Showing posts with label Ziarah Makam Leluhur. Show all posts
Showing posts with label Ziarah Makam Leluhur. Show all posts

05 April 2017

Pengusaha Dok Kapal Ziarah Makam Leluhur


JAMBI – Hari ini (5/4) keluarga besar Robin mendatangi pemakaman leluhur  mereka untuk sembahyang Ceng Beng (清明) atau penghormatan kepada leluhur (orangtua/ kakek) mereka yang dimakam di Taman Pemakaman Tionghoa Pondok Meja Jambi (占碑华人義山), kilometer 12, Kecamatan Pondok Meja, Kabupaten Muaro Jambi, Ceng Beng tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2017 (Sa Gwee Ciu Pwe Kongzeli), mereka datang dengan membawa berbagai perlengkapan sembahyang maupun aneka sesajian kesukaan orangtua [Lihat Album: Ziarah Makam Leluhur].
Robin (李静基) adalah pengusaha dok kapal terkemuka di PT. Cipta Naga Central, sejak pagi hari mereka mengunakan beberapa kendaraan untuk mengangkut berbagai sesajian atau makanan kesukaan almarhum orangtuanya dan puluhan karung kertas sembahyang yang lengkap dengan berbagai asesoris kebutuhan arwah seperti, pakaian jadi, sepatu, rokok, radio, televisi, alat dapur, emas batangan yang dikemas dalam bentuk karton tebal serta sesajin kesukaan orangtua/ leluhur,, seperti kebutuhan orang-orang hidup diatas dunia.
Ujar Robin, “Kita kirimkan berbagai kebutuhan orangtua (leluhur) kita yang berada dialam baka, disana mereka juga memerlukan apa yang kita pakai sehari-hari di dunia”.

Maka sebagai anak kita memiliki kewajiban untuk memberi hormat kepada orangtua/ leluhur yang telah wafat dengan cara menyembahyangi, imbuhnya.

Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

Keluarga Besar Sukirman Johon Ziarah Makam Leluhur

 
JAMBI – Hari ini ratusan warga Tionghoa sejak pagi hari telah memadati pekuburan di kilometer 7 yang berlokasi di Jalan Kapten Pattimura, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, mereka datang bersama keluarga untuk sembahyang Cheng Beng yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2017, mereka datang dengan membawa berbagai perlengkapan sembahyang maupun aneka sesajian kesukaan orangtua (leluhur).
Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng (bahasa Hokkien) adalah agenda tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang atau ziarah ke kuburan orangtua maupun leluhur sesuai dengan agama masing.

Seperti keluarga besar Sukirman Johan, sejak pagi hari telah datang bersama ibundanya, istri dan saudara-saudaranya, mereka datang ke makam orangtuanya untuk melakukan sembahyang Ceng Beng (Ziarah), sebelum prosesi Ceng Beng dilakukan, terlebih dahulu mereka bersih-bersihkan nisan dan pelataran makam, ada yang diatas makam diletakkan kertas sembahyang jenis perak (gin cua) dan emas (kim cua) maupun kertas kuning kecil memanjang, selanjutnya disekeliling makam dikasih bunga-bunga segar yang sengaja di bawa oleh ibunda Sukirman Johan.

Sebelum Sukirman Johan sembahyangi orangtuanya, terlebih dahulu ibunda Sukirman melakukan sembahyang di depan nisan suaminya (ayah Sukirman Johan, Tju Bun Cheng), sehabis itu, baru Sukirman Johan bersama istri dan kakak-kakanya lakukan sembahyang bersama. Diatas meja nisan tersedia berbagai sesajian kesukaan almarhum Tju Bun Cheng (orangtua Sukirman Johan).

Menurut Sukirman Johon, sembahyang kubur merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur. “Setiap tahun, kita sekeluarga melakukan sembahyang di makam orangtua”, ungkapnya, Selasa (4/4).

Selanjutnya tambah Sukirman Johan, “Sebagai seorang anak, kita mempunyai kewajiban untuk memberikan penghormatan kepada orangtua (leluhur) kita yang telah mendahului kita,” bagaimanapun tanpa adanya mereka (orangtua) mustahir kita bisa ada di dunia ini, maka kita pergunakan waktu Ceng Beng untuk berziarah.

Ceng Beng bagi masyarakat Tionghoa, adalah penghormatan kepada orangtua, baik kepada yang masih hidup maupun kepada yang sudah meninggal dunia, ini merupakan sebuah kebudayaan sejak jaman dahulu kala. Relasi antar manusia dalam tradisi Tionghoa tidak akan hilang begitu saja, meskipun kematian telah memisahkan orang dari kehidupan di dunia ini. Karena itu tidak heran kalau dalam setiap keluarga penghormatan kepada leluhur menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama.

Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

占碑华人清明节祭祖 缅怀祖先恩德

 
清明节是华人祭拜祖先的传统节日,几千年来都是如此。
  清明时日缅怀祖先祭祖,是使您不能忘掉祖先,不能忘掉您的根,虽然炎黄子孙一居住在海外,已落地生根,但您的主根发源地,不能给忘掉。不拿香的人,也可以花代替敬仰祖先先辈或已过世的父母。
  占碑人是非常注重华人传统节日的,每在清明节到来的前后,各地的游子都会返乡,到先人墓地扫墓祭拜。在占碑城里,可见到挤满人群在美食摊里侯着,品尝占碑的肉面及其他菜肴。
4月2日上午,占碑的墓园地有在7公里处Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru在墓园地可见到人们在祭祖情形。墓地上置放的冥纸可见,充着清明节的氛围。关注慕亚拉占碑佛寺协会(The Somt))创始人之一蔡邦胜居士,于当日携家人在墓地祭拜先人缅怀祖先,他表示,来祭拜的 各地的游子,乍看起来就有花甲至年龄了,这可看出父母辈教导有方,提倡了儒家孝道精神,我们呀发扬下去敬老尊贤的精神。
  本报记者明光报道/

