Showing posts with label Kelenteng. Show all posts
Showing posts with label Kelenteng. Show all posts

25 April 2017

Perbedaan Vihara dan Kelenteng

Banyak yang salah kaprah, atau bahkan tidak mengetahui sama sekali bahwa 'vihara' dan 'kelenteng' itu berbeda. Ada yang menganggap 'kelenteng' adalah panggilan lain dari 'vihara', jelas semua itu adalah salah. Pada kesempatan kali ini, Anda akan mengenal lebih lanjut, apa sajakah perbedaan 'vihara' dan 'kelenteng'.

a. Vihara
* Adalah rumah ibadah umat Buddha
* Biasanya berarsitektur India/Thailand, ada pula yang berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Vihara aliran Theravada, hanya ada rupang (patung) Buddha Gautama beserta 2 muridNya. Di dalam Vihara aliran Mahayana, terdapat 3 rupang, yaitu: Rupang Buddha Gautama, Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara, Rupang Bodhisattva Ksitigharba/Bodhisattva lainnya.
* Tidak terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang.
* Upacara keagamaan biasanya dilakukan secara jemaat yang disebut Puja Bakti/Kebaktian, walaupun umat juga diberi kesempatan untuk beribadah secara individu. Setelah beribadah umat biasanya akan diberi dhammadesana (khotbah/ceramah).
* Sebuah tempat bisa dikatakan Vihara apabila: memiliki minimal 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian), memiliki kuti (tempat tinggal bikkhu), perpustakaan, bahkan ruang khusus untuk khotbah. Vihara yang lebih kecil disebut Cetya yang hanya memiliki 1 ruang dhammasala (ruang kebaktian) tanpa memiliki dhammasala dan perpustakaan. Vihara yang lebih besar dan memiliki taman disebut Arama. Vihara bisa disebut Arama apabila: memilkiki minimal 1 ruang dhammasala, kuti, perpustakaan, ruang khotbah, dan yang paling penting taman.
* Vihara biasanya menggunakan nama berbahasa Pali atau Sanskerta. Contoh: Vihara Dharma Loka, Vihara Vimala Virya, Vihara Dhamma Metta Arama, Vihara Vipassana Graha, Cetya Tisaranagamana, dll.
b.
Kelenteng
* Adalah rumah ibadah umat Konghucu/Tao
* Biasanya berarsitektur Tiongkok
* Di dalam Kelenteng terdapat rupang para Dewa/Dewi yang dipuja oleh umat
* Terdapat tempat untuk membakar kertas sembahyang
* Umumnya upacara keagamaan dilakukan secara individu
* Biasanya juga sekaligus merupakan tempat perkumpulan/yayasan sosial, seperti Kelompok Pemain Barongsai, dll.
* Kelenteng biasanya diberi nama dalam bahasa Mandarin atau bahasa Indonesia. Contoh: Kelenteng Tua Pek Kong, Kelenteng Dewi Sakti, Kelenteng Surya Bakti, dll.
Tidak heran kekeliruan ini terjadi. Pada masa Orde Baru, pemerintah RI melarang segala jenis apapun kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua. Sehingga Kelenteng yang merupakan salah satu tradisi Tionghua akhirnya terancam ditutup. Untuk mengatasi hal itu, sebagian Kelenteng dan umat Konghucu saat itu berlindung di bawah naungan agama Buddha, sehingga mengubah nama Kelenteng menjadi nama Vihara. Tidak hanya itu, umat Konghucu yang bernaung menjadi agama Buddha pun hanya menyandang gelar agama Buddha saja, tapi tetap melakukan tata cara ibadah agama Konghucu. Sebagian umat lain malah pindah ke agama lain seperti Katolik, Protestan, Islam, ataupun Hindu yang ketika itu merupakan agama resmi.

