Showing posts with label Polisi. Show all posts
Showing posts with label Polisi. Show all posts

13 July 2017

Polisi India Memukul Seorang Lelaki Berbadan Kekar

Polisi India memukul seorang laki-laki di pasa dengan tongkat, orang besar iyu marah dan membalas memukulu kedua polisi... dia perlu melindungi dirinya sendiri dari kelakukan polisi itu.

Simak video betapa kuatnya laki itu, sekali tonjok satu persatu polisi ko…
video ini telah ditonton sebanyak 2,1 juta orang!!!

Selamat Datang di Saluran Multi Media Visual, Yang Mana Merupakan Salah Satu Media Online Berita. Meliputi Berita Terkini, Berita Heboh, Berita Unik, Berita Aneh, Berita Terbaru, Seputar Kejadian Aneh Tapi Nyata, Kisah Nyata, Kisah Kreatif, Video Aneh Tapi Nyata, Misteri Dunia, Fenomena Alam Terbaru, Dan Lain-lain. Semua Berita Ini disajikan secara kreatif Yang Bersifat Menghibur, Selamat Menyaksikan..!!!

Jangan Lupa Klik Subscribe / Berlangganan & Like Untuk Mendapatkan Video Terbaru : https://www.youtube.com/channel/UClI65dHBHSrYDV4dMRIuACw
Link Video Blogspot : https://multi-video.blogspot.co.id/

10 July 2017

Police Takut Tangkap Kura-Kura!!!

I have laughed so hard but, I understand city guys... Good job, Mr. Cop!

Saya telah tertawa begitu keras tapi, saya mengerti orang-orang kota ... Pekerjaan bagus, Tuan Cop!

Polisi tidak takut sama para penjahat, setiap saay mereka akan tangkap penjahat, namun Polisi yang satu ini hanya takut pada seeokor kura-kura…!!!

Hai Teman-Teman: Jangan Lupa Klik Subscribe / Berlangganan & Like Untuk Mendapatkan Video Terbaru https://www.youtube.com/channel/UClI65dHBHSrYDV4dMRIuACw
*terima kasih

Link Video Blogspot :
https://multi-video.blogspot.co.id/

23 October 2016

Pegawai Dishub Ini Ketangkap Tangan Lakukan Pungli, Kini Ditahan Polisi


JAMBI - Aktivitas pungutan liat (Pungli) di Kota Jambi kian marak. Salah satunya pungutan liar terhadap supir truk di Jalan Lintas Kota yang dilakukan oleh oknum petugas dinas perhubungan (Dishub).

Kegiatan itu terbongkar setelah Aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Telanaipura meringkus Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dishub Kota Jambi kedapatan melakukan pungli.
Pelaku adalah Alfian (45) warga Perumnas Aurduri, RT 23, Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura. Berdasarkan informasi, dia kerap memberhentikan mobil-mobil truk yang melewati Jalan Lintas Aurduri.

"Pelaku berpakaian dinas dan memungut uang dari mobil truk setiap hari," ujar Kapolresta Jambi, Kombes Pol Bernard Sibarani, kepada wartawan, Minggu (23/10).

Pelaku ditangkap saat ada laporan masuk ke Polsek Telanaipura. Anggota pun langsung melakukan penyelidikan.

Hasilnya, pelaku tertangkap tangan sedang memberhentikan truk bermuatan di Jalan Lintas Timur, Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura.

"Sejumlah uang hasil pungutan dari para supir dan kita sita uang tunai sebanyak Rp. 338 ribu ditemukan," jelasnya. (*)

http://jambi.tribunnews.com/2016/10/23/foto-pegawai-dishub-ini-ketangkap-tangan-lakukan-pungli-kini-ditahan-polisi
* www.ayojambi.com/

19 May 2016

Inilah Cerita Polisi Pilih Yang Jadi Pemulung dan Tolak Uang SIM

WARTA KOTA, MALANG— Bripka Seladi, anggota polisi di Polres Malang Kota, layak dijadikan teladan. Demi mendapatkan uang sampingan, ia menyambi pekerjaan menjadi pengumpul sampah dan menolak pemberian uang dari warga yang mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM).
Selain bisa mendapatkan uang halal dari pekerjaan keduanya, pria berusia 57 tahun ini juga membantu dalam menciptakan kebersihan lingkungan.

Bripka Seladi memiliki sebuah gudang sampah di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Uniknya, gudang tersebut tidak terlalu jauh, masih berada di jalan yang sama dengan kantor tempat ia berdinas.

