Showing posts with label Pedagang Daging Hewan. Show all posts
Showing posts with label Pedagang Daging Hewan. Show all posts

05 September 2015

Yang Selamatkan 100 Ekor Anjing dari Festival Makan Daging Anjing

Yang Selamatkan 100 Ekor Anjing dari Festival Makan Daging Anjing
Berita Internasional: Yang berhasil menyelamatkan 100 ekor anjing dari Festival Daging Anjing. Festival kontroversial di Cina itu kian menarik protes Internasional.
Ya, Yang rela merogoh lebih dari 7.000 Yuan atau setara Rp14 juta dari koceknya sendiri untuk menyelamatkan 100 ekor anjing yang hendak disembelih dalam sebuah festival daging anjing, Yulin.

Di Kota Yulin, Provinsi Guangxi, memng ada festival tahunan musim panas yang dimeriahkan dengan pesta makan daging anjing dan kucing. Festival semacam ini memicu protes dari para aktivis pecinta binatang dunia hingga di Indonesia.

Yang, (65), sang perempuan pecinta binatang, dikabarkan mantap akan memelihara ratusan anjing itu di rumahnya di Tianjing, yang berjarak 2.000 kilometer jauhnya dari Yulin. Ia tidak peduli meski semua anjing tersebut tetap akan menjadi incaran para pencuri.

Banyak foto yang diunggah ke internet memperlihatkan Yang sedang berjalan-jalan di pasar, sementara anjing-anjing yang ia beli berada di dalam kandang siap untuk diselamatkan.

Pemerintah tak berdaya

Sudah bukan rahasia lagi bila setiap tahunnya aktivis penyayang binatang mendatangi Yulin untuk berdemonstrasi. Yang pun bukan jadi orang pertama yang membeli anjing-anjing itu. Sejak dahulu para aktivis juga rela menghabiskan uang mereka demi menyelamatkan hewan berkaki empat itu dari panci masak.

Warga setempat mengatakan, anjing-anjing dan kucing tersebut disembelih dan dimasak dengan cara yang manusiawi dan dibakar dalam keadaan setengah sadar untuk festival. Kemudian, dagingnya disajikan dengan buah leci.

Perlu diperhatikan, memakan daging anjing sejatinya bukanlah kebiasaan di sebagian besar daerah Cina atau Tiongkok. Malahan, sudah ada lebih dari 30 juta rumah tangga yang menjadikan anjing sebagai hewan peliharaan.

Pemerintah sudah mencoba bersikap bijak namun lebih terlihat tak berdaya. Alih-alih melarang warganya memakan anjing, mereka hanya mendesak para penjual daging untuk mematuhi standar kelayakan daging yang mereka jual.

http://awanjakarta.com/berita-terkini/internasional/yang-selamatkan-100-ekor-anjing-dari-festival-makan-daging-anjing/
* www.ayojambi.com/

Tradisi Pembantaian Anjing di China Sudah Sejak 500 Tahun Lalu

Beijing - Setiap tahun 10 ribu anjing akan disembelih dan dimakan untuk Perayaan Festival daging anjing di Kota Yulin, China. Festival yang diduga menyiksa anjing ini pun mendapat kecaman dari berbagai kalangan terutama pecinta hewan.
Meski mendapat kecaman, Festival ini telah berlangsung sekitar 400 atau 500 tahun di China. Karena warga sekitar meyakini dengan memakan anjing dapat menangkal panas saat datanganya musim panas menurut kantor berita BBC.

Untuk menyelamatkan anjing-anjing dari penyiksaan di festival tersebut, banyak pecinta hewan yang rela merogoh koceh dengan membeli beberapa anjing. Hal itu pun juga yang dilakukan Yang Xiaoyun, pensiunan guru SD yang membeli 100 anjing dari Festival Yulin seharga $1.000 atau sekitar Rp 14 juta pada Sabtu (20/6/2015).

Adapun, Kementerian Kesehatan China mengatakan Kota Yulin merupakan salah satu kota yang rawan kasus rabies pada manusia. Meski memakan daging anjing tidak menyebabkan rabies, namun penanganan dan pembantaian sejumlah besar anjing yang tidak divaksinasi berisiko tinggi infeksi rabies.

Anjing-anjing yang dimakan pada Festival Yulin, merupakan anjing yang dibawa sejauh 1.000 mil dari Kota Yulin. Saat menempuh perjalanan, anjing diletakkan dalam kandang kawat dan tidak diberi makan serta air selama berhari-hari. Sehingga anjing tiba di Yulin dengan kondisi yang kekurangan gizi dan dehidrasi.

