JAMBI – Sebanyak 8 Bhiksu asal negara Gajah Putih (Thailand), Minggu melakukan Pindapatta start mulai dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam, Rt. 10 Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (14/5-2017) pagi pukul 08.00, mereka iring-iringan tanpa menggunakan alas kaki, kedelapan belas bhikku dan Samanera yang memakai jubah warna cokelat, diikuti puluhan pemuda-pemudi berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.
Showing posts with label Pindapatta. Show all posts
Showing posts with label Pindapatta. Show all posts
14 May 2017
8 Bhikku Berjalan Kaki Keliling Kota Jambi
JAMBI – Sebanyak 8 Bhiksu asal negara Gajah Putih (Thailand), Minggu melakukan Pindapatta start mulai dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam, Rt. 10 Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (14/5-2017) pagi pukul 08.00, mereka iring-iringan tanpa menggunakan alas kaki, kedelapan belas bhikku dan Samanera yang memakai jubah warna cokelat, diikuti puluhan pemuda-pemudi berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.
17 October 2016
Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi Rayakan Kathina 2560 BE
JAMBI, Ayojambi.com – Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi menggelar Pindapatta Minggu Pagi (16/10) tersebut diikuti oleh puluhan umat Buddha di kota Jambi. Mulai pukul 08.30 WIB, umat Buddha kota Jambi sudah berkumpul membentuk barisan tepat dihalaman cetiya yang berada di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Masing masing mereka memegang bingkisan berupa berbagai kebutuhan pokok Bhikkhu Sangha [Lihat Foto: Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi Rayakan Kathina 2560 BE].
Lalu, Bhikku yang berasal dari Thailand keluar dari Cetiya sambil membawa patta. Umat yang hadirpun lalu memasukkan bingkisan yang mereka bawa ke dalam patta. Ini merupakan merupakan tradisi yang dilakukan oleh Buddha dan murid Buddha
sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan hingga saat ini.
Pindapatta yang digelar oleh Cetiya Oenang Hermawan kali ini merupakan rangkaian ritual perayaan hari raya Kathina Puja 2560 BE/ 2016, salah satu acara yang digelar adalah pindapatta yang merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh para Bhikkhu pada hari Kathina. Ini karna menjelang hari Kathina, Bhikkhu Sangha harus melewati masa Vassa selama tiga bulan. Setelah berhasil melalui masa Vassa, barulah para Bhikku melakukan pindapatta yang bertujuan untuk memperoleh jubah baru. Ini merupakan ritual yang selalu dilakukan oleh Bhikku Sangha setiap tahun pada hari Kathina,”ujar Hasan, ketua pengurus Maha Cetiya Oenang Hermawan disela sela
kesibukannya kemarin (16/10-2016).
Umat yang datang bebas untuk memberikan dana. Bisa berupakan berbagai kebutuhan Bhikku seperti jubah, obat obatan, makanan, minuman hingga angpao yang nantinya digunakan oleh Bhikkhu dalam kehidupan sehari hari mereka.
Para Bhikkhu yang hadir sebagian besar telah fasih menggunakan bahasa Indonesia. Ini karna sebagian besar mereka berdiam diri di Vihara-Vihara yang ada di Indonesia. (Romy)
* www.ayojambi.com/
sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan hingga saat ini.
Pindapatta yang digelar oleh Cetiya Oenang Hermawan kali ini merupakan rangkaian ritual perayaan hari raya Kathina Puja 2560 BE/ 2016, salah satu acara yang digelar adalah pindapatta yang merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh para Bhikkhu pada hari Kathina. Ini karna menjelang hari Kathina, Bhikkhu Sangha harus melewati masa Vassa selama tiga bulan. Setelah berhasil melalui masa Vassa, barulah para Bhikku melakukan pindapatta yang bertujuan untuk memperoleh jubah baru. Ini merupakan ritual yang selalu dilakukan oleh Bhikku Sangha setiap tahun pada hari Kathina,”ujar Hasan, ketua pengurus Maha Cetiya Oenang Hermawan disela sela
kesibukannya kemarin (16/10-2016).