Ketika berdinas menjadi polisi, ia bertugas pada bagian urusan SIM Kantor Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) Polres Malang Kota yang berada di Jalan Dr Wahidin.

Sebelum kantor itu, berjarak sekitar 100 meter, ada sebuah bangunan. Jika dilihat dari luar, tidak terlihat tumpukan sampah. Halaman depan bangunan itu juga terlihat bersih.

Namun, di dalamnya, bau khas sampah menyeruak. Bangunan itu minim penerangan. Tumpukan sampah yang terbungkus ratusan kantong sampah plastik berwarna hitam menggunung.

Sebuah lorong sempit disediakan untuk menuju salah satu ruangan di bagian belakang bangunan itu. Ruangan itu terlihat terang karena atapnya berlubang. Di ruang itulah, Seladi "berdinas" ketika tidak bertugas di kesatuannya.

Ia secara telaten memilah sampah. "Tukang rongsokan," ujarnya terkekeh.

Berbincang dengan Surya, sambil memilah sampah, tidak terdengar nada minder dalam suaranya. Cara bicaranya mantap diselingi humor.

Ia juga menyelipkan humor ketika ditanya nama lengkapnya. "Ya hanya Seladi, sela-selane dadi," katanya kemudian tertawa lebar.

Ya, itulah kehidupan Seladi. Seorang polisi sekaligus pemulung dan pemilah sampah. Seladi menegaskan, pekerjaan sampingannya menggeluti "bisnis" sampah tidak membuatnya menelantarkan pekerjaan utamanya. Ia memilah sampah di luar jam dinas.

Delapan tahun Seladi melakoni pekerjaan ganda ini. Empat tahun pertama, ia memulung sendiri sampah yang hendak dipilahnya.

Bapak tiga anak ini berkeliling kawasan dengan memakai sepeda onthel. Sepeda onthel itu yang menjadi kendaraannya sejak menjadi polisi pada 1977.

Pukul 05.00 WIB, ia berangkat dari rumahnya di Jalan Gadang Gang 6, Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, ke Mapolres Malang Kota.

Ia mengikuti apel, kemudian bertugas mengatur lalu lintas. Setelah mengatur lalu lintas, ia berdinas di Kantor Satpas, mengurusi ujian pencari SIM dan mengurusi administrasi sampai lepas jam dinas. Seusai lepas jam dinas dan berganti baju, ia menggowes mencari sampah.

"Itu sekitar empat tahun saya lakoni. Kemudian, teman saya meminjamkan rumah ini. Ini rumah kosong, saya jadikan gudang. Di sini pula pemilahan dan sortir sampah dilakukan," tutur Seladi.

Proses pemilahan sampah itu melibatkan empat orang, yakni Seladi, dibantu anaknya, Rizal Dimas, dan dua orang yang ia sebut temannya.

Seladi tidak lagi berkeliling memulung sampah. Setelah bertahun-tahun, namanya cukup dikenal. Ia telah memiliki tempat pengumpulan sampah di sekitar Stasiun Kota Baru Malang.

Dari tempat itu, setiap hari terangkut satu mobil pikap sampah.

"Mobilnya beli juga dari hasil sampah ini," katanya.

Sampah-sampah itu kemudian dipilah, apakah jenis botol plastik, kantong plastik, kardus, dan material lain.

Tertarik bisnis sampah

Lalu, kenapa sampah? "Karena saya melihat, ada orang yang mengambil sampah di sekitar kantor saya dinas. Kemudian, saya pikir, ada rezeki di sana. Kalau tidak dipilah, akan banyak sekali tumpukan sampah. Saya lalu melakoninya, sendiri," ujarnya.

Ternyata, memang benar, sampah menjadi salah satu ladang rezekinya. "Meskipun tetap masih banyakan gaji polisi," katanya.

Pendapatan dari sampah menambah penghasilan ekonomi di rumahnya. Ia menyebut tidak banyak. Pendapatan dari sampah sekitar Rp 25.000-Rp 50.000 per hari, jika dihitung per hari.

Pendapatan dari sampah terkumpul seminggu sekali setelah sampah terjual.

"Yang penting halal, ikhlas, dan terus ikhtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang. Saya tahu, pasti ada yang mencibir. Kalau ada yang begitu akan saya jawab, 'Saya bisa menjadi seperti kamu, tetapi apa kamu bisa seperti saya'," katanya.

