Bagaimana udara rumah Ibu di Jakarta sana? Pasti segar ya.

Sedari kecil saya dididik orang tua untuk selalu berkata santun dan sopan. Tapi apa yang Ibu katakan tentang kami para korban asap, sungguh sudah keterlaluan! Kebangetan! Gak punya perasaaan!
Sudah dua kali Ibu Menteri menyakiti hati kami.

Pertama, saat Ibu mengatakan bahwa kualitas udara di Riau masih belum berbahaya. Padahal beberapa hari sebelumnya, BNPB menyatakan bahwa kualitas udara kami sudah jauh melewati level berbahaya. Bagaimana bisa seorang Menkes tidak mendapat informasi valid kesehatan suatu Provinsi, apalagi menyangkut ancaman kesehatan bagi 6,3 juta manusia yang ada di dalamnya. Bu Menteri, kami sedang setengah mati di sini, tapi engkau seperti setengah hati di sana.

Beberapa hari kemudian Ibu meralat pernyataan. Kemudian mengakui bahwa kualitas udara Riau sudah berbahaya dan langsung mengirim bantuan obat-obatan. Pernyataan itu sangat telat namun kami coba memaafkan.

Tapi kemarin, kenapa Ibu mengeluarkan pernyataan bodoh lagi. Ibu mengatakan bahwa masker yang paling tepat penggunaannya saat asap adalah masker biasa. Itu lho, yang warnanya hijau dan harganya seribu perak. Bukan jenis N95.

Apakah Ibu pernah mencoba, memakai masker hijau ketika partikel asap sampai jelas nyata terlihat depan mata? Sakit Bu! Sakitnya sampai ke paru-paru saat asap menyelinap masuk dari masker hijau itu. JELAS masker itu bukan standart saat kualitas udara sudah merusak seperti saat ini.

Lalu mengapa dari kemarin-kemarin, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan banyak pakar kesehatan, merekomendasikan masker N95 saat terjadi bencana? Bagaimana bisa statment para ahli, yang menyangkut keselamatan banyak nyawa, bisa saling berbeda.

Bu Menteri, ini soal nyawa lho! Tolong jangan bercanda. Kalau Ibu selaku pemerintah tak sanggup memberikan kami masker standart bencana, ngaku aja! Jangan berdalih dengan statment membodohi.

Tapi itu bukan kalimat paling menyakitkan. Ini Bu, saya kutip dari salah satu portal berita, kalimat dari b*c*tmu itu:

''Dijelaskan Nila, penggunan masker N95 lebih tepat pada saat terjadi bencana atau kejadian luar biasa,''.

Astaga Bu Menkes, apakah 57 ribu nyawa rakyat Riau yang sudah bertumbangan ini, belum cukup membuka mata hatimu?!? Apakah engkau punya cucu Bu, yang harus termengap-mengap mencari udara segar setiap saat? Apakah engkau pernah, akan tidur dan bangun tidur, harus berdamai dengan asap yang ada di mana-mana? Apakah engkau pernah, merasakan 24 jam, siang dan malam, hanya menghirup asap! asap! dan asap!

Statmentmu begitu santai Bu Menteri. 'Rakyat kalo ada asap, masuk rumah ya'. Kalo cuma itu, ketua RT kami pun biasa ngomong begitu, tapi Ibu itu sekelas Menteri Lho....! *Saya gagal paham.

Ayolaaaaah Bu, anda itu seorang Menteri Kesehatan. Bahkan tugas dalam sumpah jabatan, Anda bertanggungjawab menjaga kesehatan setiap warga negara Indonesia. Kami tidak sedang sakit Bu, tapi sudah sekarat karena azab asap. Bukan sehari dua hari, ini sudah lebih dua bulan!

Pernyataan Anda seolah ingin menutup kebobrokan pelayanan kesehatan selama Riau ditetapkan tanggap darurat bencana. Tapi mengapa harus mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hati rakyat Bu?

Bu Menteri, jelaskan kepada kami, saat rakyat ingin berobat karena asap, mengapa tenda-tenda penanganan darurat bencana, ada di lapangan terbuka. Hellloooooo Bu Menteri, kita sedang menghadapi asap, bukan gempa. Asap masuk ke tenda-tenda. Gak layak Bu. Gak layak!

Jelaskan pada kami, bagaimana bisa obat kadaluarsa diberikan kepada korban asap? Mengapa untuk rawat inap pasien terdampak asap, masih dipungut bayaran? Mengapa tidak ada woro-woro tentang bahayanya partikel asap, sehingga anak-anak yang tidak sekolah, justru berkeliaran di jalan-jalan. Mereka sedang mengantar nyawa.

Bu Menkes, Anda itu seorang Menteri Kesehatan. Pernahkah anda mengunjungi korban-korban di lokasi bencana asap?? Ini sudah lebih dua bulan anak-anak kami tidak sekolah. Puskesmas kami diserbu pasien. Bayi-bayi, anak-anak, orang tua lanjut usia dan kami semua yang ada di Riau, harus hidup dalam udara berkualitas berbahaya. Tidak adakah terketuk pintu hatimu, untuk mengunjungi kami di sini?

Ayolah Bu, datanglah ke Riau. Kalau Ibu tak ada uang, biarlah saya bayarkan. Saya yakin Bu, banyak sekali rakyat Riau bersedia membayarkan tiket Ibu. Tapi tolong, nanti jangan tinggal di hotel ya Bu. Mari coba sesekali hirup asap bersama kami di sini dan silahkan pakai masker kuemu yang warna hijau itu. Rasakan rasanya!