Sejak Orde Reformasi, atau lebih tepatnya masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, kebijakan yang melarang kegiatan atau tempat yang berbau tradisi Tionghua itu kemudian dihapuskan. Sejak saat itulah umat Konghucu lebih leluasa beribadah dan melakukan aktivitas keagamaan dan kebudayaan seperti tarian Barongsai, Imlek, dll. Dan sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek ditetapkan menjadi hari libur nasional. Banyak pula Kelenteng yang kembali mengganti nama seperti nama semula. Namun, adapula Kelenteng yang tetap mempertahankan nama Vihara yang sebetulnya hanyalah merupakan nama sementara.

Dan dulu, sebelum agama Konghucu diresmikan, orang awam juga keliru membedakan mana Kelenteng dan mana Vihara, karena menurut mereka, hampir semua orang Tionghua yang pergi ke Kelenteng atau Vihara, sehingga umat Buddha dan umat Konghucu pun dicap sebagai agama yang hanya dianut oleh etnis Tionghua. Padahal, hal ini salah. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak pula warga asli Indonesia yang menganut agama Buddha.

Dampaknya tidak hanya sampai di situ, karena larangan pada Orde Baru, terjadilah penggabungan 3 tempat ibadah menjadi satu. Tempat ibadah itu disebut Vihara Tri Dharma (Tiga Ajaran: Buddha, Konghucu, Tao) Dan tempat ibadah ini hanya terdapat di Indonesia. Walaupun berdampak negatif yaitu timbulnya kekeliruan, tapi tempat ibadah ini juga berdampak positif yaitu mencerminkan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Perbedaan Agama Buddha dan Konghucu

a. Agama Buddha
Penyebar Ajaran             : Sidharta Gautama Buddha
Asal Ajaran                    : India
Kitab Suci                      : Tipitaka (Theravada, bahasa Pali) atau Tripitaka (Mahayana, bahasa Sansekerta)
Rumah Ibadah                : Vihara
Bahasa Asli                    : Bahasa Pali atau bahasa Sansekerta
Pemimpin Agama           : Bikkhu (Theravada), Biksu (Mahayana), Bikkhuni (Bikhhu Wanita)
Salam Keagamaan          : Namo Buddhaya; Namaste

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Sanghyang Adi-Buddha Tuhan Yang Maha Esa (lebih sering digunakan oleh Buddhayana/Ekayana). Aliran Theravada lebih sering menggunakan padanan kata Sang Tiratana.
b. Agama Konghucu
Penyebar Ajaran          : Nabi Konfusius
Asal Ajaran                  : Tiongkok
Kitab Suci                    : Sishu, Wujing, Xiao Jing
Rumah Ibadah             : Kelenteng / Lintang
Bahasa Asli                  : Bahasa Mandarin (bahasa Tiongkok)
Pemimpin Agama         : Pendeta Konghucu
Salam Keagamaan        : Wei De Dong Tian

Padanan kata yang sering digunakan untuk merujuk "Tuhan" adalah Tian/Thian Tuhan Yang Maha Esa.

http://wirawanperdana.blogspot.com/2013/06/perbedaan-vihara-dan-kelenteng.html#comment-form

Umat Khonghucu Jambi Turut Merayakan Sejit Dewa Rejeki


JAMBI – Ratusan umat Khonghucu Jambi kemarin pagi (25/4-2017) berbaur dengan para Lo Cu (panitia) merayakan Sejit Kongco Hok Tek Cen Sen yang lebih dikenal dengan sebutan “Tua Pek Kong” di Kelenteng Siu San Teng yang terletak dibilangan Jalan HMO Bafadhal, Rt. 23 Kampung Manggis Jambi [Lihat Gambar:Perayaan SejitKongco Hok Tek Ceng Sin].

Untuk memeriahkan ritual tahunan tersebut sehari sebelumnya panitia terdiri dari para pengusaha terkemuka Jambi menyelenggarakan malam hiburan karaoke dihalaman kelenteng Siu San Teng, acara tersebut terbuka untuk umum.
Selama beberapa hari mereka meninggalkan pekerjaan rutin untuk menyambut hari suci Dewa Rejeki (Tua Pek Kong).