Karena itu, ia mengaku tidak minder ataupun rendah diri meskipun setiap hari berkutat dengan sampah. Ia juga tidak jijik memilah aneka sampah. Ia juga mengaku tidak pernah menderita sakit serius meskipun mencium bau sampah menyengat setiap hari.

Tolak suap

Ia menegaskan, dirinya tidak mau tergiur meskipun berdinas di lahan yang selama ini dikenal sebagai lahan "basah" di institusi kepolisian.

Seladi mengaku tidak mau menerima pemberian orang dengan tujuan tertentu dalam pengurusan SIM. Kalaupun ada yang memberi di rumah, kata Seladi, ia meminta sang anak mengembalikan pemberian itu.

Prinsip hidupnya itu ia ajarkan kepada sang anak. Lulusan SMEA di Malang itu mengajari anaknya, Rizal Dimas (21), etos kerja keras, halal, dan tanpa perasaan minder.

Setiap hari, sang anak membantunya memilah sampah. Lulusan D-2 Informartika Universitas Negeri Malang (UM) itu juga tidak jijik memilah sampah.

"Saya tidak minder memiliki ayah yang polisi, tetapi juga tukang rongsokan. Ini pekerjaan halal. Saya malah bangga karena ayah mengajari tentang kerja jujur," katanya. Ketika masih ada anggapan miring tentang polisi, Rizal berani menyodorkan bahwa sang ayah merupakan polisi yang patut dicontoh.

Karena itu, Rizal tetap ingin menjadi seorang polisi. Tahun ini merupakan tahun ketiganya mencoba peruntungan ke kepolisian.

Ia sudah dua kali gagal ketika mendaftar menjadi polisi. Rizal mengakui, tidak ada bantuan lobi dari sang ayah supaya lolos. Tahun ini, ia kembali akan mendaftar.

Sementara itu, salah satu pekerjanya, Yani, melihat Seladi sebagai sosok yang ulet dalam bekerja. "Bapak itu kalau tidak dinas ya bekerja di sini. Kalau ada tugas ngepam (pengamanan, red), kayak ngepam Arema tanding kemarin, ya tidak bisa nyortir sampah," ujarnya. (Sri Wahyunik/ Surya Malang)

http://wartakota.tribunnews.com/2016/05/19/inilah-cerita-polisi-pilih-jadi-pemulung-dan-tolak-uang-sim

27 January 2016

Polisi ini Rela Utang Untuk Biayai Anak Putus Sekolah

Piter sedang melakukan pendataan anak-anak putus sekolah 
di salah satu rumah warga di kec. Kalukku Mamuju beberapa saat lalu.
Brigpol Piter Paembonan, anggota Polsek Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, adalah seorang polisi yang luar biasa.

Bukan karena dia mampu menembak jitu atau keahliannya menekuk para kriminal yang menjadikannya sebagai sosok luar biasa.
Namun, ketulusan hatinya terhadap anak-anak putus sekolah yang membuat nama Piter dikenal sebagai sosok yang dermawan.

Sejak 16 tahun lalu, selain menjalankan tugasnya sebagai seorang penegak hukum, Piter juga aktif mengkampanyekan gerakan kembali ke sekolah dengan masuk ke berbagai desa.

Dengan menunggang sepeda motor tua miliknya, Piter keluar masuk desa dan jalan-jalan kecil untuk menyambangi berbagai keluarga yang memiliki anak-anak putus sekolah.

Memang tak mudah membujuk para orangtua, yang kebanyakan secara ekonomi tak mampu, untuk kembali menyekolahkan anak-anak mereka.

Salah satu kendala adalah para orangtua ini tak mampu membelikan seragam, sepatu, tas dan peralatan sekolah bagi anak-anak mereka.

Sehingga, tak jarang Piter harus rela merogoh kocek pribadinya demi membiayai sebagian anak-anak ini agar bisa kembali mengenyam pendidikan.

Namun, karena pendapatannya sebagai polisi yang terbatas, maka tak jarang Piter harus berutang ke sanak saudara, tetangga hingga ke toko pakaian agar anak-anak itu kembali bersemangat menuntut ilmu.

Kegiatan amal ini diakui Piter memang tak mudah dan bukan pekerjaan ringan. Namun, rasa prihatinnya melihat anak-anak putus sekolah membuatnya terus menjalankan kegiatannya ini.

"Ini kegiatan amal yang tak mudah, karena selain harus meyakinkan mereka agar kembali semangat sekolah, juga harus meyakinkan orangtua bahwa pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak," ujar Piter.