Bu Menkes, masyarakat di luar sana, pasti akan mengatakan kami lebay menghadapi bencana ini. Bayangkan saja, saat kami teriak-teriak meminta masker standart bencana dan mengabarkan bagaimana sakitnya menghirup partikel asap ini berhari-hari, Anda yang seorang Menteri Kesehatan dengan entengnya berkata ''Asap belum berbahaya dan maskernya cukup biasa saja, toh ini belum bencana luar biasa,''.

B*c*tmu BUuuuuu oh Buuuuuuu....Saya tak habis pikir, bagaimana bisa b*c*t seorang menteri kesehatan sekeji itu ?!?!?

Semoga Allah Swt selalu memberimu sehat Bu Menteri.

Salam
Afni Zulkifli, Ibu dari seorang Putri berusia 3,5 tahun
087780483113-085263990785

http://www.pkspiyungan.org/2015/10/surat-terbuka-warga-riau-untuk-menkes.html?m=1

08 October 2015

Presiden Jokowi Kembali Tunda Ke Jambi

JAMBI, ayojambi.com - Kedatangan presiden RI, Jokowi ke Jambi ditunda kembali. Penundaan ini dikarenakan kondisi Jambi masih diselimuti pekatnya kabut asap.
Sejumlah persiapan dilakukan, Presiden Joko Widodo kembali batal melakukan kunjungan kerja ke Jambi. Pernyataan resmi disampaikan langsung Kepala Bidang Media dan Analisis Berita Kantor Sekretaris Negara, Yudhi Wijayanto kepada sejumlah jurnalis di Bandara Sultan Thaha Jambi di dampingi Kapenrem 042/gapu, Mayor Inf Imam Syafei, kamis (8/10) siang.

Dari padang, Presiden beserta rombongan akan menggunakan helikopter super puma menuju Bandara Sultan Thaha Jambi. Presiden beserta rombongan akan menempuh jarak sekitar 1,5 jam dari Sumatera Barat.

Selanjutnya dari bandara Jokowi akan mengunjungi posko satgas karhutlah dan kabut asap dan ke lokasi kebakaran hutan dan lahan di Desa Manis Mato, Kabupaten Muaro Jambi Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.. (Romy)

08 September 2015

Beredar surat protes kepada Presiden Jokowi di Riau

Merdeka.com - Beredar surat di media sosial melalui broadcast yang menyatakan protes atas ketidakpedulian pemerintahan pusat terhadap kondisi Riau yang sudah terlalu parah diselimuti asap. Dalam pesan berantai itu, masyarakat Riau menilai Presiden Joko Widodo terlalu sibuk mengurus konflik internal Istana, padahal kabut asap sudah sangat menyengsarakan Riau, ditambah lagi harga sawit dan karet yang merupakan mata pencaharian warga anjlok drastis.
Tidak jelas siapa yang pertama mengirim pesan berantai itu. Yang jelas broadcast nada protes itu kini sudah menyebar dari ponsel ke ponsel.

Pantauan merdeka.com, Kamis (3/9) pesan berantai itu juga masuk ke grup BBM wartawan. Dan keberadaannya terus menyebar.

Berikut pesan berantas bernada protes kepada presiden Jokowi tersebut:

SURAT RIAU UNTUK INDONESIA
dear Yth. presiden RI bapak Joko Widodo.
Titik api di sekitar kami bukanlah simbol kemarahan Allah, tapi simbol keserakahan dan bukti ketidakpedulian negara terhadap daerah. Bapak mau kesini sekarang ? bandara ditutup pak, lagipun tak ada anak sekolah ynag menyambut bapak, sekolah di liburkan.

Mau menempuh jalan darat? bahaya pak, asap tebal tidak bagus untuk kesehatan bapak dan ibu Iriana. Biarkan saja seperti ini agar Riau menjadi lahan sawit dan bisa ditanam tanaman industri, kami ikhlas mati pelan-pelan karena ISPA, karena ketidakberdayaan kami di sini. Kami pasrah, mungkin ini kehendak Allah.

Bagi saudara/i kami di daerah lain, kami sangat berterima kasih atas doa yang selalu kalian panjatkan, mohon maaf karena kiriman asap Riau kelian jadi terganggu. Berita dari berbagai media katanya Pekanbaru sudah tidak layak huni lagi karena 5% udara yg bersih yang bisa di hirup. Innalillah ~..Pray for Riau..

Pemerintah pusat sudah tidak peduli pada kami. Hari ini puncaknya 6 juta rakyat Riau terkena kanker paru-paru, terutama anak-anak. Sepertinya lebih peduli pada kekisruan internal ditubuh istana dari pada nasib 6 juta rakyat Riau.
Padahal Riau salah satu penyumbang devisa terbesar negara. Tolong sebarkan karena media TV dan Koran tidak banyak memberitakan, terlalu sibuk dengan pemberitaan kepentingan pribadi dan kelompok semata didalam istana.
Belum lagi usai bencana asap kami sudah dihadapkan lagi pada menurunnya hasil pertanian karet dan sawit yang ditambah harga penjualan nya yang menurun derastis sampai titik terparah.

Semoga pemerintahan pusat dan daerah bisa melihat sedikit bencana yang kami hadapi dan memberikan solusi jalan keluarnya. Hanya doa yg bisa kami harapkan, sebelum rakyat Riau mati pelan-pelan & lari disini

#anak bangsa yang sengsara
http://www.merdeka.com/peristiwa/beredar-surat-protes-kepada-presiden-jokowi-di-riau.html