Menurut uraian pengurus kelenteng Siu San Teng Jambi yang lama, Kongco Hok Tek Cen Sen  telah ada sejak jaman Belanda 1805/ 212 tahun yang lalu, saat itu kelenteng bernama Hok Tek.

Ujar Ketua Dewan Kehormatan Siu San Teng, Tanoto Kusumah, setiap tahun kita adakan sembahyang bersama Sia Kang pada hari pergantian tahun imlek, Malam Perayaan Cap Go Meh dan Sejit Kongco Hok Tek Cen Sen, tujuan sembahyang bersama agar masyarakat Jambi bisa hidup sejahtera, usaha lancar dan bebas dari malapetaka (bencana) yang tidak diinginkan. Tambah Tanoto Kusumah pimpinan Novita Hotel Jambi, “Kita harapkan agar masyarakat Jambi bisa hidup lebih baik, usaha lancar dan Jambi terhindar dari segala malapetaka/bendana” imbuhnya seusai sembahyang.

Seusai sembahyang semua sajian dimasak dan di makan bersama, umat Khonghucu meyakini bahwa dengan menyantap hidangan hasil ritual akan mendapatkan perlindungan dari para roh suci (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

16 March 2017

Perayaan Sejit Nan Hai Kwan Im Di Kelenteng Beng Shan Bio Jambi

JAMBI – Ratusan umat silih berganti melakukan sembahyang perayaan hari jadinya Dewi Asih (dewi Kwan Im) di kelenteng Beng Shan Bio di Jalan Fatahilla (Lorong Gembira) Rt. 23, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur (16/3-2017).

Sesajian yang dipersembahkan oleh umat terdiri dari berbagai buah-buahan segar, bunga segar dan berbagai sesajen pendamping seperti Cien Up (permen), Kim Cua (kertas sembahyang). Prosesi sembahyang sejit di pimpin oleh Rohaniawan Matakin Provinsi Jambi, The Lien Teng [Lihat Gambar : Sejit Nan Hai Kwan Im Di Kelenteng Beng Shan Bio Jambi].
Hasil pantauan di Makin Kelenteng Beng Shan Bio yang dibangun oleh seorang donatur Muljono Handjaja beserta teman-temannya, tujuan membangun kelenteng Beng Shan Bio tempat ibadah umat Khonghucu di Jambi. Umat yang merayakan sejit Nan Hai Kwan Im (dewi asih) cukup dilakukan secara sederhana, yaitu, setiap umat yang sembahyang cukup menyalakan tiga batang gaharu (hio) di altar Tie Kong (Tuhan red), sesajian buah-buahan segar dan permen. Sedangkan didalam kelenteng Beng Shan Bio umat cukup berdoa saja (tidak membawa gaharu/ hio).

Di depan halaman Kelenteng Beng Shan Bio, terdapat sebuah Patung raksasa Nan Hai Kwan Im setinggi delapan meter dengan berat 22 ton, patung tersebut didatangkan dari Negeri Tiongkok.

Kelenteng Beng Shan Bio merupakan sebuah tempat ibadah penganut Khonghucu yang bentuk bangunan dan ornamennya terlihat cantik dan anggun berlokasi di Lorong Gembira, Kelurahan Rajawali, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

14 February 2017

Puluhan Ribu Warga Karawang Sambut Festival Cap Go Meh

KARAWANG - Event tahunan Cap Go Meh di Karawang disaksikan ratusan ribu warga dari berbagai elemen tumpah ruah di rute yang telah ditentukan panitia Cap Go Meh untuk menyaksikan perayaan tahunan Cap Go Meh ke-18 di Karawang.

