Showing posts with label Matakin. Show all posts
Showing posts with label Matakin. Show all posts

25 April 2017

Perbedaan Vihara dan Kelenteng

Banyak yang salah kaprah, atau bahkan tidak mengetahui sama sekali bahwa 'vihara' dan 'kelenteng' itu berbeda. Ada yang menganggap 'kelenteng' adalah panggilan lain dari 'vihara', jelas semua itu adalah salah. Pada kesempatan kali ini, Anda akan mengenal lebih lanjut, apa sajakah perbedaan 'vihara' dan 'kelenteng'.

a. Vihara
* Adalah rumah ibadah umat Buddha
* Biasanya berarsitektur India/Thailand, ada pula yang berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Vihara aliran Theravada, hanya ada rupang (patung) Buddha Gautama beserta 2 muridNya. Di dalam Vihara aliran Mahayana, terdapat 3 rupang, yaitu: Rupang Buddha Gautama, Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara, Rupang Bodhisattva Ksitigharba/Bodhisattva lainnya.
* Tidak terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang.
* Upacara keagamaan biasanya dilakukan secara jemaat yang disebut Puja Bakti/Kebaktian, walaupun umat juga diberi kesempatan untuk beribadah secara individu. Setelah beribadah umat biasanya akan diberi dhammadesana (khotbah/ceramah).
* Sebuah tempat bisa dikatakan Vihara apabila: memiliki minimal 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian), memiliki kuti (tempat tinggal bikkhu), perpustakaan, bahkan ruang khusus untuk khotbah. Vihara yang lebih kecil disebut Cetya yang hanya memiliki 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian) tanpa memiliki dhammasala dan perpustakaan. Vihara yang lebih besar dan memiliki taman disebut Arama. Vihara bisa disebut Arama apabila: memilkiki minimal 1 ruang dhammasala, kuti, perpustakaan, ruang khotbah, dan yang paling penting taman.
* Vihara biasanya menggunakan nama berbahasa Pali atau Sanskerta. Contoh: Vihara Dharma Loka, Vihara Vimala Virya, Vihara Dhamma Metta Arama, Vihara Vipassana Graha, Cetya Tisaranagamana, dll.
b.
Kelenteng
* Adalah rumah ibadah umat Konghucu/Tao
* Biasanya berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Kelenteng terdapat rupang para Dewa/Dewi yang dipuja oleh umat
* Terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang
* Umumnya upacara keagamaan dilakukan secara individu
* Biasanya juga sekaligus merupakan tempat perkumpulan/yayasan sosial, seperti Kelompok Pemain Barongsai, dll.
* Kelenteng biasanya diberi nama dalam bahasa Mandarin atau bahasa Indonesia. Contoh: Kelenteng Tua Pek Kong, Kelenteng Dewi Sakti, Kelenteng Surya Bakti, dll.
Tidak heran kekeliruan ini terjadi. Pada masa Orde Baru, pemerintah RI melarang segala jenis apapun kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua. Sehingga Kelenteng yang merupakan salah satu tradisi Tionghua akhirnya terancam ditutup. Untuk mengatasi hal itu, sebagian Kelenteng dan umat Konghucu saat itu berlindung di bawah naungan agama Buddha, sehingga mengubah nama Kelenteng menjadi nama Vihara. Tidak hanya itu, umat Konghucu yang bernaung menjadi agama Buddha pun hanya menyandang gelar agama Buddha saja, tapi tetap melakukan tata cara ibadah agama Konghucu. Sebagian umat lain malah pindah ke agama lain seperti Katolik, Protestan, Islam, ataupun Hindu yang ketika itu merupakan agama resmi.

Sejak Orde Reformasi, atau lebih tepatnya masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, kebijakan yang melarang kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua itu kemudian dihapuskan. Sejak saat itulah umat Konghucu lebih leluasa beribadah dan melakukan aktivitas keagamaan dan kebudayaan seperti tarian Barongsai, Imlek, dll. Dan sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek ditetapkan menjadi hari libur nasional. Banyak pula Kelenteng yang kembali mengganti nama seperti nama semula. Namun, adapula Kelenteng yang tetap mempertahankan nama Vihara yang sebetulnya hanyalah merupakan nama sementara.

Dan dulu, sebelum agama Konghucu diresmikan, orang awam juga keliru membedakan mana Kelenteng dan mana Vihara, karena menurut mereka, hampir semua orang Tionghua yang pergi ke Kelenteng atau Vihara, sehingga umat Buddha dan umat Konghucu pun dicap sebagai agama yang hanya dianut oleh etnis Tionghua. Padahal, hal ini salah. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak pula warga asli Indonesia yang menganut agama Buddha.

Dampaknya tidak hanya sampai di situ, karena larangan pada Orde Baru, terjadilah penggabungan 3 tempat ibadah menjadi satu. Tempat ibadah itu disebut Vihara Tri Dharma (Tiga Ajaran: Buddha, Konghucu, Tao) Dan tempat ibadah ini hanya terdapat di Indonesia. Walaupun berdampak negatif yaitu timbulnya kekeliruan, tapi tempat ibadah ini juga berdampak positif yaitu mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Perbedaan Agama Buddha dan Konghucu

a. Agama Buddha
Penyebar Ajaran             : Sidharta Gautama Buddha
Asal Ajaran                    : India
Kitab Suci                      : Tipitaka (Theravada, bahasa Pali) atau Tripitaka (Mahayana, bahasa Sansekerta)
Rumah Ibadah                : Vihara
Bahasa Asli                    : Bahasa Pali atau bahasa Sansekerta
Pemimpin Agama           : Bikkhu (Theravada), Biksu (Mahayana), Bikkhuni (Bikhhu Wanita)
Salam Keagamaan          : Namo Buddhaya; Namaste

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Sanghyang Adi-Buddha Tuhan Yang Maha Esa (lebih sering digunakan oleh Buddhayana/Ekayana). Aliran Theravada lebih sering menggunakan padanan kata Sang Tiratana.
b. Agama Konghucu
Penyebar Ajaran          : Nabi Konfusius
Asal Ajaran                  : Tiongkok
Kitab Suci                    : Sishu, Wujing, Xiao Jing
Rumah Ibadah             : Kelenteng / Lintang
Bahasa Asli                  : Bahasa Mandarin (bahasa Tiongkok)
Pemimpin Agama         : Pendeta Konghucu
Salam Keagamaan        : Wei De Dong Tian

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Tian/Thian Tuhan Yang Maha Esa.

http://wirawanperdana.blogspot.com/2013/06/perbedaan-vihara-dan-kelenteng.html#comment-form

Umat Khonghucu Jambi Turut Merayakan Sejit Dewa Rejeki


JAMBI – Ratusan umat Khonghucu Jambi kemarin pagi (25/4-2017) berbaur dengan para Lo Cu (panitia) merayakan Sejit Kongco Hok Tek Cen Sen yang lebih dikenal dengan sebutan “Tua Pek Kong” di Kelenteng Siu San Teng yang terletak dibilangan Jalan HMO Bafadhal, Rt. 23 Kampung Manggis Jambi [Lihat Gambar:Perayaan SejitKongco Hok Tek Ceng Sin].

Untuk memeriahkan ritual tahunan tersebut sehari sebelumnya panitia terdiri dari para pengusaha terkemuka Jambi menyelenggarakan malam hiburan karaoke dihalaman kelenteng Siu San Teng, acara tersebut terbuka untuk umum.
Selama beberapa hari mereka meninggalkan pekerjaan rutin untuk menyambut hari suci Dewa Rejeki (Tua Pek Kong).

Menurut uraian pengurus kelenteng Siu San Teng Jambi yang lama, Kongco Hok Tek Cen Sen  telah ada sejak jaman Belanda 1805/ 212 tahun yang lalu, saat itu kelenteng bernama Hok Tek.

Ujar Ketua Dewan Kehormatan Siu San Teng, Tanoto Kusumah, setiap tahun kita adakan sembahyang bersama Sia Kang pada hari pergantian tahun imlek, Malam Perayaan Cap Go Meh dan Sejit Kongco Hok Tek Cen Sen, tujuan sembahyang bersama agar masyarakat Jambi bisa hidup sejahtera, usaha lancar dan bebas dari malapetaka (bencana) yang tidak diinginkan. Tambah Tanoto Kusumah pimpinan Novita Hotel Jambi, “Kita harapkan agar masyarakat Jambi bisa hidup lebih baik, usaha lancar dan Jambi terhindar dari segala malapetaka/bendana” imbuhnya seusai sembahyang.

Seusai sembahyang semua sajian dimasak dan di makan bersama, umat Khonghucu meyakini bahwa dengan menyantap hidangan hasil ritual akan mendapatkan perlindungan dari para roh suci (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

09 April 2017

Bagi-Bagi Buku Di Zi Gui Di Klenteng MAKIN Sai Che Tien Jambi


JAMBI - Agama Khonghucu telah diakui oleh Pemerintah Indonesia, sejak Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi orang nomor satu, dan ia mencabut PP Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang kegiatan warga Tionghoa. Namun, hingga kini banyak hak-hak sipil warga Khonghucu yang terabaikan. Salah satunya adalah hak pendidikan Agama Khonghucu bagi siswa-siswi beragama Khonghucu [Lihat Album: Sekolah Minggu Khonghucu Jambi].

Hak pendidikan Agama Khonghucu sebenarnya tertuang di dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Di situ disebutkan, peserta didik  wajib mendapatkan pelajaran agama dari guru yang seagama. Karena itulah, sekolah wajib menyedikan guru yang seagama.
Diharapkan sekolah-sekolah di Jambipun bisa menerima dan mengakomodasi amanat undang-undang tersebut, ini merupakan hak pendidikan bagi warga Khonghucu Jambi. Harap Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (matakin) Provinsi Jambi Darman Wijaya dan Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (matakin) Koya Jambi Darmadi Tekun, di sela-sela penyerahan buku Di Zi Gui (9/4-2017).

Tambah Darman Wijaya, pentingnya mendidik anak ilmu keagamaan sedini mungkin, karena anak adalah titipan dari Tuhan YME kepada kita. Ini merupakan amanah yang harus dididik dengan sebaik-baiknya. Pendidikan anak harus dimulai sedini mungkin, maka sebagai orangtua harus berperan penting dalam proses pendidikan anak, karena keberhasilan dalam mendidik anak ditentukan dengan bagaimana orangtua memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak tersebut. Orangtua perlu mengajarkan pendidikan, memberikan bekal baik di dunia maupun di akhirat, agar kelak mereka menjadi orang yang sukses di masa mendatang.