Umat yang datang bebas untuk memberikan dana. Bisa berupakan berbagai kebutuhan Bhikku seperti jubah, obat obatan, makanan, minuman hingga angpao yang nantinya digunakan oleh Bhikkhu dalam kehidupan sehari hari mereka.
Para Bhikkhu yang hadir sebagian besar telah fasih menggunakan bahasa Indonesia. Ini karna sebagian besar mereka berdiam diri di Vihara-Vihara yang ada di Indonesia. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Bhiksu Pindapatta Keliling Kampung
JAMBI, Ayojambi.com – Hari Minggu yang cerah, puluhan umat Buddha telah berkumpul sejak pukul 8 pagi di Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mereka berkumpul untuk mengadakan pindapatta menyambut Hari Raya Kathina 2560 BE/ 2016 mereka telah berdatangan sejak pukul 07.00 di Maha Cetiya Oenang Hermawan untuk berdana kepada bhikkhu sangha agung [Lihat Foto: Bhiksu Pindapatta Keliling Kampung].
Para Bhikku Thailand membawa patta yang dalam bahasa India adalah Pali, yang berarti mangkuk dengan menyusuri halaman kampung-kampung untuk menerima dharma berupa makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari dari umat di sepanjang jalan, 4 Bhiksu menerima pemberian beragam keperluan dari umat (16/10-2016).
Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan dibawah teriknya sinar matahari dengan kaki telanjang, namun wajah mereka terlihat sabar terpancar dari para bhikku sepanjang jalan menyusuri jalan-jalan sambil menenteng patta (sejenis mangkok), sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng baskom.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) tengah melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
Sampai berita ini diturunkan, pindapattan masih berlangsung di kawasan Pasar Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan dibawah teriknya sinar matahari dengan kaki telanjang, namun wajah mereka terlihat sabar terpancar dari para bhikku sepanjang jalan menyusuri jalan-jalan sambil menenteng patta (sejenis mangkok), sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng baskom.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) tengah melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
Sampai berita ini diturunkan, pindapattan masih berlangsung di kawasan Pasar Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
01 July 2016
佛教僧人及沙弥在占碑千年佛塔静坐禅修
2016年6月20日,10多位来自 Manikaya佛教理事会7位僧人,从早至晚上,在占碑千年佛塔 群遗址其中之Candi Tinggi,和Candi Gumpung,举行诵经念佛,,围绕佛寺走一圈,坐禅进修活动.
占碑的佛塔早在公元664年唐朝就已建设,成为室利威查雅王朝国王祭拜的重地。
印尼国家历史文物研究中心在1981年开始对其遗址进行调查研究,发现约有80处佛塔遗址被埋于地下,此后陆续对4个遗址进行挖掘,
显示出这是印尼古代马来王朝在亚洲的一所最大型的佛教学府,占地2612公顷,因为是学府,其建筑格式与日惹的婆罗浮屠完全不同,其中包括了师生的生活区和祭拜区。
关爱占碑佛塔群学会组织创办人蔡邦胜居士,对占碑佛塔遗址,他做了大量的工作及宣传等活动,并也使佛塔群一带民间的生计激活了起来,此外促使了也海内外的考古专家到这里进行考察等活动.他对弘扬占碑佛塔遗址,功不可没.
本报记者明光报道Romy供图.
http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20160701/275570.shtml
* www.ayojambi.com/
22 June 2016
Bhikkhu dan Samanera Meditasi di Candi Muaro Jambi
JAMBI, Ayojambi.com – Salah satu agenda pembinaan terhadap Samanera (calon bhikkhu) dari Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi adalah melakukan meditasi. Lokasi meditasi adalah candi bekas tempat pendidikan para Bhikkhu, yaitu itu Candi Muaro Jambi yang terletak di Desa Muara Jambi, Keca¬matan Marosebo, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Kompleks Percandian Muara Jambi merupakan percandian peninggalan agama Buddha terluas di Indonesia, dengan luas sekitar 12 kilometer persegi. Candi yang dipercaya sebagai peninggalan budaya abad XI ini pertama kali ditemukan tentara Inggris sekitar 1820. Kawasan percandian Muarojambi ini diperkirakan dulunya merupakan pusat pembelajaran agama Budha di dunia dan juga budaya secara luas, termasuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Sebelum meditasi di Candi Gumpung, para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Muaro Jambi merupakan tempat suci bagi umat Buddha, Senin, 20 Juni 2016. acara diawali menggeliling Candi Tinggi sambil membaca Parita sebanyak 3 putaran, setelah itu mereka lakukan hal yang sama ditingkat atas.