Cap Go Meh telah dibuka oleh Bupati Karawang dr.Cellica Nurachadiana, dan kirab Cap Go Meh dilepas oleh Ibu Negara RI ke-4 Hj. Dra. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M. Hum, Minggu (12/2).

Dalam sambutan Bupati Karawang, “walaupun kita semua menyadari bahwa Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, namun telah mempelopori pluralisme agama yang tertuang dalam falsafah Pancasila dan UUD Tahun 1945 hingga lahirlah konsep : “Tri Kerukunan Umat Beragama” yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah,” ujar Bupati [Lihat Gambar: Kirab Cap Go Meh di Karawang].
Namun demikian Bupati  berharap kepada semua jajaran dibawahnya,  untuk senantiasa memberikan pelayanan publik yang sama kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa, dan termasuk penganut agama khong khu chu, “Marilah kita bangun masa depan bangsa, dengan semangat persatuan dan persaudaraan yang dilandasi semangat kerukunan umat beragama serta raihlah kehidupan yang lebih baik,” harapnya.

Kepolisian Resor Karawang menggelar pengamanan perayaan Cap Go Meh tahun 2017 di Kabupaten Karawang. Kekuatan pengamanan yang dilibatkan sebanyak kurang lebih 300 personel dipusatkan di Kota Karawang yang terdiri dari personel Polres serta Polsek Jajaran. Perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan dijantung Kota Karawang dilaksanakan pawai naga dengan jalur rute seperti tahun yang lalu itu mulai dari Jalan Tuparev, Jalan Kertabumi hingga ke Jalan Arif Rachman Hakim / Jalan Niaga hingga balik lagi ke Klenteng Bio Kwan Seng Tee Koen yang berada di Jl. Ir.H.Juanda Nagasari Karawang.

Menurut penuturan ketua Panitia Cap Go Meh, Ws, Wawan Wiratma, yang juga ketua Dewan Kehormatan MATAKIN PUSAT, Kirab Cap Go Meh tahun ini dikolaborasikan dengan Seni Budaya Sunda agar perayaan Cap Go Meh ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.  Kegiatan kolaborasi dengan budaya Sunda sengaja digelar, agar Festival Cap Go Meh menjadi Spektakuler.

“Diharapkan dengan adanya kolaborasi Kirab Cap Go Meh dengan Kirab Budaya Sunda itu bisa membantu Pemkab Karawang dalam mempromosikan seni budaya, pariwisata dan kuliner khas Karawang.” Imbuh Wawan Wiratma.

“Karawang menjadi contoh kota perlintasan etnis dan budaya yang baik dan sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi beragama." (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

Tiga Kelenteng Meriahkan Pawai Cap Go Meh di Jambi

JAMBI – Gabungan Tiga di kota Jambi meriahkan Malam Perayaan Cap Go Meh yang akan digelar Sabtu (11/2-2017) malam, ketiga kelenteng terdiri dari Kelenteng Hok Kheng Tong, Kelenteng Sai Che Tien dan Kelenteng Leng Chung Keng akan turunkan para shen ren (baca dewa) masing masing-masing kelenteng, selain itu ada pertunjukan barisan lampion dan liong dalam Festival Cap Go Meh di Jalan Koni I sampai Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Cap Go Meh lebih dikenal dengan nama Goan Siao Cui atau Goan Me artinya bulan purnama pertama pada tanggal 15 Imlek, Cap Go artinya 15 dan Me malam.

Tahun ini diperkirakan pengunjung dari berbagai elemen masyarakat yang ingin menyaksikan Festival Cap Go Meh akan mencapai ratusan ribu orang yang datang menyaksikan festival Cap Go Meh.

Sebelum perayaan Cap Go Meh yang akan digelar, tiga kelenteng tersebut, sudah mulai mempersiapkan segala perlengkapan seperti kelenteng Hok Kheng Tong telah mempersiapkan altar sembahyang Tie Kong (Tuhan), sedangkan kelenteng Leng Chun Keng mempersiapkan panggung hiburan karaoke dan kelenteng Sai Che Tien mempersiapkan lampion untuk festival.