Kita sebagai orangtua, harus membentuk serta membiasakan anak untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa, serta menjauhi larangannya, agar keluarga terhindar dari siksaan dikemudian hari. Sebagai orangtua kita harus selalu memelihara anak kita agar terhindar dari segala perbuatan yang dilarang oleh agama (Romy). * https://www.facebook.com/makinjambi

21 February 2017

发扬宗教和谐相处精神,共同建设国家

 
 
 
在印尼西爪哇卡拉旺(Karawang)隆重举行,民主改革后第18届元宵节活动。印尼第四任总统瓦希德夫人欣达、卡拉旺县长 Dr.Cellica Nurachadiana印尼孔教妇女部主陈玉娘印尼孔教最高理事会荣誉主黄耀德等及关圣帝君庙理事和军警官和信徒近千人参与元宵节活动.

Cellica  县长致词中表示,  我国虽然大多数是信奉伊斯兰教, 我国在1945年宪法就提到“三项宗教和谐”即是:宗教内部、宗教与宗教之间及宗教与政府的和谐。她也希望在她的属下官员及包括孔教信徒在内的华族,大家团结一致,发扬宗教和谐相处精神,共同建设国家,让生活更美好。
  黄耀德致词表示,这次的元宵节活动除了抬神轿游街,同时也有Sunda民间舞蹈表演,显出我国多元文化,大家团结一致.

  致词完毕瓦希德夫人欣达女士,挥旗启动抬神轿游街开始。向关圣帝君庙开始,经过Arif Rahman Hkaim ,Dewi Sartika街一直回到原地庙宇.

明光报道/Romy摄影

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20170221/306227.shtml

09 February 2017

Persiapan Cap Go Meh di Jambi

JAMBI - Sudah menjadi tradisi kerja sama tiga kelenteng adakan kirab Malam Cap Go Meh, yaitu kelenteng Hok Kheng Tong, Sai Che Tien dan Leng Chun Keng Jambi merayakan Malam Cap Go Meh di Jambi.
Terlihat ketiga kelenteng sudah dipermak dengan aneka ukuran lampion dan warna warni umbul-umbul dari ketiga kelenteng demi menambah keindahan Malam Perayaan Cap Go Meh. Di Jambi perayaan Cap Go Meh selalu pada malam hari sesuai dengan sebutan Malam Cap Go Meh.

Agenda acara Cap Go Meh diawali barisan pembawa bendera merah putih, bendera kebesaran para roh suci, lampion, kursi tandu singasana para dewa (joli), liong dari kelenteng Leng Chun Keng, menuju ke kelenteng Sai Che Tien, setelah itu kedua kelenteng bergerak ke kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan Cap Go Meh), setelah berkumpul semua kelenteng, baru parade Cap Go Meh dimulai dengan iringan bendera pusaka, bendera atau umbul-umbul dari masing-masing klenteng, diikuti pembawa lampion, arak-arakan kursi tandu (joli) dari masing kelenteng melintasi rute Koni IV menuju Jalan Pangeran Diponegoro, terus nuju kelenteng Tiong Gie Tong di kawasan Sulanjana, selanjutnya ke MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Kelenteng Leng Chun Keng, lalu ke Kelenteng Cheng Hong Lao dan kembali ke MAKIN Kelenteng Sai Che Tien dan MAKIN Kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan cap go meh).

"Selain keliling kelenteng, mereka tatung juga masuk ke rumah-rumah warga Tionghoa untuk mendoakan tuan rumah agar mendapat rezeki dan kesehatan."

Puluhan roh suci “shen ren” akan berkumpul di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Hok Kheng Tong untuk mengikuti karvanal arak-arak para roh suci shen ren sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi umat Khonghucu atas jasa almarhum Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. (Romy)

* https://www.facebook.com/makinjambi

02 February 2017

Ratusan Umat Khonghucu Jambi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She


JAMBI – Setelah enam hari perayaan Tahun Baru Imlek 2568 kongzili, ratusan umat Khonghucu di Kota Jambi silih berganti mendatangi Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kelenteng “Hok Kheng Tong” yang terletak di Jalan Koni IV, Rt. 02, depan pabrik Kopi AAA, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, kehadiran umat Khonghucu tersebut untuk untuk mengikuti prosesi upacara sembahyang bersama Sejit Roh Suci Shen Ren (baca dewa) “Cheng Cui Co She” Qing Shui Zu Shi atau yang lebih dikenal dengan nama sebutan “Co She Kong”, pada Kamis (2/2-2017).


Upacara sembahyang langsung dipimpin langsung Lim Tek Chong taoshe dari Tiongkok, upacara mulai dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.30 [Lihat Gambar: Prosesi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She].
Prosesi upacara terbagi dua tahap, yakni tahap pertama adalah sembahyang menghadap altar Tien (Tuhan), tahap kedua baru sembahyang di altar Roh Suci Shen Ren “Co She Kong. Tahap demi tahap diikuti oleh segenap pengurus kelenteng Hok Kheng Tong beserta para Lo Cu (panitia), semua prosesi dilakukan pengurus dengan, setengah jam kemudian, prosesi upacara kedua dilanjutkan didalam kelenteng, yakni di altar Co She Kong. Sebagaimana biasanya berbagai sesajen terbentang di atas meja segi empat berwarna merah, sesajian ada yang dibawa oleh masing-masing umat sendiri.

Seusai sembahyang tersebut, sesajen-sesajen yang ada di altar lalu dimasak, kemudian dimakan bersama. Tradisi makan bersama ini, menurut kepercayaan umat Khonghucu, “Dengan memakan makanan dari hasil sembahyang ulang tahun para Roh Suci Shen Ming, maka diri mereka akan mendapatkan perlindungan dari mahluk-mahluk yang berniat jahat”.

Co She Kong berasal dari Propinsi Hok Kian, Kabupaten Yong Chun, Tiongkok. Nama panggilan sehari-hari adalah Chen Zhao Ying (Hok Kian = Tan Ciao Eng). Beliau dilahirkan pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada zaman Dinasti Song (960-1279 M), dimasa Pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat.

Chen Zhao Ying mahir dalam bidang pengobatan dan mendatangkan hujan bagi penduduk di sekitar An Xi (An Hui) & Xia Men (E Meng). Beliau sering membantu penduduk yang miskin dalam masalah pengobatan dan suka menolong orang-orang membangun jembatan. Di dekat gua tempat beliau bertapa terdapat sumber air yang jernih, yang bernama Qing Shui Yan (Ching Cui Giam) yang berarti Cadas Air Bersih. Dengan air jernih dan meditasi di gua ini Chen Zhao Ying mengobati orang-orang yang meminta pertolongannya. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

15 September 2016

Perayaan Sejit Che Liong Kong Di MAKIN Leng Chun Keng Jambi


JAMBI, Ayojambi.com – Melirik Perayaan Sejit “Sun Peng Sing He yang lebih dikenal dengan sebutan Che Liong Kong” di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Leng Chun Keng Jambi 龍春宮 yang terletak di Jalan Koni 1, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Kamis (15/9) pagi.
Sejit Che Liong Kong tepat pada Pwe Gwe Cap Go (lunar kalender) MAKIN Leng Chun Keng Kota Jambi, sekaligus mengadakan sembahyang Tiong Chiu “中秋節”, 15 bulan 8 tahun 2567 Kongzili yang jatuh pada 15 September 2016. Saat bulan purnama bersinar nan cemerlang di pertengahan musim gugur/rontok (Mid Autumn) dan dilakukan sembahyang syukur kepada Sun Peng Sing He 順平聖侯 dengan sajian khusus Tiong Chiu Pia dan aneka Kue lainnya.

Upacara suci dipimpin langsung oleh Lim Ze Cheng taoshe dari Tiongkok (中国道士林泽承). Selain menyambut perayaan Sejit Che Liong Kong, Kelenteng Leng Chun Keng juga adakan Kho Kun “Persembahan sesajian untuk para pengawal dewa-dewa”.

Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Sejit Che Liong Kong dilakukan, terlebih dahulu para pengurus kelenteng MAKIN Leng Chun Keng melakukan sembahyang Tie Kong (Tuhan) di altar depan kelenteng, adapun maksud sebahyang tersebut adalah meminta restu sekaligus pemberitahuan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tien), bahwa umatnya di Jambi hendak merayakan Tiong Ciu Cui dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. (Romy)
* www.ayojambi.com/

Perayaan Tiong Ciu Cie Di Kelenteng Hok Kheng Tong Jambi

JAMBI, Ayojambi.com - Salah satu tradisi yang masih dipertahankan masyarakat keturunan Tionghoa di Jambi adalah memperingati hari besar Tiong Ciu Cie 中秋节. Perayaan ini merupakan agenda tahunan dari Kelenteng Hok Kheng Tong 福慶堂 di Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (占碑埠哥尼區福慶堂庆祝中秋节).

Selain menyambut perayaan Tiong Ciu Cie, Kelenteng Hok Kheng Tong 福慶堂 juga melakukan kho khun (sembahyang persembahan) yang dilakukan setiap tahun, “Tiap tahun kita rayakan sembahyang Tiong Ciu Cue sekaligus melakukan kho khun“ ujar pengurus Makin Hok Kheng Tong 福慶堂 [Lihat Gambar: Prosesi Sembahyang Tiong CiuCue].
Acara perayaan Tiong Ciu Cie dimulai dengan melakukan sembahyang. Sembahyang dilakukan ini, tidak berbeda dengan sembahyang umumnya yang dilakukan masyarakat etnis Tionghoa kebanyakan.

Selain menyajikan berbagai buah-buahan, kue-kue dan daging babi sebagaimana sembahyang umumnya, pada perayaan kue bulan ini sengaja dipersembahkan kue bulan sebagai salah satu sesaji utama. Sedangkan perlengkapan sembahyang lainnya, tetap ada kertas sembahyang, garu (hio) dan lilin.

Usai pelaksanaan sembahyang kue bulan, perayaan Tiong Ciu di Kelenteng Hok Kheng Tong dilanjutkan dengan kegiatan hiburan karaoke serta makan bersama.

Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Tiong Ciu Cue dilakukan, terlebih dahulu para pengurus Makin Kelenteng Hok Kheng Tong 印尼占碑省福慶堂孔教會 melakukan sembahyang didepan altar Tien (Tuhan), adapun maksud sebahyang tersebut adalah memberitahu sekaligus memohon ijin kepada sang pencipta alam semesta, bahwa umatnya di bumi hendak merayakan Tiong Ciu Cue dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Prosesi upacara dipimpin langsung Rohaniawan dari Matakin Provinsi Jambi, The Lien Teng  (鄭連丁).

Tampak hadir dalam acara akbar tersebut diantaranya, Ketua MATAKIN Jambi, Darman Wijaya (占碑省孔教最高理事會主席黄春回) Ketua MAKIN Sai Che Tien, Darmadi Tekun (占碑省獅仔殿廟宇主席), Ketua Perkumpulan An Xi Jambi Alex Sujanto 占碑安溪公会胡玉志主席, Ketua Hok Liong Sai 福龍獅 serta beberapa pengusaha Bank di Jambi. (Romy)

25 October 2015

Tiga Tantangan Bimbingan Masyarakat Khonghucu

Agama Khonghucu berkembang di era reformasi, tepatnya setelah Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keppres No 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres No 14 Tahun 1967 dan SE Mendagri No 477/74054/BA.01.2/4683/95. Sejak saat itu, umat Khonghucu dan orang-orang Tionghoa non Khonghucu bisa bebas berekspresi. Terlebih pada 2001 Presiden Abdurrahman Wahid menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur fakultatif bagi etnis Tionghoa, yang dilanjutkan Presiden Megawati dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional melalui Keppres No 19 Tahun 2002.

