Showing posts with label 和尚. Show all posts
Showing posts with label 和尚. Show all posts

01 July 2016

佛教僧人及沙弥在占碑千年佛塔静坐禅修


 
 
2016年6月20日,10多位来自 Manikaya佛教理事会7位僧人,从早至晚上,在占碑千年佛塔 群遗址其中之Candi Tinggi,和Candi Gumpung,举行诵经念佛,,围绕佛寺走一圈,坐禅进修活动.
  占碑的佛塔早在公元664年唐朝就已建设,成为室利威查雅王朝国王祭拜的重地。
  印尼国家历史文物研究中心在1981年开始对其遗址进行调查研究,发现约有80处佛塔遗址被埋于地下,此后陆续对4个遗址进行挖掘,
  显示出这是印尼古代马来王朝在亚洲的一所最大型的佛教学府,占地2612公顷,因为是学府,其建筑格式与日惹的婆罗浮屠完全不同,其中包括了师生的生活区和祭拜区。
  关爱占碑佛塔群学会组织创办人蔡邦胜居士,对占碑佛塔遗址,他做了大量的工作及宣传等活动,并也使佛塔群一带民间的生计激活了起来,此外促使了也海内外的考古专家到这里进行考察等活动.他对弘扬占碑佛塔遗址,功不可没.
本报记者明光报道Romy供图.

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20160701/275570.shtml
* www.ayojambi.com/

22 June 2016

Peserta Pabbajja Semanera Melepas Jubah


JAMBI, Ayojambi.com – Setelah menjalani pelatihan yang diberikan Bhikkhu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) yang dipimpin Guru Besar Acara Pabbajja yakni Bhante Upajjaya. Ketua Acara Pabbajja Samanera sementara di Maha Cetiya Oenang Hermawan, Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi dari tanggal 12 sampai 22 Juni 2016 [Lihat ALbum: Samanera Melepas Jubah].
Selama mengikuti latihan para peserta berkewajiban mengikuti peraturan layaknya hidup sebagai seorang Bhikkhu seperti hidup secara mandiri, mulai dari nginap di cetiya/vihara, bangun pagi membersihkan tempat tidur, mandi, makan, cuci piring, cuci pakaian, bersihkan kamar mandi, mengepel lantai cetiya, semua itu mereka lakukan sendiri.

Pada siang tadi (22/6-2016) secara resmi acara Pabbajja Samanera ditutup oleh Bhikkhu Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) dengan melepasan Jubah Samanera, dengan pelepasan jubah Samanera, maka secara resmi mereka (peserta Pabbajja Samanera) kembali sebagai masyarakat biasa.

Kegiatan Pabbajja Samanera ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi diikuti 11 orang peserta, dari usia terkecil 8 tahun dan usia tertua 58 tahun.

Acara berjalan lancar yang diisi dengan puja, kelas, meditasi, bhaakti sosial dan meditasi.

Upacara pelepasan diwarnai dengan kesan-pesan mengenai manfaat-manfaat pabajja serta kesan-kesan dari orangtua maupun wali peserta. ”Sebelum mengikuti Pabbaja Samanera ini, peserta harus mendapat persetujuan keluarga maupun wali dengan catatan peserta berbadan sehat. pasalnya, kehidupan yang dijalani peserta selama 10 hari seperti para Bhikkhu umumnya mulai dari puasa serta meninggalkan semua yang bersifat keduniawian.”

Menurut ibu Alfredick Louis, Suryanti Lo pabbajja adalah kegiatan yang positif untuk membimbing anak agar bisa hidup mandiri dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dalam ajaran sang Buddha. Ujar Suryanti Lo. (Romy) * www.ayojambi.com/

Bhikkhu dan Samanera Meditasi di Candi Muaro Jambi

JAMBI, Ayojambi.com – Salah satu agenda pembinaan terhadap Samanera (calon bhikkhu) dari Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi adalah melakukan meditasi. Lokasi meditasi adalah candi bekas tempat pendidikan para Bhikkhu, yaitu itu Candi Muaro Jambi yang terletak di Desa Muara Jambi, Keca¬matan Marosebo, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Kompleks Percandian Muara Jambi merupakan percandian peninggalan agama Buddha terluas di Indonesia, dengan luas sekitar 12 kilometer persegi. Candi yang dipercaya sebagai peninggalan budaya abad XI ini pertama kali ditemukan tentara Inggris sekitar 1820. Kawasan percandian Muarojambi ini diperkirakan dulunya merupakan pusat pembelajaran agama Budha di dunia dan juga budaya secara luas, termasuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.