Menurut penuturan ketua MATAKIN Kota, Darmadi Tekun, setiap tahun tiga kelenteng selalu bekerja sama untuk perayaan Malam Cap Go Meh, “Puncak Cap Go Meh  berlangsung pada Sabtu malam (11/2). Ritual tatung melompati kobaran api menjadi ikon setiap kali perayaan Cap Go Meh. Ini karena ritual yang menusuk nusukkan benda tajam ke tubuh tersebut sangat ditunggu warga. Dipercaya, ritual ini bisa mengusir roh jahat. Warga juga bisa meminta berbagai petunjuk dari roh suci dewa yang merasuki tubuh tatung (manusia) tersebut.

Masing-masing kelenteng menurunkan para roh suci, diantaranya pemindahan Kim Sin (patung roh suci) dinaikan ke kursi tandu (joli). Selain itu ada tradisi tangki tolak bala (tatung), serta parade lampion, arak-arakan umbul-umbul dari masing kelenteng dengan rute Koni IV melintasi Jalan Pangeran Diponegoro-Koni I-Kelenteng Cheng Hong Lao dan kembali ke klenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan cap go meh).

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari perayaan Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien. Diartikan sebagai hari kelima belas. Cap berarti Sepuluh, Go berarti Lima, dan Meh berarti Malam.

Puncak ritual mulai digelar sekitar pukul 18.00. Dimulai dengan atraksi pemanggilan roh suci shen ren (Dewa) yang lebih dikenal dengan istilah tatung. Ini dilakukan di kelenteng Hok Kheng Tong, Leng Chun Keng, dan Sai Che Tien. Para tangki (orang yang melakukan atraksi tatung)  memanggil arwah dewa. Lalu arwah akan masuk ke tubuh mereka. Saat itulah tangki  (tatung) beraksi menusukkan tubuh mereka menggunakan benda tajam. "Tujuannya untuk mengusir roh dan arwah jahat di sekitar kita. Juga memohon perlindungn kepada para Dewa." (Romy)

09 February 2017

Persiapan Cap Go Meh di Jambi

JAMBI - Sudah menjadi tradisi kerja sama tiga kelenteng adakan kirab Malam Cap Go Meh, yaitu kelenteng Hok Kheng Tong, Sai Che Tien dan Leng Chun Keng Jambi merayakan Malam Cap Go Meh di Jambi.
Terlihat ketiga kelenteng sudah dipermak dengan aneka ukuran lampion dan warna warni umbul-umbul dari ketiga kelenteng demi menambah keindahan Malam Perayaan Cap Go Meh. Di Jambi perayaan Cap Go Meh selalu pada malam hari sesuai dengan sebutan Malam Cap Go Meh.

Agenda acara Cap Go Meh diawali barisan pembawa bendera merah putih, bendera kebesaran para roh suci, lampion, kursi tandu singasana para dewa (joli), liong dari kelenteng Leng Chun Keng, menuju ke kelenteng Sai Che Tien, setelah itu kedua kelenteng bergerak ke kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan Cap Go Meh), setelah berkumpul semua kelenteng, baru parade Cap Go Meh dimulai dengan iringan bendera pusaka, bendera atau umbul-umbul dari masing-masing klenteng, diikuti pembawa lampion, arak-arakan kursi tandu (joli) dari masing kelenteng melintasi rute Koni IV menuju Jalan Pangeran Diponegoro, terus nuju kelenteng Tiong Gie Tong di kawasan Sulanjana, selanjutnya ke MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Kelenteng Leng Chun Keng, lalu ke Kelenteng Cheng Hong Lao dan kembali ke MAKIN Kelenteng Sai Che Tien dan MAKIN Kelenteng Hok Kheng Tong (pusat perayaan cap go meh).