Adanya UU Nomor 1/PNPS/1965 menegaskan kembali tentang keberadaan penganut agama Khonghucu di Indonesia. Dalam UU itu disebutkan bahwa yang berhak mendapatkan pelayanan khusus dari negara adalah penganut Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Sebagaimana amanat UU itu pula, Kemenag menerbitkan PMA No 10 Tahun 2010 tetang pelayanan agama Khonghucu yang ditempatkan di Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) dan PMA No 13 Tahun 2013, tentang pelayanan bagi penganut Khonghucu di tingkat Kanwi  Kemenag Provinsi dan di tingkat Kakan kemenag Kabupaten/ Kota.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Prof Nur Syam mengatakan, ada tiga tantangan dalam bimbingan masyarakat Khonghucu. Pertama, tantangan pendataan masyarakat Khonghucu. Berdasarkan pengamatan lapangan, salah satu hal mendasar untuk menjadi perhatian ialah tentang akurasi data mengenai jumlah masyarakat Khonghucu.
Data yang akurat menjadi ukuran menentukan program dana nggarannya. Di dalam
Perbincangan dengan Bappenas ataudi dalam pertemuan trilateral selalu saja yang dikritisi ialah tentang akurasi data. Akurasi data menjadi ukuran ketepatan perencanaan program maupun penganggarannya.
“Dengan data yang akurat, kepercayaan terhadap Kemenag juga akan meningkat,” kata NurSyam.

Kedua, identitas sebagai pemeluk Khonghucu juga menjadi penting. Pendataan tentu tidak akan mudah dilakukan manakala persoalan identitas belum tuntas. Identitas merupakan batas pembeda antara satu dan lainnya. Biasanya dikaitkan dengan simbol-simbol yang terdapat dan menjadi penanda bagi identitas dimaksud Ketiga, pelayanan kepada umat Khonghucu. Sebenarnya, ada hal mendasar yang menjadi kewajiban pemerintah melayani umat beragama, yaitu pendidikan, kependudukan, dan pernikahan termasuk penganut agama-agama minoritas.
Lebih lanjut, Nur Syam mengingatkan terdapat tantangan sangat serius di internal Khonghucu adalah mengenai kelangkaan guru agama Khonghucu. “Hingga hari ini belum didapatkan guru-guru agama Khonghucu yang memenuhi standar mengajar. Belum ada guru agama Khonghucu yang berijazah S-1,” cetusnya. Saat ini baru terdapat satu Lembaga Pendidikan Tinggi Agama Khonghucu Swasta di Semarang Stakhong Cahaya Kebajikan.

Kehadiran lembaga pendidikan tinggi itu diharapkan mampu menjawab tantangan keberadaan guru agama Khonghucu. “Kedepan tentu harus dipikirkan secara mendalam tentang bagaimana peningkatan kualitas pelayanan kepada umat agama Khonghucu.”

Jaga kerukunan
Menurut, Nur Syam, yang terpenting ialah bagaimana menjalin kerukunan di atas keragaman identitas beragama ini. Kiranya jangan hanya membicarakan aku atau kamu, akan tetapi yang lebih penting adalah tentang kita. Jika kita berbicara dengan bahasa ‘kekitaan’, batas identitas yang semula sangat tegas itu akan menjadi luruh kedalam kebersamaan. “Jika hal ini yang dijadikan sebagaimana kota kehidupan, maka merajut kerukunan di dalam kebinekaan tentu bukanlah masalah yang sulit dilakukan,” tegasnya. (Bay/S-25)

08 July 2015

勿里洞孔教妇女协会与布安基金会

Ibu Shinta Nuriyah memberikan tausiah
Perempuan Khonghucu Indonesia foto bersama Ibu Shinta Nuriyah
Suasana Buka Puasa Di Kelenteng Hok Tek Che Belitung
Kata sambutan dari Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama
 同瓦希德夫人共同开斋

【本报讯】7月3日上午,印尼孔教妇女协会与布安(PuanAmalHayati)基金会同前总统瓦希德夫人辛达女士在勿里洞县丹绒邦丹巴杀伊淦区达鲁萨冷大清真寺一起举行黎明开斋。下午他们也与约有数百人来自ojek租骑载摩托车者和孤儿们等在勿里洞丹绒班丹福德祠孔教庙堂共同开斋。
  开斋前也举行膜拜。出席者有勿里洞丹绒班丹警官Candra Sukma Kumara、Danlanud Tanjungpandan、 Anang HeruSetyono, 勿里洞县区议会副议 Budi Prastiyo,东勿里洞区议会副议长,东勿里洞孔教协会主席钟湘和勿里洞县宗教和谐论坛 Faisal Madani主席及东勿里洞县长钟万学。
  当天也向该区的20 多位孤儿及寡妇分发红包,让他们能过一个快乐的开斋佳节。 Hk/Romy

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20150708/227529.shtml

24 February 2015

Menag Harap Imlek Hadirkan Atmosfir Kesejukan Bermasyarakat

Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengharapkan perayaan Imlek dapat menghadirkan atmosfir kesejukan dalam bermasyarakat. Hal itu dikatakan Menag saat memberi sambutan pada acara Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional 2566 Kongzili yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN).
Perayaan Imlek kali ini mengusung tema “Kewajiban Utama Pemimpin Negara sampai Rakyat Jelata Adalah Membina Diri”, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senin (23/02). Tampak hadir Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang mewakili Presiden RI, Dubes Negara-negara sahabat, beberapa pimpinan lembaga negara, pimpinan Matakin seluruh Indonesia, para pimpinan majelis agama,  serta unsur Muspida dan umat Konghucu di Indonesia.

“Selamat Imlek 2566 kepada umat Konghucu di Tanah Air,” kata Menag.

Menurutnya, tema Imlek tahun ini sangat sejalan dengan tujuan pemerintah dan kewajiban masyarakat. “Sebab, membina diri tidak hanya berlaku pada pemimpin, akan tetapi berlaku juga kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia,” jelas Menag.

Pembangunan bangsa Indonesia dari masa ke masa tidak lepas dari agama. Hal ini, lanjut Menag, sebagaimana tertuliskan dalam UUD 1945 dan secara eksplisit tercantum dalam sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha Esa. “Negara tampil sebagai pelopor kerukunan umat beragama. Negara tidak diwakili oleh agama tertentu. Indonesia yang bukan diwakili agama tertentu, bukan pula negara sekuler,” papar Menag.

Menag berharap hubungan sesama umat beragama di Indonesia terus dapat terjalin dengan baik, ditandai dengan sikap saling menghormati dalam pengamalan ajaran beragamanya.  Hal itu menurut Menag akan dapat mewujudkan Indonesia yang rukun dan  harmonis. “Perayaan Imlek ini (semoga) dapat menyegarkan kesadaran beragama pada kita semua,” harapnya.

“Indonesaia merupakan laboratorium kerukunan umat beragama dunia. Agama seharusnya menjadi rahmat yang mampu melahirkan kerukunan pada setiap umat,” tambahnya.

Sebelumnya Ketua Umum Matakin U’ung Sendana dalam laporannya, menyampaikan bahwa  tema imlek tahun ini memberi pesasn agar setiap makhluk dalam berbagai bidang, dari rakyat jelata sampai pejabat negara dapat saling membina diri. “Kita harus saling asih, saling asah dan saling asuh menuju bangsa Indonesia yang jaya,” ujarnya sembari berharap datangnya tahun baru ini akan mendatangkan semangat baru pula. (Arief/mkd/mkd)

http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=241148
* www.ayojambi.com/

04 February 2015

Wisata Religi Kelenteng Kwan Im di Jambi

JAMBI, ayojambi.com - Kota Jambi adalah ibukota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu dari 10 daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi. Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera, kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah [Lihat Gambar: Peresmian Kelenteng MAKIN Beng Shan Bio Jambi].
Geografis :
Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6 tahun 1986), terletak pada kordinat :
01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang Selatan, 103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23" Bujur Timur.

Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur.

Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya.

Kota Jambi adalah sebuah kota sekaligus ibukota dari provinsi Jambi, Indonesia. Kota Jambi dibelah oleh aliran sungai yang bernama Batanghari, kota Jambi dapat menghubungi kabupaten dan provinsi di sumatera melalui jembatan Aur Duri I dan jembatan Aur Duri II.

Pariwisata di Jambi sangat beragam dan salah satu yang tak boleh anda lewatkan adalah dengan mengunjungi Candi Muaro Jambi dan beberapa Kelenteng yang namanya sudah tersohor.

Salah satu Kelenteng Beng Shan Bio yang baru diresmikan terletak di Jalan Gembiran Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur, kota Jambi.

Kelenteng Beng Shan Bio ini dibangun dengan biaya sendiri dari seorang donatur untuk sembahyang umat Khonghucu Jambi.

Bentuk bangunan kelenteng ini merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe kelenteng yang lain, altar utama kelenteng ini adalah Kwan Im di dampingi empat sen ming (dewa red) lainnya.

Kelenteng Beng Shan Bio merupakan bangunan yang paling megah di Jambi, karena kelenteng ini dibangun oleh tenaga ahli dari Tiongkok sekaligus 80% bahan baku didatangkan dari China. Termasuk satu patung Kwan Im setinggi 4 meter ditempatkan di halaman kiri Beng Shan Bio.

Kelenteng Beng Shan Bio, belum 100% selesai dibangun, karena penilaian ahli feng shui Tiongkok, apa bila tidak diresmikan tahun ini (sebelum imlek) maka harus tunggu tahun 2018 mendatang. (Romy)
* www.ayojambi.com/

Peresmian Kelenteng Beng Shan Bio Jambi

JAMBI, ayojambi.com - Peresmian Kelenteng MAKIN Beng Shan Bio Jambi, Rabus (3/2/2015) berjalan lancar. Tamu beserta undangan dan ratusan umat Khonghucu Jambi memadati lokasi kelenteng untuk mengikuti prosesi pengsihan roh suci shen ming. Pengsihan roh suci dipimpin oleh taoshe dari negara Tiongkok [Lihat Gambar: Peresmian Kelenteng MAKIN Beng Shan Bio Jambi].
Ratusan warga Tionghoa penganut kepercayaan Khonghucu mengikuti prosesi pengisian roh suci terhadap patung dewa di Kelenteng MAKIN Beng Shan Bio, Kota Jambi. Kelenteng Beng Shan Bio adalah rumah ibadah bagi umat beragama khonghucu. Kelenteng tersebut terletak di Jalan Gembira, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi.