Selanjutnya para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Gumpung yang tidak jauh dari Candi Tinggi, meditasi dilakukan sampai malam hari.
Candi merupakan tempat pendidikan para Bhikkhu.
Candi Muaro Jambi merupakan buktinya, bahwa istimewa Candi Muaro Jambi. Dahulu kala digunakan sebagai tempat pendidikan Bhikkhu untuk mendalami ajaran Buddha. (Romy)* www.ayojambi.com/
Sebelum meditasi di Candi Gumpung, para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Muaro Jambi merupakan tempat suci bagi umat Buddha, Senin, 20 Juni 2016. acara diawali menggeliling Candi Tinggi sambil membaca Parita sebanyak 3 putaran, setelah itu mereka lakukan hal yang sama ditingkat atas.
Selanjutnya para Bhikkhu dan Samanera melakukan meditasi di Candi Gumpung yang tidak jauh dari Candi Tinggi, meditasi dilakukan sampai malam hari.
Candi merupakan tempat pendidikan para Bhikkhu.
Candi Muaro Jambi merupakan buktinya, bahwa istimewa Candi Muaro Jambi. Dahulu kala digunakan sebagai tempat pendidikan Bhikkhu untuk mendalami ajaran Buddha. (Romy)* www.ayojambi.com/
20 June 2016
Dharmasanti Waisak 2560TB Diakhiri Pelepasan Lampion Harapan
JAMBI, Ayojambi.com – Puncak perayaan Dharmasanti Waisak 2560 diselenggara oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi yang digelar di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Minggu (19/6). Acara yang dimulai pukul 18.00 WIB dihadiri ratusan umat Buddha [Lihat Gambar: Dharmasanti Waisak 2560/TB].
Perayaan Dharmasanti, merupakan rangkaian terakhir Hari Waisak, yang diselenggarakan oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi setiap tahunnya.
Perayaan Dharmasanti, merupakan rangkaian terakhir Hari Waisak, yang diselenggarakan oleh Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi setiap tahunnya.
Menurut panitia, Bahwa kegiatan ini baru kali pertama dilaksanakan di Maha Cetiya Oenang Hermawan bertepatan dengan Pabbajja Samanera (Pelatihan Menjadi Bhikkhu) yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.
Selain itu, Minggu (19/6) pagi, 12 Bhikkhu dan 11 Samanera melakukan Pindapatta keliling kota Jambi dengan berjalan kaki sepanjang 4KM. Mereka menjalani salah satu tradisi yang disebut Pindapatta yang didahului oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa Patta (mangkok makanan) untuk menerima persembahan dana makanan, obat2an, amplop merah berisi uang (angpao) dari umat sepanjang jalan guna menunjang kehidupan mereka.
Seusai mengikuti serangkaian acara Dharmasanti Waisak, umat mengikuti Bhakte (Bhikkhu) untuk melepaskan Lampion Harapan di Langit Kota Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Selain itu, Minggu (19/6) pagi, 12 Bhikkhu dan 11 Samanera melakukan Pindapatta keliling kota Jambi dengan berjalan kaki sepanjang 4KM. Mereka menjalani salah satu tradisi yang disebut Pindapatta yang didahului oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa Patta (mangkok makanan) untuk menerima persembahan dana makanan, obat2an, amplop merah berisi uang (angpao) dari umat sepanjang jalan guna menunjang kehidupan mereka.
Seusai mengikuti serangkaian acara Dharmasanti Waisak, umat mengikuti Bhakte (Bhikkhu) untuk melepaskan Lampion Harapan di Langit Kota Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
19 June 2016
Pindapatta, Melatih Diri Menghargai Pemberian Orang
JAMBI, Ayojambi.com - Minggu pagi (19/6) ke sebelasan peserta Pabbajja Samanera kembali menjalani ujian berjalan di bawah terik matahari tanpa alas kaki sejauh lebih kurang 4 kilometer, mereka berjalan kaki tanpa mengunakan alas kaki bersamaan dengan para Bhikkhu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) Pusat [Lihat Gambar : Cetiya OenangHermawan Jambi Adakan Pindapatta].