Atas perilaku penyiksaan tersebut, para aktivis pecinta hewan mengecam aksi Festival Yulin. Mereka mengkampanyekan larangan festival dan mendapat dukungan sebanyak 3,8 juta orang sejauh ini. Kampanye juga mendapatkan dukungan cukup besar dari selebriti dalam dan luar negeri.

http://news.detik.com/internasional/2949431/tradisi-pembantaian-anjing-di-china-sudah-sejak-500-tahun-lalu
* www.ayojambi.com/

Perdagangan dan Konsumsi Daging Anjing Ancam Indonesia Gagal Bebas Rabies 2020


Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Animal Friends Jogja (AFJ) meluncurkan laporan investigasi mereka pada Maret 2015, berjudul “Pedagangan Anjing Untuk Konsumsi di Indonesia dan Resiko Penyebaran Rabies.” Laporan berjumlah 23 halaman menyebutkan perdagangan daging anjing untuk konsumsi  bukan hal wajar, karena ketentuan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office Internationale des Epizooties / OIE) dan Codex Alimentarius Commission (CAC), anjing tidak termasuk hewan potong untuk dikonsumsi manusia. Anjing sebagai makhluk sosial, hewan kesayangan atau pendamping manusia, apabila dikonsumsi manusia, menurut OIE dan CAC dianggap melanggar prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare).
“Jika anjing tidak terdaftar sebagai ‘hewan potong untuk dikonsumsi manusia’, sudah jelas bahwa tempat-tempat penjagalan anjing beroperasi secara Ilegal,” kata Anggelina Pane kepada Mongabay, saat aksi  ”Global Day of Action: International March to End Dog & Cat Meat Trade” di Nol Kilometer, Yogyakarta, Sabtu (04/04/2015).

Laporan itu menyebutkan dalam lima tahun terakhir, tiap hari mereka mendapatkan laporan dari masyarakat tentang pencurian anjing oleh orang bermotor,  pengangkutan dan pembantaian anjing secara keji, warga yang tinggal dekat pejagalan tidak nyaman mendengar suara lolongan anjing, dan meningkatnya jumlah lapo/warung makan dengan menu daging anjing.

Dari laporan itu, masyarakat meminta JAAN dan AFJ untuk membantu menghentikan praktik-praktik kekejaman tersebut. Penyelidikan AFJ dan JAAN mendapati seluruh proses dari cara anjing-anjing itu dicuri, diangkut, disekap, dibantai dan tidak adanya standar higiene.

Tahun 2008, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti perdagangan anjing untuk konsumsi manusia berkontribusi terhadap penyebaran rabies di Indonesia terutama di Bali karena perdagangan tersebut mendorong anjing diangkut antar pulau. Hal ini juga dikaitkan dengan berjangkitnya rabies di Tiongkok dan Vietnam.

“Di Yogyakarta saja diperkirakan 360 ekor anjing dibunuh tiap minggunya. Kemudian kita harus mempertimbangkan bahwa Yogyakarta bukanlah daerah utama untuk perdagangan daging anjing,” kata Ina.

Di Manado dan Sumatera, di mana daging anjing dianggap ‘wajar’ untuk disajikan, mereka memperkirakan ada 1800 ekor anjing per minggu dikalikan lima, menjadi 3600 ekor anjing dikorbankan.  Sedangkan di Jakarta, paling sedikit 2x jumlahnya dibanding Yogyakarta, yang berarti 720 ekor per minggu. Sehingga total ada ada sekitar 4680 anjing per minggu, 18.720 per bulan dan 224.640 per tahun  dikorbankan hanya dari di 4 daerah di Indonesia.

Risiko Penyebaran Rabies lewat Daging Anjing

Mengkonsumsi daging anjing memperbesar terkena rabies. Di seluruh Asia, anjing untuk dikonsumsi biasanya diperoleh dari jalanan maupun lingkungan perumahan, yaitu anjing peliharaan yang dicuri atau terlantar dan tak bertuan, atau dipasok dari peternakan anjing. Di sebagian besar negara di Asia termasuk Indonesia, rabies bersifat endemik di kalangan populasi anjing dan anjing yang dikumpulkan dari jalanan yang tidak diketahui penyakit dan status vaksinasinya.

“Riset menunjukkan bahwa memasok, menernakkan, mengangkut, memotong, dan mengonsumsi anjing-anjing dalam skala besar memungkinkan pemencaran yang cepat dan luasnya kisaran rabies dan penyakit-penyakit lainnya, seperti kolera dan trikinelosis,” kata Ina.

Selama proses penjagalan, rabies dapat ditularkan ke manusia melalui beberapa cara, seperti cakaran dan gigitan, kontaminasi sayatan atau lecet-lecet di kulit, dan sentuhan mata dan bibir penjagal anjing sendiri yang terpercik cairan anjing.

Diketahui pada 2007, Departemen Kesehatan Hewan tingkat Distrik melaporkan 70 persen kematian wabah rabies di Ba Vi, Vietnam, karena gigitan anjing, dan 30% akibat terpapar pada waktu penjagalan.

Dalam laporan dijelaskan manajemen dan higienis yang buruk dari peternakan anjing skala besar di Korea Selatan dan di Tiongkok, mengkondisikan anjing rentan terinfeksi mikroba.  Perkelahian anjing dalam peternakan itu juga meningkatkan penularan penyakit.