Bentuk bangunan kelenteng berbeda dengan type bangunan kelenteng yang lainnya di Jambi, altar utama Beng Shan Bio adalah Dewi Pengasih Kwan Im di dampingi empat shen ming (dewa red) lainnya, diantaranya Hok Tek Chen Sen, Hien Tien Siong Te, Kwan Seng Tee Kun  dan Sam Ong Hu Tua Lang Kong.

"Terhitung mulai tanggal 3 Februari 2015 (Cap Ji Gwee Cap G0) umat Khonghucu Jambi sudah bisa sembahyang dan berdoa di kelenteng MAKIN Beng Shan Bio."

Muljono Handjaya, memelopori pendirian kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Beng Shan Bio bagi umat Khonghucu di Jambi. Dalam pembangunan kelenteng ini, tak tanggung-tanggung Muljono Handjaya mendatangkan seorang arsitek dan bahan-bahan dari Tiongkok (China). Mereka memang ahli dalam pembuatan kelenteng. “Bagi orang-orang yang membangun Kelenteng untuk sembahyang umatnya, maka orang tersebut akan mendapatkan Pahala dari Tien (Tuhan).”

Peresmian kelenteng MAKIN Beng Shan Bio, dihadiri oleh para pengusaha dan tokoh masyarakat dari beberapa daerah diantaranya datang dari Jakarta, Sumetera Selatan (Palembang), dan Ketua Yayasan Kesejahteraan Sentosa, Ronny Attan, Pimpinan Mal WTC Batanghari Jambi, Pimpinan Aston Hotel, Sukirman Johan, Pengusaha dok kapal PT. Naga Cipta Central, Robin, serta Ketua MATAKIN Provinsi Jambi, Darman Wijaya, Wakil Ketua MATAKIN Provinsi Jambi, Alex Sujanto, Ketua MATAKIN Kota Jambi, Darmadi Tekun, Wakil Ketua MATAKIN Kota Jambi, Huwanda Desswandhy, Sekretaris MATAKIN Kota Jambi, Salim, Ketua Perkhin Jambi, Hewai, Ketua MAKIN Leng Chun Keng, Handoko Thetro, Ketua MAKIN Lam Po Tong, Cut Harto, Pengurus MAKIN Sai Chie Tien, Ketua Hok Liong Sai, Herman Suprapto (Chen He Siang) dan lain sebagainya. (Romy)

31 January 2015

Perbedaan Vihara dan Kelenteng

 BENTUK KELENTENG
BENTUK VIHARA
Banyak yang salah kaprah, atau bahkan tidak mengetahui sama sekali bahwa 'vihara' dan 'kelenteng' itu berbeda. Ada yang menganggap 'kelenteng' adalah panggilan lain dari 'vihara', jelas semua itu adalah salah. Pada kesempatan kali ini, Anda akan mengenal lebih lanjut, apa sajakah perbedaan 'vihara' dan 'kelenteng'.
a. Vihara
* Adalah rumah ibadah umat Buddha
* Biasanya berarsitektur India/Thailand, ada pula yang berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Vihara aliran Theravada, hanya ada rupang (patung) Buddha Gautama beserta 2 muridNya. Di dalam Vihara aliran Mahayana, terdapat 3 rupang, yaitu: Rupang Buddha Gautama, Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara, Rupang Bodhisattva Ksitigharba/Bodhisattva lainnya.
* Tidak terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang.
* Upacara keagamaan biasanya dilakukan secara jemaat yang disebut Puja Bakti/Kebaktian, walaupun umat juga diberi kesempatan untuk beribadah secara individu. Setelah beribadah umat biasanya akan diberi dhammadesana (khotbah/ceramah).
* Sebuah tempat bisa dikatakan Vihara apabila: memiliki minimal 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian), memiliki kuti (tempat tinggal bikkhu), perpustakaan, bahkan ruang khusus untuk khotbah. Vihara yang lebih kecil disebut Cetya yang hanya memiliki 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian) tanpa memiliki dhammasala dan perpustakaan. Vihara yang lebih besar dan memiliki taman disebut Arama. Vihara bisa disebut Arama apabila: memilkiki minimal 1 ruang dhammasala, kuti, perpustakaan, ruang khotbah, dan yang paling penting taman.
* Vihara biasanya menggunakan nama berbahasa Pali atau Sanskerta. Contoh: Vihara Dharma Loka, Vihara Vimala Virya, Vihara Dhamma Metta Arama, Vihara Vipassana Graha, Cetya Tisaranagamana, dll.

b. Kelenteng
* Adalah rumah ibadah umat Konghucu/Tao
* Biasanya berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Kelenteng terdapat rupang para Dewa/Dewi yang dipuja oleh umat
* Terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang
* Umumnya upacara keagamaan dilakukan secara individu
* Biasanya juga sekaligus merupakan tempat perkumpulan/yayasan sosial, seperti Kelompok Pemain Barongsai, dll.
* Kelenteng biasanya diberi nama dalam bahasa Mandarin atau bahasa Indonesia. Contoh: Kelenteng Tua Pek Kong, Kelenteng Dewi Sakti, Kelenteng Surya Bakti, dll.

Tidak heran kekeliruan ini terjadi. Pada masa Orde Baru, pemerintah RI melarang segala jenis apapun kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua. Sehingga Kelenteng yang merupakan salah satu tradisi Tionghua akhirnya terancam ditutup. Untuk mengatasi hal itu, sebagian Kelenteng dan umat Konghucu saat itu berlindung di bawah naungan agama Buddha, sehingga mengubah nama Kelenteng menjadi nama Vihara. Tidak hanya itu, umat Konghucu yang bernaung menjadi agama Buddha pun hanya menyandang gelar agama Buddha saja, tapi tetap melakukan tata cara ibadah agama Konghucu. Sebagian umat lain malah pindah ke agama lain seperti Katolik, Protestan, Islam, ataupun Hindu yang ketika itu merupakan agama resmi.

Sejak Orde Reformasi, atau lebih tepatnya masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, kebijakan yang melarang kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua itu kemudian dihapuskan. Sejak saat itulah umat Konghucu lebih leluasa beribadah dan melakukan aktivitas keagamaan dan kebudayaan seperti tarian Barongsai, Imlek, dll. Dan sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek ditetapkan menjadi hari libur nasional. Banyak pula Kelenteng yang kembali mengganti nama seperti nama semula. Namun, adapula Kelenteng yang tetap mempertahankan nama Vihara yang sebetulnya hanyalah merupakan nama sementara.

Dan dulu, sebelum agama Konghucu diresmikan, orang awam juga keliru membedakan mana Kelenteng dan mana Vihara, karena menurut mereka, hampir semua orang Tionghua yang pergi ke Kelenteng atau Vihara, sehingga umat Buddha dan umat Konghucu pun dicap sebagai agama yang hanya dianut oleh etnis Tionghua. Padahal, hal ini salah. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak pula warga asli Indonesia yang menganut agama Buddha.

Dampaknya tidak hanya sampai di situ, karena larangan pada Orde Baru, terjadilah penggabungan 3 tempat ibadah menjadi satu. Tempat ibadah itu disebut Vihara Tri Dharma (Tiga Ajaran: Buddha, Konghucu, Tao) Dan tempat ibadah ini hanya terdapat di Indonesia. Walaupun berdampak negatif yaitu timbulnya kekeliruan, tapi tempat ibadah ini juga berdampak positif yaitu mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Perbedaan Agama Buddha dan Konghucu
a. Agama Buddha
Penyebar Ajaran     : Sidharta Gautama Buddha
Asal Ajaran            : India
Kitab Suci              : Tipitaka (Theravada, bahasa Pali) atau Tripitaka (Mahayana, bahasa Sansekerta)
Rumah Ibadah        : Vihara
Bahasa Asli            : Bahasa Pali atau bahasa Sansekerta
Pemimpin Agama   : Bikkhu (Theravada), Biksu (Mahayana), Bikkhuni (Bikhhu Wanita)
Salam Keagamaan  : Namo Buddhaya; Namaste

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Sanghyang Adi-Buddha Tuhan Yang Maha Esa (lebih sering digunakan oleh Buddhayana/Ekayana). Aliran Theravada lebih sering menggunakan padanan kata Sang Tiratana.

b. Agama Konghucu
Penyebar Ajaran      : Nabi Konfusius
Asal Ajaran              : Tiongkok
Kitab Suci                : Sishu, Wujing, Xiao Jing
Rumah Ibadah         : Kelenteng / Lintang
Bahasa Asli              : Bahasa Mandarin (bahasa Tiongkok)
Pemimpin Agama     : Pendeta Konghucu
Salam Keagamaan    : Wei De Dong Tian

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Tian/Thian Tuhan Yang Maha Esa.

http://wirawanperdana.blogspot.com/2013/06/perbedaan-vihara-dan-kelenteng.html#comment-form

28 January 2015

Rencana Peresmian Pemakaian Kelenteng Beng Shan Bio Jambi

JAMBI, ayojambi.com – Jika tidak ada alar melintang Kelenteng Beng Shan Bio yang beralamat di Lorong Gembira, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur akan diresmikan (Soft Opening) untuk umat Khonghucu Jambi melakukan sembahyang [Lihat Gambar: Kelenteng Beng Shan Beo].
Menurut rencana peresmian, dilakukan pada 2 Fabruari 2015 atau Cap Jie Gwee Cap Go imlek/ lunar kalender, pukul 00.00, setelah dilakukan pengisihan roh para shen ming (bahasa hokkien Tiam Shin) oleh para Sai Kong (taoshe) dari Tiongkok. Kim Sin (patung dewa) tidak memiliki kekuatan apa-apa sebelum dilakukan pengisihan roh suci shen ming (dewa red).