  Romy供图

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20170405/313191.shtml* https://www.facebook.com/makinjambi

29 March 2017

Zikif Effendy Lie Bersaudara Lebih Awal Ziarah Makam Leluhur

 
JAMBI – Keluarga Besar Zikif Effendy Lie (Bakko) lebih awal melakukan ziarah kuburan (27/3-2017) di Taman Pemakaman Tionghoa Pondok Meja Jambi (占碑华人義山), kakak beradik ada yang datang dari Singapura, Jakarta, Batam dan Jambi. Selain bersih-bersih makam orangtua mereka Lie Tiong Lam (李中南), selaku kakak sulung Zikif Effendy Lie (李鴻章) juga mewakili keluarga lakukan ziarah ke makam leluhur yang di makamkan di kilo meter 7 dibilangan Jalan Kapten Pattimura, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi.
Mereka datang bersama keluarga untuk sembahyang Ceng Beng (清明)atau penghormatan kepada orangtua dan leluhur yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2017 (Sa Gwee Jui Pwe lunar kalender). Mereka datang dengan membawa berbagai perlengkapan sembahyang maupun aneka sesajian kesukaan orangtua/ leluhur.

Di Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng (bahasa Hokkien) merupakan agenda tahunan masyarakat Tionghoa untuk bersembahyang atau berziarah ke kuburan orangtua maupun leluhur sesuai dengan agama masing - masing.

 “Mereka mengirimkan berbagai kebutuhan orangtua (leluhur) kita yang berada dialam baka, disana mereka juga memerlukan apa yang kita pakai sehari-hari di alam dunia”.

Menurutt Zikif Effendy Lie yang lebih dikenal dengan panggilan Bakko, mengatakan sebagai anak, kita memiliki kewajiban untuk memberi hormat kepada orangtua maupun kepada leluhur yang telah wafat dengan cara  menyembahyangi mereka baik ziarah ke makam maupun di rumah (altar leluhur), imbuhnya.

Ceng Beng bagi masyarakat Tionghoa, adalah penghormatan kepada orangtua, baik kepada yang masih hidup maupun kepada yang sudah meninggal dunia, ini merupakan sebuah kebudayaan sejak jaman dahulu kala. Relasi antar manusia dalam tradisi Tionghoa tidak akan hilang begitu saja, meskipun kematian telah memisahkan orang dari kehidupan di dunia ini. Karena itu tidak heran kalau dalam setiap keluarga penghormatan kepada leluhur menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama.

Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri. (Romy)

04 April 2016

Ribuan Warga Tionghoa Ziarah Ke Makam Leluhur

JAMBI, ayojambi.com - Sejak pukul 05.00 subuh, ribuan warga Tionghoa Jambi melaksanakan perayaan Ceng Beng (Ziarah) 占碑华人清明 ke makam orangtua, keluarga maupun  leluhur mereka. puncak perayaan Ceng Beng (Ziarah) setiap tahun jatuh pada tanggal 4 atau 5 April [Lihat Gambar Ceng Beng di Jambi].
Di Jambi terdapat dua lokasi tempat pemakaman masyarakat Tionghoa, pertama Jalan Kapten Pattimura KM 7, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, kota Jambi dan Taman Pemakaman Tionghoa Pondok Meja Jambi 占碑華人義山, KM 12, Desa Pondok Meja, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muara Jambi. Pemakaman di KM 7 dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Sentosa (YKS) Jambi, sedangkan di KM 12 dikelola oleh Perkumpulan Aneka Kesejahteraan (ANKE) Jambi 占碑安溪公会.

Perayaan Ceng Beng adalah untuk membersihkan makam orangtua, sanak famili maupun leluhur, agar para arwah orangtua, keluarga, maupun leluhur yang telah wafat dapat merasa tentram ditempat peristirahatan terakhir. Warga yang berziarah berdoa dihadapan nisan orangtua/ leluhur mereka sesuai agama kepercayaan serta sesuai dengan tata cara masing-masing. Diatas makam diletakkan kertas kuning kecil memanjang, maupun perlengkapan sehari hari seperti pakaian, minuman, rokok (bagi keluarga laki-laki), uang yang semuanya terbuat dari kertas selain itu juga terdapat berbagai sesajian diantaranya kue merah, bakpao, ikan, daging dan buah-buahan, ada juga yang menyediakan makanan kesukaan orangtua/ leluhur mereka.

Dalam perayaan Ceng Beng, di Taman Pemakaman Tionghoa Pondok Meja Jambi KM 12 lebih tertib dan teratur dari pada di Pemakaman KM 7, karena pemakaman yang dikelola oleh Perkumpulan Aneka Kesejahteraan (ANKE) Jambi 占碑安溪公会.

Menurut penuturan ketua Perkumpulan Aneka Kesejahteraan (ANKE) Jambi 占碑安溪公会 Jambi Alex Sujanto 胡玉志主席, warga yang datang Ceng Beng cukup bayar uang pembersihan makam, tidak ada pungutan uang parkir maupun yang minta-minta uang kepada penziarah “Yang boleh masuk ke pemakaman hanya untuk yang berziarah”. Pungkas Alex yang tidak lain adalah ketua Kelenteng Gi Hong Tong (Romy)
* www.ayojambi.com/