Hasil Invetigasi di Tiga Wilayah

Tim melakukan investigasi pada 12-23 restoran di Jakarta untuk mengetahui asal dan bagaimana anjing yang dijagal, jalur distribusi daging anjing, situasi keseluruhan di rumah jagal anjing. Karena semakin sulit mendapatkan anjing untuk dijagal, restoran itu lebih banyak mendapatkan suplai daging anjing dari penyuplai yang sama yaitu yang berlokasi di Jl. Letjen. Sutoyo, Gg. Bersama, RT.008/RW 08 Cililitan, Mayasari, Jakarta Timur dan dari Pasar Senen.

Dalam laporan disebutkan pasokan daging anjing berasal dari luar Jakarta seperti Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahkan kadang mendapatkan 40 anjing dari Bali.

Di Yogyakarta,  lebih dari 50 warung penjaja menu daging anjing yang tersebar di wilayah Bantul hingga Sleman. Daging anjing dari penyuplai berasal dari Jawa Barat dan sekitar Yogyakarta.

“Investigasi mendalam kami lakukan ke penyuplai anjing hidup dan daging anjing terbesar di Yogyakarta dengan mengikuti perjalanan dari Yogyakarta ke Jawa Barat dan kembali ke Yogyakarta,” kata Ina.

Dalam laporan tersebut JAAN dan AFJ merekomendasikan kepada pemerintah daerah dan pusat untuk memberlakukan pelarangan perdagangan, penjagalan dan transportasi anjing untuk konsumsi di seluruh Indonesia. Masyarakat juga perlu diedukasi tentang risiko kesehatan dan penyebaran rabies dari perdagangan dan konsumsi daging anjing.

“Menegakkan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di praktik perdagangan anjing untuk dikonsumsi dan Menyusun rencana efektif untuk memberantas rabies dan menciptakan Indonesia Bebas Rabies di tahun 2020 sesuai komitmen Kementerian Kesehatan Indonesia yang disampaikan pada ajang International One Health Congress dalam laporan mengenai Zoonosis di Indonesia,” tambah Ina.

Pemerintah perlu mengedukasi tentang ketidakefektifan metode pemusnahan masal untuk memberantas rabies, menggalakan program vaksinasi rabies yang berkelanjutan sebagai satu-satunya metode pemberantasan rabies yang efektif dan pada akhirnya akan dapat meniadakan rabies di Indonesia.

Aksi Serentak di Beberapa Kota

JAAN dan AFJ menggelar aksi nasional menghentikan perdagangan daging anjing di seluruh Indonesia sebagai bagian dari “Global Day of Action: International March to End Dog & Cat Meat Trade” pada Sabtu (04/04/2015). Aksi di Yogyakarta diiringi aksi teatrikal dan penyerahan berkas laporan investigasi perdagangan daging anjing di Indonesia & DVD kampanye terbaru dari AFJ dan JAAN kepada Pemprov dan Dinas Peternakan DIY.

Aksi simpatik didukung Jogja Domestic  Cat Lovers  (JDCL), Animal Lovers Indonesia, Klub Siberian Husky Indonesia, seniman pertunjukan dari Kebelet Teater, Fajar Merah (musisi dan putra dari Wiji Thukul) dan K9 Polda DIY, serta para penggemar band Shaggydog yang sejak tahun 2013 telah aktif bersuara sebagai duta kampanye “Anjing Bukan Makanan”.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian DI Yogyakarta, Suparno kepada Mongabay mengatakan Yogyakarta sudah bebas rabies sejak tahun 1997 hingga saat ini. Mereka mendukung aksi tersebut sebagai edukasi kepada masyarakat tentang konsumsi daging anjing berpotensi terkena penyakit rabies. Mereka juga mengkaji laporan AFJ sebagai bahan penyiapan peraturan daerah. “Kita terus mengkampanyekan bahwa anjing bukan untuk di konsumsi,” kata Suparno.

Ia menambahkan, pemprov punya pos lalu lintas pengendalian hewan untuk memantau distribusi anjing ke Yogyakarta. Secara aturan pemerintah bahwa hewan yang masuk ke suatu daerah harus ada ijin dari pemerintah yang mengirim maupun daerah yang dituju. “Karena masuknya lewat jalur tikus atau ilegal, sehingga ini menjadi kesulitan kami dalam penegakan hukumnya,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah Yogyakarta belum bisa melarang perdagangan makanan anjing yang ada saat ini dan tidak bisa melakukan penyitaaan karena belum ada aturan. Mereka hanya melakukan penyampaian informasi adanya dampak penyakit rabies dan lainnya lewat konsumsi anjing.

http://www.mongabay.co.id/2015/04/12/perdagangan-dan-konsumsi-daging-anjing-ancam-indonesia-gagal-bebas-rabies-2020/