Altar utama Kelenteng Beng Shan Beo adalah Nam Hai Kwan Im didampingi beberapa shen ming (Romy)
* www.ayojambi.com/

05 January 2015

伏羲、女娲与盘古神话是三个不同的神话谱系

【摘要】源于黄河上游地区的伏羲创制八卦、定阴阳、兴婚姻嫁娶之礼制、开渔猎畜牧之先、造书结绳记事的神话,源于我国北方的女娲补天、搏土造人的神话和源于华南珠江流域的盘古开天辟地、化生万物和兄妹结婚再造人类的神话,本是三个起源地、始创民族和内容都不同的神话谱系。后来,随着盘古神话的北传,后人将盘古神话的内容移植或融入伏羲或女娲神话之中,形成次生形态且与其原初内容相矛盾的神话。盘古神话永远是中国的第一神话。
    【关键词】在我国北方的黄河流域,广为流传着女娲补天、搏土造人和伏羲创八卦、定阴阳、兴婚姻嫁娶之礼制、开渔猎畜牧之先、造书契结绳记事的神话传说。这是典型的北方二元体系的神话。后来,随着中原封建政权的建立及其统治范围的不断扩大,包括伏羲和女娲在内的汉文化也随之向周边少数民族地区传播,并为许多少数民族接受和吸收,伏羲和女娲神话逐渐在包括壮侗语民族在内的许多民族中流传,与其民族的神话内容相混合。   
一、伏羲神话
    伏羲是我国古史传说中一位重要的神话人物,被认为是中华文明的重要开拓先祖,源于我国西北地区黄河上游一带,后来逐步在中原及周边民族地区流传。在流传过程中,这一神话不断发展演变,内容日愈丰富,而且说法甚多。有关伏羲神话传说,历代史籍多有记载,各族民间亦广为流传。流传于黄河上游甘肃地区的伏羲神话说:盘古神话来源研究相传自从盘古开天劈地之后,天下荒凉,人类愚昧。玉皇大帝便派圣母带仙犬下凡管理人间,居于华胥之地(今陕西蓝田)。有一年雷公神发怒,河水泛滥,人们遭遇巨大的灾难。圣母就化身为一位美丽的姑娘,世称华胥姑娘,前往雷泽国(甘肃境内)说服雷公不要随意发怒,危害人间。一路上,圣母娘娘历尽千辛万苦,才来到雷泽国附近,突然发现地上有一巨人脚印,因此心动。哪知这一凡心感动了天上的彩虹,便飞下来绕住了圣母。恰巧雷公在此,便领着圣母进了华池,圣母因与彩虹相交而怀孕,在成纪生下伏羲,而其实为大风国雷神之子。后人为纪念华胥姑娘踩巨人脚印生下伏羲,至今豫东犹遗俗称“担经挑",即“巫舞"的习俗。伏羲自称“风"姓,“风"便成了华夏民族的第一个姓字。后雷公听从了华胥姑娘的劝说,便改邪归正,不再随意发怒危害人间。从此,天下便安乐太平、五谷丰登了①。后来,始创“八卦台"(在今禹州方城山)。伏羲在此设台作八卦,仰观日月星辰之象,伏察地内山川陵谷之形,揭示天地阴阳、世间万物的对立统一规律。伏羲认为,最原始的物质为太极,太极生两仪,两仪生四象,四象生八卦,并发明了八种符号分别代表八卦。
    在古籍记载中,伏羲的名号或称谓繁多,有称太昊即大皞、太皓;有称密牺即包牺、包羲、伏戏、伏牺、炮牺、必戏等等。“先秦以前太昊和伏羲两个名称本是各不相属的,到秦末汉初《世本》出现,才开始把二者合而为一。”②有关伏羲神话传说的内容,不仅史书记述零散,而且因时代不同而异。唐代以前的史书里,主要是记述太昊伏羲是东方的天帝,掌管春天,说他是“百王之先”,教人仿效蜘蛛而结网捕鱼,作“瑟”之琴,又谱“驾辨”之曲。其历史功绩主要是创造八卦,开创文明。到了明清时期,伏羲的文明创造依然不断,如“坐于方坛之上,听八风之气,乃画八卦”;又说他“画卦结绳,以理诲内”③。到了唐代,伏羲神话的内容发生了很大的变异,增加了与原先的神话主题完全不同的事件与情节,伏羲由“独子”变成了“有妹之兄”,由“单身男子”变成了“有妇之夫”。如唐人李冗《独异志》中说:“昔宇宙初开之时,有女娲兄妹二人,在昆仑山,而天下未有人民。议以为夫妻,又自羞耻。兄即与其妹上昆仑山,咒曰:‘天若遣我二人为夫妻,而烟悉合;若不,使烟散。’于烟即合。其妹即来就兄,乃结草为扇,以障其面。”意思是说,宇宙初开,天下未有人民,女娲兄妹二人被迫结为夫妻,繁衍人类。李冗的文章并未点明女娲的哥哥是谁,大概是因为伏羲与女娲同属“人首蛇身”的原因,便“同类合并”。认定女娲的哥哥便是伏羲,于是变成了伏羲与女娲结合而繁衍人类,甚至有当时诗人卢仝也在他的《与马异结交诗》中写出“女娲本是伏羲妇”④的句子赞同这种伏羲与女娲是兄妹婚的说法。

    二、女娲神话
   关于女娲补天、搏土造人的神话,也是我国广为流传的一则神话传说,源于我国北方地区,是史籍中记载较多的一位神话人物。《楚辞》中屈原的《天问》就有“女娲有体,孰制匠之”⑤句;《山海经》中说:“有神十人,名曰女娲之肠,化为神,处栗广之野。” ⑥
    综观史籍中的有关女娲神话的记载,主要有三种不同的说法:一曰“炼石补天”。西汉《淮南子•览冥篇》说,“往古之时,四极废,九州裂,天不兼复,地不周载。火烂焱而不灭,水浩洋而不息于是女娲炼五色石以补苍天,断鳌足以立四极,杀黑龙以济冀州,积芦灰以止淫水”。二曰“抟土造人”。汉代《风俗通》说;“俗说天地开辟,未有人民,女娲抟黄土作人。剧务,力不假供,乃引绳于泥中,举以为人。故富贵者,黄土人;贫贱者,引恒人也。”三曰“与伏羲婚”——即前文所引的唐代李冗的《独异志》的说法。在史籍中,有许多关于女娲神话的记载。但时代不同,其内容也不尽相同。关于女娲补天造石桥的传说:昔日,共工与颛顼争夺帝位,大战于大周山下,共工战败,大怒,一关将苍天撞破。于是狂风大作,电闪雷鸣,滔滔洪水由北向东南铺天盖地而来,环山绕岭,冲毁村庄,淹没田地,人类面临灭顶之灾,作为人类创造者最伟大的母亲女娲,心急如焚,为了拯救人类便决心把塌下的天补起来。她采不周山巨石,引天火,日夜烧炼五色石,把天补得完完整整,呈红、橙、黄、绿、青、蓝、紫等多种多彩,非常好看。大面积洪水被控制住了,但有些河还很难渡。女娲又让工匠鲁班,用补天剩下的石头建一座桥。鲁班不用刀斧,用无边的法术将石头变成羊群,从不周山赶到河边,一夜之间便建成了世上罕见、独具风格、大跨度的赵州桥。因能安邦济民所以取名“安济桥”。在女娲补天之后,赵州双庙一带,依然洪水滔滔,困扰着当地百姓。有一天人们看见一男一女乘坐一个大葫芦顺水漂游而来。到了双庙龙泉古庄村北,他们用法眼看到有两个泉眼在汩汩冒水,这正是他们几天来一直寻找的洪水长期不止的原因。于是他们立即跳下葫芦,用石砖、泥土堵塞泉眼,但用尽各种办法也堵不住,于是他们决定用身体来堵。女娲、伏羲分别坐在两个泉眼上,洪水立即停止了。从此以后,伏羲、女娲便在这一带居住下来。
    为了让人们生活得好,便教给人们种庄稼。没有种子,他们让成千上万只鸽子从水中叼来一个个草穗,这就是后世的五谷杂粮。种子有了,教人们种庄稼,收储粮食,建房屋,置家具,使这一方人们过上安居乐业的日子。无论是史书记载,还是民间传说,女娲神话中有“炼石补天、抟土造人”和“与伏羲婚配”三种不同的内容。其中以“炼石补天”流传最为广泛,如同盘古开天辟地神话一样,几乎尽人皆知。而女娲“抟土造人”传说,主要流传于我国北方中原地区。第三种内容“与伏羲婚配”的传说则只见于少数历史文人的著作中,民间则少有流传。

    三、伏羲、女娲洪水后结婚再造人类
    神话是对南方盘古神话的移植和套用,与原来的伏羲、女娲神话自相矛盾神话是原始社会时期的产物,是先民们用想象和借助想象,以征服自然力,支配自然力,把自然力加以形象化。在不同的自然环境、气候条件、生活方式和社会文化背景下,人们的思维方式、价值取向、原始信仰以及对自然的认知方式不同,对世界的由来及各种自然现象的成因的探索与解释也不相同,于是就产生不同题材、不同内容的神话故事。事实说明,凡世界上某一种著名的神话,总是由一个地区或大河流域的某一族群所始创,而后呈滚雪球的态势,逐渐在与之关系密切的族群或区域流传,形成一个同一母题的神话圈。由于社会发展的模式和文化模式的不同,神话在流传过程中,人们对神话的加工与演绎也不同。另一方面,随着民族的迁徙流动和文化的传播、交流与互动,各地各民族的神话在流传过程中,也相互影响和吸收,使神话出现相互交融、混合的局面。因此,我们在研究和探索神话的起源地和始创民族时,首先需要对历史文献中有关神话的记载和民间流传的神话的主题、内容的质态及其产生的年代进行甄别,进而追溯其最初流传的地区,而后需要对已经被混合或演绎了的神话内容进行甄别,以便正本清源,还复其历史面貌。
    文化是一种复杂的现象,它既有很强的稳定性,又具有变异性。而其稳定性是相对的,并且是有条件的,“变”则是绝对的。神话也是如此。一种神话在流传过程中,神话主题和核心内容具有较强的稳定性,不会随着时间的推移和社会的发展而发生大的变异,如壮族民间流传的盘古神话就是如此。而有的神话故事则随着时间的推移、民族的迁徙、文化的传播和社会的变迁而发生变异,有的甚至脱离了原来的主题和内容而重新进行加工与演绎,其内容和情节多已面目全非,伏羲和女娲神话便属此类。另一方面,神话故事在长期的流传过程中,由于民族的发展与分化,各民族文化价值取向的不同,其神话也会产生某种借代、移栽、交叉、混杂、转套的现象。这一现象在盘古、伏羲、女娲三个神话都有反映。这就需要我们认真地加以分析和探讨,分清本与末或源与流,还其本来的面目,以免造成思想上和学术上的混乱。
    正如前文所述,伏羲神话源于我国西北地区的黄河上游流域,而后逐渐向黄河中游一带流传。其神话原本只说伏羲画八卦、教人结网捕鱼、饲养家畜、制琴编曲等,是文化智慧方面的始祖神。女娲神话原本只说女娲炼五彩石补天,捏土造人,是一位创造人类的始祖神。这两位传说中的始祖神,原先都是各处其地、各司其职、互不相关、受人尊敬的两位始祖神。可后来,一些人却把伏羲与女娲同时说成是兄妹关系和夫妻关系而繁衍人类,其神话的主题和内容都发生了很大的变异,与原初的主题内容相背离。因此,我们将这种已经被异化了的伏羲、女娲神话称为“后伏羲、女娲神话”。

