Showing posts with label 玄天上帝. Show all posts
Showing posts with label 玄天上帝. Show all posts

06 February 2016

Kelenteng Leng Chun Keng Langsung Jadi Tempat Selfie

 
 
 
JAMBI, ayojambi.com - Kemeriahan menjelang perayaan imlek dan tahun baru 2567 mulai terlihat sejak beberapa hari terakhir.  Kemeriahan ini terlihat tak hanya di rumah tapi juga di hampir setiap Kelenteng di Kota Jambi [Lihat : Kelenteng Leng Chun Keng].

Namun, perayaan Imlek kali ini cukup spesial untuk umat Konghucu di Kelenteng Leng Chun Keng. Mengingat perayaan imlek dan pergantian tahun baru monyet api baru pertama kali akan dilaksanakan sejak diresmikan November 2015 lalu.
Kelenteng Leng Chun Keng berlokasi di lorong Koni I, Rt 03 no 04, Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi termasuk kelenteng yang baru berdiri.

Kelenteng yang kini berdiri megah awalnya di bangun di tahun 2012, dan baru rampung pembangunannya pada November lalu.

Ornamen yang ada di kelenteng ini dibangun dengan rancangan khusus agar menghadirkan nuansa etnis Tionghoa. Ini terlihat dari tiang penyangga yang dihiasi ornamen naga melingkar tanpa cat.

Sementara di bagian dindingnya dihiasi dengan berbagai lukisan khas gambar dewa hingga sio tahun dengan latar belajang awan putih.

Bangunan tembok pagar didominasi warna merah bata, di bagian atas tampak berjejer lampion merah yang membuat bangunan ini kian semarak.

Di bagian depan pintu masuk ruangan sembahyang tampak terpasang meja altar, disertai perlengkapan ibadah. Di sisi kiri dan kanannya tampak berjejer lilin besar warna merah disertai gambar naga.

Di depan pintu masuk terdapat ukiran dua dewa penjaga pintu yang ditutupi kaca. Saat masuk ke ruang ibadah Anda akan disajikan ruangan yang penuh ukiran didominasi warna merah.

Tepat di atas altar yang paling tinggi tampak patung dewa perang Che Liong Kong dengan warna keemasan yang memancarkan wibawa.

Di sisi kanan terdapat patung dewa Hien Thien Siong Tee dan Dewa Bumi (Tua Pe Kong). Di sisi kanan ada dua patung dewa yakni dewa Kong Tek Cun Ong serta Fewi Kwan Im Pho Sat.

Di bagian dinding hingga langit-langit terdapat gambar naga serta lukisan khas para dewa. Keramik dengan lukisan khas di dinding sengaja didatangkan dari negri tirai bambu.

Lim Kok Kiong, pengurus kelenteng mengatakan, bangunan megah kelenteng Leng Chun Keng dibangun atas donasi dari umat Konghucu.

Kelenteng Leng Chun Keng mampu memfasilitasi sekitar tiga ribu umat untuk melaksanakan ibadah di hari imlek.

Untuk merampungkan proses pembangunannya terbilang cukup lama, setidaknya butuh tiga tahun untuk menjadikannya sebagai salah satu kelenteng megah yang ada di Kota Jambi.

Apa lagi ornamen yang ada di Kelenteng sebagian besarnya didatangkan dari RRC. Bahkan untuk mendirikan bangunan yang benar-benar mirip dengan nuansa di China, pengurus kelenteng sengaja mendatangkan seniman ukir dari negeri tirai bambu.

"Semua, mulai dari ornamen, patung dewa, keramik hias kita datangkan dari sana biar benar-benar dapat nuansanya, umat yang sembahyang bisa kusyuk," kata Akiong ditemui Tribun di lokasi, Jumat (5/1/2016) sore.

"Memang agak lama, sekitar tiga tahun, karena sempat terkendala waktu mau diimpor ornamennya. Lama disitu," kata Akiong.

Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.

Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.

Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.

Bangunan Kelenteng ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi umat Konghucu untuk mendekatkan diri pada sangpenciptanya. Sejak di resmikan di akhir tahun 2015 lalu Kelenteng Leng Chun Keng cukup ramai didatangi.

Bahkan tak hanya untuk kegiatan ibadah. Ada juga yang hanya sekedar untuk berfoto ria oleh warga sekitar yang melintas di sana.

Akiong mengatakan, menjelang imlek, bangunan kelenteng memang dibuka untuk umum. Terutama menjelang perayaan imlek di Jambi. Diharapkan, dengan begitu kemeriahan imlek dan Gong Xi Fat Chai bisa turut dirasakan masyarakat umum.

http://jambi.tribunnews.com/2016/02/05/galeri-foto-baru-rampung-dibangun-kelenteng-leng-chun-keng-langsung-jadi-tempat-selfie

14 June 2014

Pernikahan Fran Wijaya dan Wangli Dewi Dikukuhkan di Kelenteng MAKIN Hok Sin Tong

JAMBI, ayojambi.com - Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Hok Sing Tong Jambi 印尼占碑福神堂孔教會 menjadi saksi cinta antara Fran Wijaya dengan Wangli Dewi.
Fran Wijaya (26) dan Wangli Dewi (26) menyatakan ikrar satu hati satu cinta di hadapan Shen Ren (dewa) Hien Tien Siong Te 玄天上帝 di Kelenteng MAKIN Hok Sin Tong Jambi 印尼占碑福神堂孔教會. “Sesuai dengan UU No 1/ 1974 bahwa syarat sah pernikahan ialah dilakukan cara agama dan dicatatkan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispekdukcapil), maka mereka berdua telah sah menjadi suami istri,” kata JS The Lien Teng, selepas memberikan pemberkatan pernikahan kepada Wijaya dan Wangli (14/6-2014)

Pada waktu acara peneguhan pernikahan dihadiri oleh orang tua Fran Wijaya, Feryanto Bendahara Matakin Privinsi Jambi (ayah) Surjati Wakil Perkhin Provinsi Jambi (ibu) dan orang tua Wangli Dewi, Ong Okasari (ayah) Yang Chun Yen (ibu), kedua belah pihak orang tua/ wali mempelai sebagai lambang merestui perkawinan kedua mempelai.

“Kelenteng MAKIN Hok Sin Tong Jambi baru kali ini dipakai oleh umat Khonghucu (Confucius) untuk pernikahan ala Khonghucu ,” kata Darman Wijaya 黄春回主席, Ketua MAKIN Hok Sing Tong.

Melalui waktu yang panjang kedua mempelai untuk saling mengenal satu sama lain. Perkenalan antara Wijaya dan Wangli Dewi pada 15 Nopember 2003, selanjutnya 8 September 2013 Fran Wijaya melamar Wangli Dewi. 

Menurut JS The Lien Teng, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan melangsungkan keturunan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. “Perkawinan harus berdasarkan kemauan dan persetujuan kedua calon mempelai, tanpa adanya paksaaan dari pihak manapun.” Ujar The Lien Teng.

Kebebasan beragama dan kesamaan hak warga negara, khususnya warga Khonghucu di Nusantara, telah berkembang pesat. Tak hanya dalam pengakuan agama Khonghucu saja. Namun, dalam hal perkawinan, pengurusan kartu tanda penduduk (KTP), hingga pelajaran agama Khongucu pun juga mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan, sejumlah kegiatan umat Khonghucu pun juga mulai banyak yang didukung pemerintah daerah. (Romy) * www.ayojambi.com/