Mereka menjalani salah satu tradisi yang disebut Pindapatta yang didahului oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa Patta (mangkok makanan) untuk menerima persembahan dana makanan, obat2an, amplop merah berisi uang (angpao) dari umat sepanjang jalan guna menunjang kehidupan mereka.
Mereka keluar dari Maha Cetiya Oenang Hermawan dengan berjalan kaki menelusuri jalan HMO Bafadha, simpang Royal, jalan Gajah Mada, jalan Gatot Subroto, jalan Veteran, Dr. Wahidin, terus ke jalan Mr. M. Roem, Dr. Sam Ratulangi, selanjutnya melintasi Raden Matthaher dan kembali ke Maha Cetiya Oenang Hermawan.
Sepanjang jalan umat yang ingin berdana telah menyiapkan dananya yang akan diberikan kepada Bhikkhu dan Samanera. Kemudian dana berupa makanan ,buah-buahan dan lain-lain) dimasukkan kedalam patta para Bhikkhu/ Samanera.
Makanan yang campur aduk itulah yang akan dimakan oleh para Bhikkhu dan Samanera setelah mereka kembali ke cetiya, tanpa merasa jijik atau tidak suka pada makanan yang diberikan oleh umat, bagi seorang Bhikkhu dan Samanera makanan itu hanyalah untuk kelangsungan hidup, bukan untuk kenikmatan.
Darma Pawarta Oenang (Hasan) peserta Pabbajja Samanera, menjelaskan, Pindapatta merupakan tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun silam. Pada hari tertentu, para Bhikkhu melatih diri dengan cara menjalani kehidupan sehari-hari secara sederhana, belajar menghargai pemberian orang lain, menyadari bahwa hidup ini adalah bergantung satu sama lain. Mereka juga melatih kesadaran serta merenungkan fungsi utama makan adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, bukan mencari kenikmatan dunia. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Mereka keluar dari Maha Cetiya Oenang Hermawan dengan berjalan kaki menelusuri jalan HMO Bafadha, simpang Royal, jalan Gajah Mada, jalan Gatot Subroto, jalan Veteran, Dr. Wahidin, terus ke jalan Mr. M. Roem, Dr. Sam Ratulangi, selanjutnya melintasi Raden Matthaher dan kembali ke Maha Cetiya Oenang Hermawan.
Sepanjang jalan umat yang ingin berdana telah menyiapkan dananya yang akan diberikan kepada Bhikkhu dan Samanera. Kemudian dana berupa makanan ,buah-buahan dan lain-lain) dimasukkan kedalam patta para Bhikkhu/ Samanera.
Makanan yang campur aduk itulah yang akan dimakan oleh para Bhikkhu dan Samanera setelah mereka kembali ke cetiya, tanpa merasa jijik atau tidak suka pada makanan yang diberikan oleh umat, bagi seorang Bhikkhu dan Samanera makanan itu hanyalah untuk kelangsungan hidup, bukan untuk kenikmatan.
Darma Pawarta Oenang (Hasan) peserta Pabbajja Samanera, menjelaskan, Pindapatta merupakan tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun silam. Pada hari tertentu, para Bhikkhu melatih diri dengan cara menjalani kehidupan sehari-hari secara sederhana, belajar menghargai pemberian orang lain, menyadari bahwa hidup ini adalah bergantung satu sama lain. Mereka juga melatih kesadaran serta merenungkan fungsi utama makan adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, bukan mencari kenikmatan dunia. (Romy)
* www.ayojambi.com/
15 June 2016
Cetiya Oenang Hermawan Jambi Adakan Pabbajja Samanera
JAMBI, Ayojambi.com – Untuk kali pertama Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi mengadakan “Pabbajja Samanera” yeng lebih dikenal dengan sebutan Melatih Diri Menjadi Bhikkhu dari tanggal 12 sampai 22 Juni 2016, di Maha Cetiya Oenang Hermawan, Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Pabbajja (Penahbisan) Samanera (calon Bhikkhu) 沙彌和尚 diikuti puluhan umat Buddha di Jambi [Lihat Foto : Pabbajja Samanera].