    从神话的发展演变规律来看,随着社会的发展、生产力水平的提高、生产与生活方式的变迁和人们思想观念的变化,人们对事物的认识也不断加深与扩大,神话在流传过程中,不断被加入新的时代观念与内容。但这种变化首先应该是合理的,即按原来神话内容的内在逻辑、思路和情理进行演绎或新编,不应该与原来的主题相矛盾,如果相矛盾了,则与情理不符,其新编的故事便不能成立,难以得到大众的认同;其次是新编的故事应该是属于“自己的”,即故事的人物、情节应该有自己的“独特性”,不与别的故事相雷同,即便是模仿也不应该与别的故事完全相同,更不是照搬、照套和全盘移植,否则会以讹传讹,混淆视听,引发混乱。基于上述基点,现试对后伏羲、女娲神话进行甄别和剖析
    (一)女娲故事主题内容前后自相矛盾。女娲神话本是说女娲炼石补天和捏土造人,而“后女娲神话”则加工演绎并强加女娲与伏羲婚配,繁衍人类。其前后自相矛盾是显而易见的。既然前面已经是说是“抟土造人”,怎么后来又变成以自身繁衍人类呢?既然自身可以繁衍很多人类,那么早先为什么又要用泥巴来造人类呢?很显然,“后一种说法”是不能成立的。事实上,“后一种说法”是给炼石补天、捏土造人的非常清纯、完美、尊贵、鲜明的女娲崇高形象蒙上了一层杂乱的阴影,造成了明显的“硬伤”。广西来宾市兴宾区良塘乡甘东村有一座古老的以岩洞为屋的盘古大庙,而离甘东村不远的大洲村又有一座小型的女娲庙,我们于2005年春到大洲村考察时,问当地群众:“你们这里已有了盘古大庙,怎么还要建女娲庙?”群众给我们以简洁的回答:“盘古开天、女娲补天嘛!”表明各族群众所敬奉的女娲主要的还是在于她“补天”的功德。
    (二)女娲结婚故事是盘古故事人物和情节的移植和套用。女娲兄妹结婚的传说始见于唐代李冗的《独异志》,但《独异志》中并没有记载女娲的兄长是谁,后人在解释这一记载的过程中,可能认为与女娲同一时期且地位相称的传说人物还是“单身”的男性只有伏羲,而且他俩的属相又相同(同属人首蛇身),于是乎伏羲便被“拉郎配”,成了女娲的哥哥和丈夫了。按李冗《独异志》的记录,女娲兄妹结婚的地点是在 “昆仑山”,与《山海经》所说的昆仑山相同,是人们理想中的一座神山,其位置在黄河的中上游一带,但在神话传说中并没有讲到发生洪水的事,因我国北方是很少发洪水的。可是,后来的一些文人学者可能又觉得李冗的原作故事过于简单,内容不够丰富,于是就用套换的手法,把南方少数民族洪水过后兄妹结婚再造人类的盘古神话故事说成是伏羲与女娲婚配。发表于二十世纪四十年代初的闻一多先生的《伏羲考》一文便是这种说法最为典型的代表。这样一来,使得盘古兄妹结婚故事与伏羲女娲结婚故事发生了混淆,甚至被冒充和全部取代,其谁先谁后的次序自然也就被颠倒了。
    其实,南方的壮、毛南、仫佬、布依、水等少数民族地区流传的盘古兄妹凭借葫芦躲避洪水后,兄妹结婚再造人类的神话故事与伏羲、女娲结合的故事,各自产生的时间、背景和流传的地区、历程都是清晰的,其差异也是明显的。
    1.盘古兄妹结婚造人神话产生与流传的年代要比伏羲女娲结合的故事产生与流传的年代至少要早千年以上。盘古兄妹结婚造人类的故事早在汉代以前已经产生,南朝梁人任窻《述异记》中明言“吴楚间说:盘古氏夫妻,阴阳之始也”。还说盘古故事有“秦汉间俗说”、有“先儒说”、有“古说”等,说明盘古兄妹结婚再造人类的传说在秦汉以前已经在我国南方地区流传。而李冗记述女娲兄妹结婚的文章是在唐代的后期,显而易见,伏羲与女娲结合的故事出现的时间上至少要比盘古故事晚近10 个世纪。这两个故事是谁先谁后,谁为源、谁为流,谁为原生、谁为次生,可谓一目了然。
    2.伏羲与女娲结合的故事是对盘古兄妹结婚故事的套用与翻版。现代著名学者闻一多先生在《伏羲考》一文中指出:“三国时徐整的《三五历纪》,盘古传说开始出现,伏羲的地位便开始低落了。”⑦也许正是在这种“伏羲的地位便开始低落了”的情况下,一些人为了重振伏羲的“雄风”,便对其神话进行加工,添加新的内容,于是到了唐代后期便出现了李冗的女娲兄妹结婚的故事。当代著名神话学家袁珂先生曾在《神话选译百题》中,对李冗关于女娲兄妹结婚故事的原文作了注解,并在“说明”中说:“女娲兄妹结婚的神话,原是一个洪水遗民再造人类的神话,它流传在我国西南苗、瑶等少数民族中。”⑧ 在此文中,袁珂先生已经清楚说明:李冗的女娲兄妹结婚的故事来源于我国西南少数民族洪水遗民再造人类的故事即盘古的故事。只不过李冗在“移栽、转套”的过程中,为了使其故事变成是产生于我国的北方,于是把原故事中没有讲明故事发生的具体地点改成发生在黄河中上游的“昆仑山”;又因为北方少雨,少发洪水,而原故事中的前面部分讲述天下发大洪水淹死了人类,这也不符合北方的情况,于是将其丢弃,改成是“宇宙初开之时、天下未有人民”,这样就使我国南方的故事完全“北方化”了;再有就是把盘古兄妹说成是女娲兄妹,其余故事的内容情节基本上都与盘古的故事相似或相同,特别是盘古故事的核心主题内容即 “兄妹结婚再造人类”这一点则完全照搬到女娲与伏羲婚配的故事中。因而,有学者认为“李冗的女娲结婚故事是盘古故事的移栽、照搬、套用和翻版”,一语点中其中的真谛。然而,“李冗首创,其后发扬。”如果说,李冗套用盘古神话传说在手法上还有些遮遮掩掩的话,后来的一些文人学者则是无所忌讳,特别是到了20世纪的三四十年代,一些学者出于某种目的,觉得李冗的“原创”还不够精彩、充分,于是就采用“转音、转引、推想、拆字”和“属相”等方法,干脆把盘古神话说成是伏羲女娲结婚造人类神话在南方的“版本”。
    这样,盘古神话全然被强行掠夺一空,女娲兄妹结婚的故事成了既有“北方版"(即李冗写的故事),又有了“南方版"(即洪水造人故事),使伏羲与女娲的婚配也是在洪水灭绝了人类之后,这就显得完美无缺了,其文化意义也被大大地提升了。殊不知,这种完全照搬或冒用的做法,并不影响盘古神话在南方的大量存在与流传,人们依然在传颂盘古故事,唱赞盘古歌,演唱盘古戏,祭拜的还是盘古庙。与此相反,学者们在论述持洪水造人故事就是伏羲与女娲结合故事这个观点中,越来越多地发现其中的矛盾与破绽,不但不能自圆其说,令人难以置信。
    如闻一多先生在其《伏羲考》一文中,把南方洪水造人故事都说成是女娲兄妹结合的故事,这就引出了一个很大的问题,即很明显这就与原先的女娲补天的故事完全相矛盾。因为女娲补天的故事已说天下发洪水,经女娲“积芦灰以止淫水(洪水)”,最后是“苍天补,四极正;淫水涸,冀州平;狡虫死,颛民生”,这已分明是说洪水灾祸已经得到了平息,人民得到了安生,而现在怎么又说成是洪水治止不了,灭绝了人类,最后女娲只好兄妹结婚再造人类呢?这个前后的明显矛盾,谁也无法解释。又如徐松石先生在《伏牺盘古考》一文中,也通过考究字音字义等办法,“考证”得出了“盘古王和伏羲氏原是一个人”,“盘古即伏羲”;又在《盘古与伏牺》一文中“考证”得出了“伏羲即盘瓠”,如此一类推,盘古也就是盘瓠了。现在看来,这种“盘古、盘瓠、伏羲同一论”的说法是十分牵强的,缺乏民俗学资料依据,完全是主观臆断。
    其实盘古、伏羲、女娲、盘瓠是完全不同的神话人物,不仅它们各自产生的年代和内容不同,而且流传的地区和崇拜的民族也不同。在盘古故事被套用为女娲兄妹结婚故事的问题上,还有一点需要提及的,那就是既然说南方洪水造人故事都是盘古故事,而不是伏羲与女娲结合的故事,那为什么南方个别地方的个别洪水造人故事中的兄妹,其哥哥的名字为什么又叫作“伏义(羲)”呢?表面看来显得复杂,其实内中的原因却相当简单,出现这种现象的原因是由于南北文化即汉族文化与少数民族文化交流融和的结果,是属于一种很正常的文化交融现象。
    因为,南方洪水造人的盘古故事,其中的几个人物大多数都没有其具体的名字,只称呼他们的从属关系,即哥、妹、父亲,而雷公也是用日常的称呼“雷公”,并没有另外的名字,直到现在,大量的壮族的盘古故事也仍是如此。由于南方的少数民族只有语言,缺少通行的文字,大量的各种故事也只能在当地的民间口头上流传,很少有用汉字将其介绍到外地乃至全国。其盘古故事也是这样,只有幸被东方朔、徐整、葛洪、任窻等几位汉族学者用汉字作了简要的记录较早地见诸一些古籍外,而大量的盘古故事都是到了解放后,特别是到了上世纪的八九十年代后才被民间文学工作者收集整理、出版印行。而与此相反,汉族神话故事一产生便就有口头和文字两种渠道同时传播。如伏羲与女娲结合的故事,尽管源于盘古故事,出现也比盘古故事晚了一千多年,但由于它是北方的汉族故事,一开始就以汉文字记载与传播,而后又不断在书籍中反复出现,形成了一种文化强势,所以当它流传到南方的少数民族地区时,一些人便认为它来自“主渠道”——汉文字,又“有书为证”,其故事的主要内容情节又与自己的盘古故事相同,于是便反客为主,以为人家的伏羲故事才是正宗的、权威的,这样为了提高自己的故事的文化地位,也就把自己的盘古故事中原本就没有名字的哥哥也就称之为“伏义”了,所以就出现了个别地方的盘古故事中其兄的名字也被称之为“伏义”的现象(但却没有同时将其妹妹的名字也被称作“女娲”的)。这一现象出现以后,由于一些学者缺乏对盘古、伏羲、女娲三个故事的全面了解和整体把握,又缺乏田野考察和历史的科学分析,未能理清三者的来龙去脉,于是就凭着想象,推论为整个的南方洪水造人的神话故事就是北方的伏羲与女娲结合的故事。