Sebelum meditasi di Candi Gumpung, para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Muaro Jambi merupakan tempat suci bagi umat Buddha, Senin, 20 Juni 2016. acara diawali menggeliling Candi Tinggi sambil membaca Parita sebanyak 3 putaran, setelah itu mereka lakukan hal yang sama ditingkat atas.

Selanjutnya para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Gumpung yang tidak jauh dari Candi Tinggi, meditasi dilakukan sampai malam hari.

Candi merupakan tempat pendidikan para Bhikkhu.
Candi Muaro Jambi merupakan buktinya, bahwa istimewa Candi Muaro Jambi. Dahulu kala digunakan sebagai tempat pendidikan Bhikkhu untuk mendalami ajaran Buddha. (Romy)* www.ayojambi.com/

20 June 2016

Dharmasanti Waisak 2560TB Diakhiri Pelepasan Lampion Harapan

JAMBI, Ayojambi.com – Puncak perayaan Dharmasanti Waisak 2560 diselenggara oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi yang digelar di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Minggu (19/6). Acara yang dimulai pukul 18.00 WIB dihadiri ratusan umat Buddha [Lihat Gambar: Dharmasanti Waisak 2560/TB].

Perayaan Dharmasanti, merupakan rangkaian terakhir Hari Waisak, yang diselenggarakan oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi setiap tahunnya.
Menurut panitia, Bahwa kegiatan ini baru kali pertama dilaksanakan di Maha Cetiya Oenang Hermawan bertepatan dengan Pabbajja Samanera (Pelatihan Menjadi Bhikkhu) yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.

Selain itu, Minggu (19/6) pagi, 12 Bhikkhu dan 11 Samanera melakukan Pindapatta keliling kota Jambi dengan berjalan kaki sepanjang 4KM. Mereka menjalani salah satu tradisi yang disebut Pindapatta yang didahului oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa Patta (mangkok makanan) untuk menerima persembahan dana makanan, obat2an, amplop merah berisi uang (angpao) dari umat sepanjang jalan guna menunjang kehidupan mereka.

Seusai mengikuti serangkaian acara Dharmasanti Waisak, umat mengikuti Bhakte (Bhikkhu) untuk melepaskan Lampion Harapan di Langit Kota Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/

19 June 2016

Pindapatta, Melatih Diri Menghargai Pemberian Orang

JAMBI, Ayojambi.com - Minggu pagi (19/6) ke sebelasan peserta Pabbajja Samanera kembali menjalani ujian berjalan di bawah terik matahari tanpa alas kaki sejauh lebih kurang 4 kilometer, mereka berjalan kaki tanpa mengunakan alas kaki bersamaan dengan para Bhikkhu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) Pusat [Lihat Gambar : Cetiya OenangHermawan Jambi Adakan Pindapatta].
Mereka menjalani salah satu tradisi yang disebut Pindapatta yang didahului oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa Patta (mangkok makanan) untuk menerima persembahan dana makanan, obat2an, amplop merah berisi uang (angpao) dari umat sepanjang jalan guna menunjang kehidupan mereka.

Mereka keluar dari Maha Cetiya Oenang Hermawan dengan berjalan kaki menelusuri jalan HMO Bafadha, simpang Royal, jalan Gajah Mada, jalan Gatot Subroto, jalan Veteran, Dr. Wahidin, terus ke jalan Mr. M. Roem, Dr. Sam Ratulangi, selanjutnya melintasi Raden Matthaher dan kembali ke Maha Cetiya Oenang Hermawan.
Sepanjang jalan umat yang ingin berdana telah menyiapkan dananya yang akan diberikan kepada Bhikkhu dan Samanera. Kemudian dana berupa makanan ,buah-buahan dan lain-lain) dimasukkan kedalam patta para Bhikkhu/ Samanera.

Makanan yang campur aduk itulah yang akan dimakan oleh para Bhikkhu dan Samanera setelah mereka kembali ke cetiya, tanpa merasa jijik atau tidak suka pada makanan yang diberikan oleh umat, bagi seorang Bhikkhu dan Samanera makanan itu hanyalah untuk kelangsungan hidup, bukan untuk kenikmatan.

Darma Pawarta Oenang (Hasan) peserta Pabbajja Samanera, menjelaskan, Pindapatta merupakan tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun silam. Pada hari tertentu, para Bhikkhu melatih diri dengan cara menjalani kehidupan sehari-hari secara sederhana, belajar menghargai pemberian orang lain, menyadari bahwa hidup ini adalah bergantung satu sama lain. Mereka juga melatih kesadaran serta merenungkan fungsi utama makan adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, bukan mencari kenikmatan dunia. (Romy)
* www.ayojambi.com/