Ternyata aksi sosial Piter ini mendapat perhatian dari atasannya. Sejak dua tahun terkahir Kapolres Mamuju AKBP Eko Wagianto mencanangkan gerakan kembali ke sekolah.

Bahkan Kapolres, menunjuk Piter sebagai kordinator gerakan ini. Alhasil, selama dua tahun terakhir, sebanyak 756 anak putus sekolah di berbagai desa mau kembali ke sekolah.

Setelah gerakan ini menjadi bagian dari program kepolisian setempat, Piter bisa bernafas lega, karena bebannya jauh lebih ringan.

Dicanangkannya gerakan kembali ke sekolah oleh Kapolres Mamuju membuat pembiayaan gerakan ini semakin mudah. Uang dihimpun mulai dari penggalangan dana hingga pemotongan gaji personel Polres Mamuju.

Dana yang berhasil dikumpulkan kemudian dibelikan berbagai kebutuhan sekolah seperti seragam, tas dan sepatu yang kemudian diberikan kepada anak-anak yang tidak mampu itu.

Satu hal lain yang sangat membantu kegiatan ini adalah Pemkab Mamuju sudah menggratiskan biaya pendidikan di berbagai sekolah negeri di kabupaten tersebut.

Suksesnya Piter menjadi kordinator gerakan kembali ke sekolah, ternyata terpantau para petinggi kepolisian Indonesia.

Atas jasanya berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, Piter sudah meraih berbagai penghargaan baik dari Kapolres Mamuju, Kapolda Sulselbar hingga Kapolri.

http://jambi.tribunnews.com/2016/01/26/polisi-ini-rela-utang-untuk-biayai-anak-putus-sekolah
* www.ayojambi.com/

18 January 2015

6 Fakta Mengharukan Bripda Taufik

Citizen6, Jakarta Ditengah maraknya publik membahas rekening gendut seorang jenderal, menyeruak kabar yang bertolak belakang: ada seorang polisi di Jogja yang berumah di bekas kandang sapi. Polisi yang kini mulai dibahas masyarakat itu adalah Bripda Taufik, nama lengkapnya Muhammad Taufiq Hidayat.
Namun banyak yang belum mengetahui siapa sebenarnya polisi muda itu. Berikut 10 fakta tentang Bripda taufik:

1. Kondisi Rumah Bripda Taufik
Bripda Taufik, menyulap kandang sapi menjadi tempat tinggalnya selama dua tahun ini bukan tanpa alasan. Bripda Taufik terpaksa tinggal di tempat yang tidak layak itu karena orang tuanya bercerai dan rumah yang sebelumnya mereka tinggali dijual oleh ibunya.

Rumah bekas kandang sapi yang luasnya 28 meter persegi itu beralamat di Dusun Jongke Tengah RT 04/23, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.  Rumah itu tak berpintu, hanya selembar kain yang dipakai untuk menutupi dan mengusir angin. Tak ada furniture yang memadai di rumah yang masih berlantai tanah itu.

2. Masih Single
Bripda Tauifik sampai sekarang masih single. Laki-laki yang kini berusia 20 tahun itu mengaku sebelumnya sudah mempunyai pacar. Namun pada Desember 2014 mereka putus karena Bripda Taufik ingin focus meniti karirnya sebagai anggota Polri.

Alasan lainnya alumni SMK N 1 Sayegan tahun 2013 ingin bisa mengontrak rumah yang lebih layak dan adik-adiknya sudah mapan baru dia akan mencari pendamping hidupnya. 

3. Pribadi yang bertanggung jawab
Bribda Taufik harus membiayai tiga adiknya yang masih kecil bersama ayahnya yang seorang buruh serabutan. Kebutuhan sekolah dan makan sehari-hari mereka berdua yang bertanggung jawab berlangsungnya kehidupan keluarga.   Triyanto (50)  ayahnya sebagai single parent harus menanggung beban berat itu.

4. Belum terima gaji pertama
Bripda Taufik alumni adalah seorang polisi yang baru saja menyelesaikan pendidikan tahun 2014 lalu. Menurut sebuah sumber, sampai sekarang ia belum menerima gaji pertamanya. Rencananya gaji pertamanya sebagai polisi akan diserahkan langsung kepada ayahnya.

Melihat kondisi tersebut, para seniornya kemudian mengadakan "saweran". Uang yang terkumpul diserahkan kepada Bripda Taufik untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari.