    四、正本清源:盘古、伏羲、女娲各尊其位
    综上所述,正本清源,我们应该得到了这样的结论:盘古、伏羲、女娲这三个神话故事是各有各的来源,各有各的时间,各有各的经历,各有各的文化内涵,各有各的文化地位,它们原来各自的文化界线是十分清楚、明白的:盘古是开天辟地、创造人类之大神;伏羲是教人智慧、创造发明之神;女娲是炼石补天之神。
    至于后来的个别文人依样画葫芦套用盘古故事杜撰出女娲兄妹结婚造人故事,和再后来的一些文人把南方的盘古故事直接就认定为北方的伏羲与女娲结合的故事,这都属于“强扭的瓜”,不甜,很是不合情理,始终得不到广大群众的附和与认同,也不被北方的民众所接纳,直到今天,就连被传为伏羲出生地的被称为 “羲皇(即伏羲)故里”的甘肃省天水市的群众,每年都要举行一次大型的万人公祭伏羲的活动,但其大典所纪念的也只是伏羲“画八卦、结网罟、取火种、兴嫁娶、造书契、创乐器、用文明之火引导人类走出了鸿蒙”⑨的功德,根本就没有提及他与女娲结合造人类的事。再有,2005年8月中国作家世纪论坛组委会、中国作协文艺报社、中华伏羲文化研究会发出的“关于举办中国作家世纪论坛中国作家羲皇故里采风活动的通知”,其通知所介绍伏羲的功业也只是“画八卦、造书契、制礼仪、教佃渔,开创了古老的东方文明”,也没有提到伏羲与女娲结合造人类的事。还有,河北省涉县在关于举办“首届女娲文化节”的启事中,也只是说要“大力弘扬女娲炼石补天、抟土造人的伟大创造精神和奉献精神”,也根本不提及女娲与伏羲结合的事⑩。
    由此我们认为,后来所强加给伏羲与女娲两大神头上的“结婚造人类”的不正当光环应该尽快排除和取消,恢复他们原来各自堂堂正正的形象,以使其显得更为高大,而羲皇故里的群众、涉县的群众和中华伏羲文化研究会等单位已率先这样做了,我们认为这样的做法是非常理智的和高明的,也是非常值得称赞的!

    五、盘古神话永远是中国的第一神话
    “一切还得从盘古叙起,不管此说的出现或先或后。”[11]这是著名的神话学家、原中国神话学会主席袁珂先生讲的一句话,这话已把盘古神话的重要性讲到了最高点。盘古故事的重要性是其他故事所不能比拟的,这是由于它有着多方面的文化价值所决定的,具体说来,我们认为它的价值和优势起码有如下12 个方面:
    1.创世性。盘古故事是天地开辟、人类起源的实实在在的、纯属中国南方本土自然产生的创世性神话,是人类最源头、最根本性的神话,也是最高级、最顶尖性的神话,它的存在,使得那些外国的“中国可能是主要的古代文明社会中,唯一没有真正创世神话的国家" 的疑问与论调成为妄说与废话。
    2.原生性。盘古故事是纯粹产生于民间的神话,一开始就为广大民众所认同,其实是民众共同心理的一种表达,是一种共识的结果,根深基牢,生命力强。
    3.初始性。盘古故事讲的是开天辟地、人类起源的大事,是人类历史的源头,是一种永恒性的主题和题材,它是一部人类起源史,永远受到人类的记忆与关注,它将与人类共存亡,只有人类没有了它才会消失。
   4.悠久性。盘古故事从先秦上古时代流传到现在,已经历三、四千年而不衰,已成为最悠久的文化经典。
    5.完整性。盘古故事有始有终,有人物,有情节,没有什么残缺,给人以一种完整感和厚重感。
    6.优美性。盘古故事情节跌宕起伏,人物命运大亡大兴,生动感人,魅力无穷。
    7.稳定性。盘古故事流传了几千年,其主题内容都没有发生什么变化,给人印象深刻,成为了含金量最高的文化名片和品牌。
    8.多样性。盘古故事已发展成歌、舞、戏、庙、集会庆祝等多种文化形式,已成为了以故事为龙头的一种文化体系。
    9.群众性。盘古故事早已在全国各地传开,形成了“家喻户晓、尽人皆知"的局面,影响最为广泛。
    10.奇特性。盘古故事内容重大,情节特殊,不与别类故事相仿或相同,因而形象十分鲜明,令人难忘。
    11.和谐性。盘古故事既有民间口头流传,又有上层古籍记载,上下和谐一致,形成了一种很有优势的文化力量。
    12.国际性。盘古故事讲的是开天辟地、人类起源的大事,讲的是中华各民族之祖,讲的是中华民族文化之根,它时刻牵挂着包括海外华人在内的全体中华各族人民的感情和命运而令其朝夕思念不已! 我国古典文学名著《西游记》开篇这样写道:混沌未分天地乱,茫茫渺渺无人见。自从盘古破鸿蒙,开辟从此清浊辨[12] 。
    我国古典文学名著《封神演义》开头这样写道:混沌初分盘古先,太极两仪四象悬。子天丑地人寅出,避除兽患有巢贤。燧人取火免鲜食,伏羲画卦阴阳前。神农治世尝百草,轩辕礼乐婚姻联[13]。当代乐坛怪杰、出生于辽宁沈阳的民间机智歌王沙鸥,专以唱歌来回答观众的现场提问,当他回答观众关于“公鸡为什么不下蛋”的提问时,他是这样唱的:“自从盘古开天地,世间万物有定律。” 盘古神话,永远是中国的第一神话!

注释:

①星佑编著《神的故事》第11页,岳麓书社2005年出版。

②袁珂《神话选译百题》第29页,上海古籍出版社1980年版。

③袁珂《神话选译百题》,上海古籍出版社1980年版。

④鸿宇编《鬼神》第18页,中国社会出版社2004年版。

⑤《楚辞直解》第141页,江苏古籍出版社1988年版。

⑥《山海经》第164页,岳麓书社1992年版。

⑦见《闻一多全集》第1卷《神话与诗》第16页,北京三联书店1982年版。

⑧见袁珂《神话选译百题》第17页,上海古籍出版社,1980年版。

⑨见2005年7月29日《南国早报》记者许海鸥的《羲皇故里记春秋》的专题报道。

⑩见2003年9月10日《人民日报》第15版。

[11]马卉欣编著《盘古之神》第4页,上海文艺出版社1993年版。

[12]见吴承恩著《西游记》第2页,广西人民出版社1998年版。

[13]见许仲琳著《封神演义》第1页,北京十月文艺出版社1996年版。

   “咽盘”与“勒勾”:盘古一词源于壮侗语民族先民的磨石崇拜和葫芦崇拜(覃乃昌)
    [摘要]本文在阐述壮侗语民族先民磨石崇拜和葫芦崇拜的基础上,指出盘古一词源于壮族先民对磨刀石(咽盘)和葫芦(勒勾)的称呼,其意指兄妹进葫芦躲过洪水灾难后结婚生下形似磨刀石的肉团,剁碎后撒向山野变成人。这些人长大后相互婚配,繁衍人类。盘古是壮语“盘勾”的汉字记音。
  [正文]壮侗语民族盘古神话中人类再生神话的一个重要特征就是兄妹结婚生下一个像磨刀石的肉团,把肉团剁碎抛撒荒野后变成人类。磨刀石在壮语中叫“咽盘”,这里“咽”是石头,“盘”是磨、磨砺、磨石的意思。兄妹俩是坐在葫芦里躲过洪水灾难得以繁衍人类的,葫芦在壮语里叫“勒勾”,这里“勒”是词头,壮语中凡是称果类的词都加词头“勒”,“勾”是葫芦。因此我们认为,盘古就是“咽盘和勒勾”(磨石和葫芦)即“盘勾”的汉字记音。
  2003年9月17日,我们在来宾市兴宾区良塘乡甘东村后的盘古山考察盘古庙时,管理该庙的74岁的何师武老人叙述盘古兄妹躲进葫芦逃过洪水劫难后,结婚再造人类的故事,老人用汉语柳州方言叙述,当说到葫芦兄妹生出形似磨刀石的肉团怪胎时,他强调磨刀石就是壮人说的“咽盘末伦”[hin pan mo lon]。这里“咽”[hin]是石头,“盘”[pan]是磨、磨砺、磨石,“末伦”[mo lon]通称“咽末伦”[hin mo lon],即鹅卵石(考古学上称砾石),合起来就是用鹅卵石做的磨刀石。而磨刀石在壮语中一般叫“咽盘”或称为“盘”[pan2]。何师武老人还说,在来宾市的壮族中,葫芦(作水瓢用的大肚葫芦),壮语叫“勾”。  
  一、壮侗语民族的磨石崇拜   
  兄妹结婚生下像磨刀石的肉团而后繁衍人类的传说,反映了壮族对磨刀石的崇拜意识。从新石器时代起,砺石(磨刀石)就是壮族地区重要的生产工具和生活用具,尤其是在新石器时代,人们要磨制各种各样的工具,都离不开砺石(磨刀石)。2002年在百色市发掘的革新桥新石器时代遗址,是一处规模巨大的新石器加工场,出土各种石器成品、半成品2万多件。该遗址已被评为2002年中国十大考古发现之一。在该遗址中就出土了大量的砺石(磨刀石),其大者有200~300公斤。在距今6000多年的象州县南沙湾新石器时代贝丘遗址和兴宾区、武宣县的新石器时代遗址出土的器物中都有砺石(磨刀石);在平乐银山岭战国墓葬出土的随葬品中,也有不少砺石(磨刀石),与铜、铁制的生产生活用具和兵器为共存物。过去壮族家庭都置有专用磨刀石,将祖传的磨刀石视为神圣之物。壮族家庭大年初一祭祀时也要给磨刀石烧纸上香;搬家时要搬上磨刀石;兄弟分家时要在父辈的主持下分配磨刀石,一般是全家共用的祖传磨刀石分给长子管理;兄弟相争财产时也会争磨刀石。广西东兰县大同乡《覃氏族源歌》中,就说到覃家12兄弟共用一块大磨刀石,由长子管理,12兄弟各自使用一处磨面,从磨面的宽深度可观察到各人“利其器”的情况,评价各人的勤劳程度。磨刀石在人们的生产生活中的重要性及它所承载的人们对远古时代的深刻记忆,使它成为壮族的崇拜物。在壮族民间宗教经文《布洛陀麽经》中就有多处有关于磨刀石记载。
  (一)造天地造磨刀石。在《麽造兵(禳除)》中,叙述了开天劈地之初,包括磨刀石在内的很多东西都没造有出来。其中主要的原因是婆王没有造禳除,所以造许多东西都造不成。造羊没有公羊仔,造水牛牛不进栏圈,造鱼塘养不成鱼,造水田蝗虫吃禾苗连禾杆。造水车水车被大水冲下河坝……后来去问布洛陀,去问姆洛甲,布洛陀教大家做禳解剥离,这种情况才有改变:三界三王置,/四界四王造,/未曾造黑夜造光亮,/未曾造天造地,/未曾造盒造簸箕,/未曾造东西盛水喝,/未曾造酒坛造酒,/未曾造醋造盐,/未曾造犁造耕作,/未曾造磨刀石,/未曾造竹板造水坝,/……
  (二)砍磨石仔造人。在《占杀牛祭祖宗唱》中,讲盘古开天地造人,但造的人“没有头连颈,没有一块肉,没有喉咙管。没有腰没有肩膀,没有大腿和阴茎,没有睾丸给妻子,没有大腿给情人。”这时伏羲来造人。伏羲用砍磨刀石仔的办法,造人终于成功:伏羲造做手臂做大腿,/用山坡边的茅草来捆扎,/在里面砍出个磨刀石仔,/等乙成个稻草人,/变成好人活人,/才懂得安姓,/才懂得叫名。
  (三)迎风受孕生磨刀石仔。在另一个版本的《占杀牛祭祖宗唱》中,叙述天下有以水牛、鸡、羊、果子狸、蚂蜴(青蛙)等为图腾的部落,其中有一个部落的妇女去山坡边迎风受了孕,生下了磨刀石儿子:其中一部落的妇女,/去山坡边迎着风,/三月风暖和,/风就进肉身,/三月风最好,/风吹进肉身,/风就进骨身,/女子无丈夫自怀孕,/妻子无夫自得子,/怀孕出水口那里来,/怀孕出大腿那里来。怀孕第一月,/胎儿喘兮兮,/怀孕第二月,/胎儿念悠悠/……/第九月生得儿王,/太阳升得像竹竿高,/母王脸白得像纸,/儿王哑声落下竹榻,/母王撑开阴门,/儿王呱声落下竹榻,/生儿不像儿,/儿的头似长条石,/儿的身体像磨刀石/没有头连颈,/手没有一块肉,/喉管也没有,/拿去田峒中间游,/送去田峒中间丢,/鸟满天飞来,/鸟认识儿王,/鸟用翅膀来遮盖儿王,/黄牛水牛在山坡边吃草,/黄牛认识儿王,/黄牛要牛蜂来遮盖,/彩虹认识儿王,/彩虹要舌头来舔,/三早回去看,/九早回去瞧,/SL有头连颈,/有手又有肉,/……
  (四)姑侄结婚生磨刀石仔。壮族麽经《磨荷泰》中反映的是氏族部落社会血缘群婚制残余——姑侄婚,它应是比兄妹婚更为早期的婚姻形态。从经文看,这部《麽荷泰》出现的时间比较早,稍为晚期的麽经版本凡有洪水淹天下再造人类神话的,都是兄妹结婚。而且,所有再造人类的神话,兄妹(或姑侄婚)所生出来的都是似磨刀石的肉团,把它砍碎后才变成人类:洪水突然泛滥天下,/雨滴象坛子一样大,/下九天九夜不停,/下七天七夜不退。/雨滴象米箩,/水柱象杯子,/……/洪水席卷大地淹没天,/户斤有人类都淹完,/……/就剩下躲在葫芦里的姑侄。/给你们做水之母,/给你们做天下之母,/给你们做一家住,/给你们互相婚配。/……根是年轻人的根,/我是人之母,/我是女人,便生命的种子。/人踩人的肩膀生下,/人拉人的毛发生出,/为什么我们做一家住?/为什么我们互相婚配?/我们怎么活到老?/去水里我们怕图额,/去森林里我们怕老虎,/去山坡上我们怕雷劈。/……越不同坐越教导,/越不同睡越说服,/入夜怎么睡,/鸡叫怎样互相关照。/……/相婚配一月又一月,/婚后第九月,/周期已到要分娩。/憋撑力气想生出,/咬紧牙关却难生产。/去问布洛陀,/去问麽渌甲。/布洛陀就说,/麽渌甲就讲,/用鸭重新祭祀,/杀鹅做祷告。/……/我咬牙憋气生出儿,/生出的儿子像山石,/生出的儿子像磨刀石。/儿为何没有嘴巴?/儿为何牙齿不露?/去问布洛陀,/去问麽渌甲,/布洛陀就说,/麽渌甲就讲:/好啦侄孙好啦,/我要刀去切,/我要斧去砍,/砍它做六截。/丢一截到河里变成鱼,/丢一截到田里变成稻谷。/丢去这里两颗,/砍去这里两截。/一截丢去下方,/变成六花马鹿;/一截丢去高处,/变成六种青蛙。/丢去这里四颗,/砍去这里四截,/一截丢去那边,/变成像花一样的大野兽;/丢一截到山林中间,/变成猿猴吃果子。/丢去这里六颗,/砍去那处六截,/人类才繁衍起来。/做母亲的人越来越多,/我们人类才兴旺起来,/才造寅时卯时,/造卯时黎明,/造时辰天亮。/……
  (五)兄妹结婚生磨刀石仔。从东兰县收集到的《麽经布洛陀•孝亲唱本》中有兄妹坐进葫芦躲过洪水灾难后结婚生下磨刀石一样的肉团:那时天下全淹完,/只剩兄妹俩。/他们兄妹做夫妻,/他们兄妹做公婆。/同住三年半,/同住四年满。/她就怀孕似圆形,/她怀孕九个月。/太阳升起像竹杆高,/她的脸色白像纸,/儿王生下来。/怎么生仔不像仔?/生仔像石条,/生仔得磨刀石。/拿去森林里丢,/拿去竹篱脚放。/任由我出去外面求天,/出去外面求仙人。/于是妹妹说了话:/请听妹妹说一句,/你别忙去外面求天,/你别忙去外面求仙人,/我们是兄妹做夫妻,/兄妹做公婆。/我们就杀牛敬父母,/杀牛祭祖宗。/……/于是妹妹转回村子看,/回老地方去瞧。/只见(婴儿)头连颈长起来,/手上长有肉。/……/立即变成百人千人,/各人有姓氏,/各人有名字。/……
  (六)兄弟争磨刀石。《麽经布洛陀•解兄弟冤》还有兄弟争磨刀石的记载:三兄弟像猴子争果子,/三兄弟像水獭争鱼;/三兄弟像老鹰争鸡,/三兄弟像土官争天下。/三兄弟像王争印,/相争刻有黄莺鸟的印章。/争箱底的钱,/争擅长捕鼠的猫,/争出金银的泉水,/相争磨刀石,/相争马连鞍,/相争干栏的枕木柱子。/……   
  二、壮侗语民族的葫芦崇拜  
  葫芦是壮族地区普遍种植的植物。葫芦瓜嫩时可作菜肴,老时晒干可作容器盛物,特别是盛装液态物质,这对远古时代人类的生活具有十分重要的意义,是远古时期未能制造陶器之前人类重要的生活用具。根据民族学和考古人类学研究,其最早使用的年代可追溯到陶器产生以前的旧石器时代,即距今一万年以上。葫芦易生,繁殖能力强,多籽,其形状恰似孕妇那圆润的躯体,是原始时代恶劣自然条件下人类所追求的生命力和繁殖力的象征。葫芦承载了太多人们对远古时代生活的回忆。壮族有信仰和崇拜葫芦的传统习俗,在桂中地区,盘古庙里都贴着或挂着各种形状的剪纸葫芦,在其他庙宇中也挂着用红纸剪成的葫芦,在各种建筑的柱、梁上还雕刻有葫芦,所有这些,都源于对葫芦兄妹再造人类神话和盘古文化的延续与传承。

    三、磨石、葫芦——盘勾——盘古:壮语“盘古”的原始意义   
  磨刀石、葫芦——“盘勾”[pan kau]——盘古,这就是壮语对“盘古”的最原始意义的解释。首先,它反映了盘古神话源于人类对最原始的生产生活用具——磨刀石、葫芦的信仰和崇拜。其次,它喻意着人类对物质和人自身两种生产的追求。磨刀石、葫芦不仅是生产生活的工具和用具,是物质生产的象征,而且磨刀石隐喻着男根,葫芦则隐喻着女性的形体,是人类所追求的种的繁衍的象征。在壮族地区一些新石器时代遗址中就出土有石祖,反映了远古时代壮族先民的石祖崇拜意识。主要在壮族地区出土的大石铲,其中一部分是稻作农业生产的工具,还有相当一部分通体磨光,美观精致,大小不一,而且不具有实用价值,出土时多是直立,刃部朝天,其形状与男性生殖器的剖面相似,是人类男根崇拜的象征,或者说石铲正是石祖的衍变物;在壮族乡间许多小庙中的神台上,都立有一块锐形石头作为神祗的象征,其文化基础,是壮族先民对生殖力的崇拜。因此,“盘古”——磨刀石、葫芦,是壮族两种生产价值观的最原初的形象体现。第三,“盘古”反映了壮族先民以万物“波乜”[po me](即公母)为基础的原哲学思维。在壮族先民的观念中,人分为“波乜”[po me](即公母)两种,动物也分为“波乜”[po me](公母)两种,世界万物都盼为“波乜”[po me](公母)两性类别互相对立又互相联系,万物的变化都是依照“波乜”[po me](公母)相配的规律来进行,形成了万物“波乜”[po me](公母)观。这在壮族神话、民间宗教、民俗事象及壮语蕴藏的思想文化世界中都有体现。“盘古”及盘古神话就是这种万物“波乜”[po me](公母)观的最原初的体现,具有丰富的文化内涵。盘古神话是在传播过程中经汉族文人加以记录整合而逐渐哲学化的。
  也有学者认为,盘古中的“古”发[kou]音,[kou]在壮语中是“我”的意思,因此,“盘古”也可译为“我的磨石”。(作者广西民族研究所所长、研究员覃乃昌;《广西民族研究》2008年第01期)

http://www.360doc.com/content/13/1111/17/506102_328418626.shtml

24 December 2014

第17届印尼孔教最高理事会全代会



 宗教部事务部秘书长努尔杉教授为大会主持揭幕。
中爪哇省长甘查尔、努尔杉教授、梭罗市长哈迪好孔教领导合影

[本報占碑訊] 印尼孔教最高理事会(MATAKIN)全国第十七届全国代表大会,于1217-18在梭羅,蘇西托街47號梭羅薩麗雅酒店隆重舉行。大會主題是求同存異中爪哇省長甘Ganjar Pranowo SH)、 梭羅市長哈迪、宗教部事務部秘書長努爾杉教授、碑孔教理事會主席代春回(福神堂)率團參加。南寶堂:葉進全主席,?獅仔殿:鄭建平主席, 聖道宮義鋒堂:胡玉志主席,龍春宮:林家榮及全國26個省代表出席大會。宗教部事務部秘書長努爾杉教授為大會主持幕 [Lihat Gambar: Munas Matakin ke 17]。

上屆主持瓦宛,無意留任,故經過多個省市孔教成員的推舉,翁勝達納當選
(2014-2018)印尼孔教理事主席主席。 明光/ romy

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20141224/188311.shtml
* www.ayojambi.com/