Satu per satu peserta calon Samanera harus merelakan rambut mereka dipotong (plonco), dan mereka berkewajiban untuk mengikuti segala peraturan yang sehari-hari dilakukan oleh senior mereka (Bhikkhu). Pemotongan rambut diawali dari pihak keluarga secara simbolis, stelah itu baru di plonco oleh para Bhikkhu.
Ada sebelas Bhikkhu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) yang dipimpin oleh Phramaha Bhodiwongsa Jarn (Ratcha Pandit Thailand)
Ketua Acara Pabbajja Samanera sementara di Maha Cetiya Oenang Hermawan yang diadakan pada tanggal 11 sampai 22 Juni 2016. Yang khusus untuk pencukuran rambut para calon Samanera, mereka terlihat sangat berhati-hati saat pencukuran berlangsung. Para peserta tampak sangat menikmati acara tersebut. Untuk diketahui, samanera adalah posisi atau tingkat yang harus dilalui sebelum seseorang menjadi Bhikkhu. Samanera merupakan panggilan untuk laki-laki. “ namun kedudukannya sama, yaitu harus mengikuti sila-sila yang diajarkan oleh sang Buddha.”
Selama mengikuti latihan para peserta berkewajiban mengikuti peraturan layaknya hidup sebagai seorang Bhikkhu seperti hidup secara mandiri, mulai dari nginap di cetiya/vihara, bangun pagi membersihkan tempat tidur, mandi, makan, cuci piring, cuci pakaian, semua itu mereka lakukan sendiri.
Peserta Pabbajja Samanera tertua adalah Ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan, Darma Pawarta Oenang (温福山) 58 tahun dan yang termuda adalah Alfredick Louis 8 tahun. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Ada sebelas Bhikkhu dari Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia ( MBMI ) yang dipimpin oleh Phramaha Bhodiwongsa Jarn (Ratcha Pandit Thailand)
Ketua Acara Pabbajja Samanera sementara di Maha Cetiya Oenang Hermawan yang diadakan pada tanggal 11 sampai 22 Juni 2016. Yang khusus untuk pencukuran rambut para calon Samanera, mereka terlihat sangat berhati-hati saat pencukuran berlangsung. Para peserta tampak sangat menikmati acara tersebut. Untuk diketahui, samanera adalah posisi atau tingkat yang harus dilalui sebelum seseorang menjadi Bhikkhu. Samanera merupakan panggilan untuk laki-laki. “ namun kedudukannya sama, yaitu harus mengikuti sila-sila yang diajarkan oleh sang Buddha.”
Selama mengikuti latihan para peserta berkewajiban mengikuti peraturan layaknya hidup sebagai seorang Bhikkhu seperti hidup secara mandiri, mulai dari nginap di cetiya/vihara, bangun pagi membersihkan tempat tidur, mandi, makan, cuci piring, cuci pakaian, semua itu mereka lakukan sendiri.
Peserta Pabbajja Samanera tertua adalah Ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan, Darma Pawarta Oenang (温福山) 58 tahun dan yang termuda adalah Alfredick Louis 8 tahun. (Romy)
* www.ayojambi.com/
26 October 2014
Bhiksu Thailand Jalan Kaki Keliling Kampung
JAMBI, ayojambi.com – Sejak pagi hari, puluhan umat yang berbaris di halaman Maha Cetiya Oenang Hermawan di Jalan Makalam No. 10, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mereka telah berdatangan sejak pukul 07.00 di Maha Cetiya Oenang Hermawan Jambi untuk berdana kepada bhikkhu sangha agung [Lihat Foto: Bhiksu Thailand Jalan Kaki Keliling Kampung].
Para Bhikku Thailand membawa patta yang dalam bahasa Pali (India,red) berarti mangkuk, menyusuri halaman kampung-kampung untuk mendapat dharma berupa makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari dari umat. Di sepanjang jalan, 9 Bhiksu menerima pemberian ragam keperluan dari umat (26/10).
Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan dibawah teriknya sinar matahari dengan kaki telanjang, namun terlihat wajah sabar terpancar dari para bhikku berjalan menyusur jalan sambil menenteng patta (sejenis mangkok), sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng kotak kardus.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini sedang melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
Di sepanjang jalan yang dilalui para bhikku tersebut, umat Buddha yang mengetahui segera menyiapkan makanan dan uang untuk berdharma. Seperti di Pasar Hongkong, pagi itu umat yang tahu segera berbaris di pinggir untuk menunggu lewatnya rombongan.
Dalam penjelasannya Ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan, Darma Pawarta Oenang (Hasan) mengatakan bahwa untuk berdharma sebaiknya memberikan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Hidup bhiksu di sokong dari umat, di sana terdapat catu pacaya atau empat kebutuhan yang harus disokong yaitu, jubah, makanan, obat, serta tempat tinggal." jelasnya.
Sedangkan di negara Thailand terdapat ribuan umat Buddha yang melakukan tradisi itu sejak lama. Di sana bhikku hidup tergantung dari dharmanya umat. Pindapatta yang dilakukan pagi tadi menempuh rute dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Kampung Manggis mengitari Madura menuju Jalan Kamboja, tembus ke Jalan Ekri, Lorong Gerobak, simpang empat Jelutung, Jalan Koni empat (depan pabrik kopi AAA) lalu menuju ke Budiman, Gang Lama, Lorong Duren, Pasar Baru, Lorong Mngga, Lorong Kuningan terus ke Tanjung Pinang, selanjutnya ke Rajawali, tembus ke Rumkit DKT, simpang Sado, terus ke Jalan Gatsu (Gatot Subroto) dan kembali ke Cetiya.
Sampai berita ini diturunkan, pindapattan masih berlangsung di kawasan Talang Banjar Jambi. (Romy)
Mereka berjalan di aspal yang kasar, berlobang-lobang dan dibawah teriknya sinar matahari dengan kaki telanjang, namun terlihat wajah sabar terpancar dari para bhikku berjalan menyusur jalan sambil menenteng patta (sejenis mangkok), sedangkan anak muda yang berada di sisi kanannya menenteng kotak kardus.
Penganut agama Buddha asal Thailand ini sedang melakukan pindapatta, yaitu sebuah tradisi bagi umat Buddha untuk melakukan dharma kepada para bhiksu dengan cara memberikan makanan atau obat-obatan yang dimasukan ke dalam patta.
Di sepanjang jalan yang dilalui para bhikku tersebut, umat Buddha yang mengetahui segera menyiapkan makanan dan uang untuk berdharma. Seperti di Pasar Hongkong, pagi itu umat yang tahu segera berbaris di pinggir untuk menunggu lewatnya rombongan.
Dalam penjelasannya Ketua Maha Cetiya Oenang Hermawan, Darma Pawarta Oenang (Hasan) mengatakan bahwa untuk berdharma sebaiknya memberikan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Hidup bhiksu di sokong dari umat, di sana terdapat catu pacaya atau empat kebutuhan yang harus disokong yaitu, jubah, makanan, obat, serta tempat tinggal." jelasnya.
Sedangkan di negara Thailand terdapat ribuan umat Buddha yang melakukan tradisi itu sejak lama. Di sana bhikku hidup tergantung dari dharmanya umat. Pindapatta yang dilakukan pagi tadi menempuh rute dari Maha Cetiya Oenang Hermawan di Kampung Manggis mengitari Madura menuju Jalan Kamboja, tembus ke Jalan Ekri, Lorong Gerobak, simpang empat Jelutung, Jalan Koni empat (depan pabrik kopi AAA) lalu menuju ke Budiman, Gang Lama, Lorong Duren, Pasar Baru, Lorong Mngga, Lorong Kuningan terus ke Tanjung Pinang, selanjutnya ke Rajawali, tembus ke Rumkit DKT, simpang Sado, terus ke Jalan Gatsu (Gatot Subroto) dan kembali ke Cetiya.
Sampai berita ini diturunkan, pindapattan masih berlangsung di kawasan Talang Banjar Jambi. (Romy)
* www.ayojambi.com/
Subscribe to:
Posts (Atom)