5. Berjalan kaki 7 kilometer
Bripda Taufik setiap hari harus berjalan kaki sejauh 7 kilometer untuk menuju ke Polda DIY. Mendengar ini Gubernur Jakarta Ahok, langsung bersimpati dan rencananya akan memberikan bantuan. Namun ketika Basuki Tjahaya Purnama itu menelepon, Bripda Taufik tidak mengangkatnya.

6. Populer di Social Media 
Bripda Taufik saat ini sedang menjadi bahasan publik. Tidak hanya secara online, namun juga dibahas di media social. Sampai hari ini kata "Bripda Taufik" telah disebut tweeple sebanyak 6408 kali. Meski riuh dibahas, namun belum sampai menjadi Trending Topik dunia.

http://citizen6.liputan6.com/read/2161969/6-fakta-mengharukan-bripda-taufik
* www.ayojambi.com/

15 January 2015

Anggota Polri Ini Sudah Dua Tahun Tinggal di Bekas Kandang Sapi


Bripda Taufiq Kadang Jalan Kaki 9 Km ke Mapolda DIY
SLEMAN – Di tengah isu yang menerpa Korps Bhayangkara pasca-penetapan Komjen (pol) Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi terkait kepemilikan rekening gendut, ternyata ada satu anggota Polri yang justru harus hidup bersama keluarganya di bangunan bekas kandang sapi. Anggota Polri yang kurang beruntung itu adalah Bripda Muhammad Taufiq Hidayat.
Taufiq adalah anggota polisi Unit Sabhara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia rela menerima kenyataan hidup untuk tinggal di sebuah kandang sapi berukuran 4×7 meter di Dusun Jongke Tengah, Sendangadi, Mlati, Sleman.

Ia tinggal bersama ayah dan dua adiknya di tempat sangat sederhana itu yang dulunya kandang sapi. Kondisinya cukup memprihatinkan. Atap rumahnya pun banyak yang berlubang. Sementara beberapa bagian dinding juga menjadi celah masuk cahaya dan angin.

Taufiq adalah anggota Polri kelahiran 25 Maret 1995. Ia mengaku sudah dua tahun menempati rumah bekas kandang sapi itu beserta ayah dan dua adiknya.

Ia mengaku pasrah menerima keadaan itu sembari berharap bahwa profesinya saat ini perlahan-lahan bisa mengubah hidupnya. “Ya cukup khawatir dengan kondisi rumah. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang ini,” ujarnya seperti dikutip Radar Jogja.

Pemuda yang kini berusia 18 tahun ini tak jarang harus berjalan kaki sekitar 9 km untuk bertugas di Mapolda DIJ. Jaraknya tidaklah dekat. Namun, ia jalani dengan penuh tanggung jawab berlandaskan tugas di Korps Bhayangkara.

Menyikapi kondisi ini, Dir Sabhara Polda DIJ Kombes Pol Yulza Sulaiman menyatakan rasa bangganya terhadap salah satu anggotanya ini. Apa yang dialami Taufiq, kiranya menjadi motivasi bagi rekan-rekan kerjanya.

Yulza menuturkan, Taufiq merupakan pribadi dengan kemauan keras.“Dia pribadi yang memiliki kemauan keras. Apalagi di tengah kondisinya yang memprihatin-kan,” kata Yulza.(fid/laz/ong/jpnn)

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=281505
* www.ayojambi.com/

21 October 2014

Hindari Tindak Kejahatan oleh Pembantu Rumah Tangga, Ini Tipsnya

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian mengimbau masyarakat untuk memperhatikan beberapa hal berikut ketika memilih pembantu rumah tangga (PRT). Cara ini dipakai untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, warga yang ingin mempekerjakan PRT harus tahu benar asal-usul calon pekerja, alamat, dan nomor teleponnya. "Cek kartu tanda penduduknya (KTP)," kata Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/10/2014). [Baca: Diduga Menganiaya Anak Majikan hingga Tewas, PRT Ini Menghilang]

Periksa alamat PRT yang dimaksud pada KTP. Namun, tidak sebatas hanya melihat KTP, masyarakat disarankan untuk mengetahui kebenaran alamat tersebut. "Ada siapa di sana, saudaranya atau orangtuanya, dan lain-lain," ujar Rikwanto.

Selain itu, masyarakat juga sebaiknya mengetahui alamat dan nomor telepon keluarga dan kerabat PRT. Dengan demikian, apabila terjadi sesuatu, mereka bisa langsung dihubungi. "Jadi, tahu siapa yang harus dihubungi," ujar Rikwanto. Foto PRT juga sebaiknya disimpan.

Kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang balita menimpa salah satu keluarga di wilayah Bekasi. Jason (3,6), putra pasangan Janter Pinter Simanjuntak dan Elvin Sianipar, meregang nyawa akibat dianiaya oleh PRT yang baru dipekerjakan selama 10 hari.

Setelah kejadian, PRT yang diketahui bernama Sukinah (20) itu menghilang dari kediaman keluarga tersebut. Polisi menduga ada hubungan antara kematian Jason dan hilangnya Sukinah.

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/21/17564091/Hindari.Tindak.Kejahatan.Oleh.Pembantu.Rumah.Tangga.Ini.Tipsnya?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
* www.ayojambi.com/

12 October 2014

Bos Mie Basah Dijemput Polisi dan BPOM



BOGOR, KOMPAS.com - Lilik Supriyadi (47), asyik menikmati rokok di teras rumahnya di Kampung Pabuaran, Bojonggede, Bogor, Sabtu (11/10/2014) pukul 01.30. Keheningan di sekitar rumahnya berubah ramai. Ketenangan Lilik terganggu.
Belasan petugas yang mengaku dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama petugas dari Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, berkerumun di depan gerbang rumahnya. Lilik pun menghampiri mereka.

Ayah tiga anak itu tak mengelak ketika petugas menanyakan apakah dirinya Lilik Supriyadi, pemilik pabrik mie basah yang lokasinya hanya sekitar 50 meter saja dari rumah Lilik itu. Dari keterangan petugas, Lilik baru tahu kalau pabrik mie yang dikelolanya baru saja digerebek dan disegel petugas BPOM bersama Bareskrim Mabes Polri.

Sebab, dalam pengolahan mie basah yang diproduksinya, pabrik mie Lilik menggunakan bahan terlarang untuk makanan yakni formalin. Karenanya, Lilik menurut saja saat petugas membawanya. Ia dimasukkan ke dalam kendaraan milik petugas. Dengan berkaos putih dengan jaket hitam serta bercelana hitam, Lilik tampak tenang di dalam mobil.

"Tidak ada perlawanan saat pemilik pabrik mie berformalin itu kami amankan dari rumahnya," kata Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, BPOM Pusat, Mustofa, kepada wartawan, Sabtu (11/10/2014).

Menurut dia, pabrik mie basah Lilik sebelumnya telah digrebek pihaknya. Pabrik itu berada di Jalan Citayam, Kampung Pabuaran, RT 3/RW 13, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojongede, Bogor, Jawa Barat. "Pabrik mie-nya yang di Pabuaran, berjarak kurang dari seratus meter dari rumahnya," kata Mustofa.

Mustofa mengatakan, pabrik mie basah yang dikelola Lilik ini dipastikan menggunakan formalin dalam kadar yang cukup tinggi. Menurut dia, selain memiliki pabrik mie basah di Desa Pabuaran, Bojonggede, Bogor, Lilik juga memiliki satu pabrik mie basah lainnya yang berlokasi di Kampung Pasir Angin, RT04/02, Desa Nanggerang, Kecamatan Tajurhalang, Bogor.

"Setelah menutup pabrik mie yang pertama, kami juga mendatangi pabrik mie yang kedua di Tajurhalang. Ke dua pabrik mie miliknya kami segel dan tak boleh beroperasi karena menggunakan formalin dalam produksi mie mereka," ujarnya.

Menurut Mustofa, dari dua pabrik mie itu, pihaknya mengamankan formalin dalam dua plastik besar seukuran karung beras. "Menurut pekerja pabrik, formalin sebanyak itu akan digunakan untuk campuran 6 ton mie basah. Ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang mengkonsumsi me mereka," kata Mustofa.

Selain itu, katanya, pihaknya juga menyita bahan kimia yang diduga berbahaya serta dua set alat pencetak mie dan ratusan kilogram mie basah berbahan formalin yang dibungkus plastik serta siap diedarkan dan alat pendingin mie. Semua barang bukti itu dibawa dengan truk oleh petugas. "Semuanya akan dijadikan barang bukti," katanya.

Lilik akan dijerat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara serta denda maksimal Rp 10 miliar.

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/11/22473491/Lagi.Merokok.Bos.Mie.Basah.Dijemput.Polisi.dan.BPOM?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
* www.ayojambi.com/