"Selain keliling kelenteng, mereka tatung juga masuk ke rumah-rumah warga Tionghoa untuk mendoakan tuan rumah agar mendapat rezeki dan kesehatan."

Puluhan roh suci “shen ren” akan berkumpul di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Hok Kheng Tong untuk mengikuti karvanal arak-arak para roh suci shen ren sepanjang jalan raya. Inilah merupakan tradisi umat Khonghucu atas jasa almarhum Presiden RI yang ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. (Romy)

* https://www.facebook.com/makinjambi

05 February 2017

Melirik Sembahyang Thi Kong di Hari ke 9 Imlek


 
JAMBI - Thi Kong atau Sembahyang Chue Kau atau biasa disebut Sembahyang Tebu biasa diaksanakan pada malam ke delapan memasuki malam ke sembilan Imlek setiap tahunnya. Tahun ini, sembahyang Thi Kong jatuh pada tanggal 4 Februari 2017, menjelang 5 Februari 2017 dimulai pukul 00.00 WIB hingga dini hari [Lihat Album: Sembahyang Thi Kong].
Sembahyang Thi Kong diakukan oleh seluruh warga Tionghoa dimuka bumi ini dilaksanakan di depan rumah masing-masing untuk mengingat  penguasa Dunia, Dewa Langit.  Didalam Agama Khonghucu, hari ke sembilan Imlek diyakini sebagai hari ulang tahun dewa Langit. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa untuk melakukan ritual sembahyang Thi Kong di depan rumah masing masing. Biasanya, masyarakat Tionghoa akan mempersiapakn meja sembahyang (altar) menghadap ke jalan dan ada yang melakukannya di loteng tingkat atas rumahnya.

Dari pantauan indochinatown.com, Minggu (5/2) dini hari saat itu, seluruh warga Tionghoa di perkampungan masyarakat tionghoa, di Jalan Koni 1 hingga Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, warga setempat  membakar Hio atau Gaharu Besar (dupa) di depan rumah masing-masing dan mempersembahakan berbagai macam makanan manisan dan aneka kue-kue.

"Beberapa makanan atau manisan diyakini memiliki makna dan akan memberikan berkah  bagi keluarga mereka, beberapa makanan yang biasa disajikan itu dipersembahkan untuk Dewa Langit," jelas Rohaniawan Matakin Kota Jambi, The Lien Teng.

Lanjutnya, berbagai sajian itu meliputi Thi Kue atau kue keranjang manis yang melambangkan agar kehidupan mereka di tahun baru Imlek (tahun Ayam Api)  ini akan selalu manis-manis. Sedangkan Jeruk , dalam bahasa Hok Kian sering disebut Kiat atau Kam yang mempunyai arti emas, jadi mengharapkan rezeki ditahun mendatang banyak mendapatkan Emas. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

02 February 2017

Ratusan Umat Khonghucu Jambi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She


JAMBI – Setelah enam hari perayaan Tahun Baru Imlek 2568 kongzili, ratusan umat Khonghucu di Kota Jambi silih berganti mendatangi Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kelenteng “Hok Kheng Tong” yang terletak di Jalan Koni IV, Rt. 02, depan pabrik Kopi AAA, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, kehadiran umat Khonghucu tersebut untuk untuk mengikuti prosesi upacara sembahyang bersama Sejit Roh Suci Shen Ren (baca dewa) “Cheng Cui Co She” Qing Shui Zu Shi atau yang lebih dikenal dengan nama sebutan “Co She Kong”, pada Kamis (2/2-2017).


Upacara sembahyang langsung dipimpin langsung Lim Tek Chong taoshe dari Tiongkok, upacara mulai dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.30 [Lihat Gambar: Prosesi Sembahyang Sejit Cheng Cui Co She].
Prosesi upacara terbagi dua tahap, yakni tahap pertama adalah sembahyang menghadap altar Tien (Tuhan), tahap kedua baru sembahyang di altar Roh Suci Shen Ren “Co She Kong. Tahap demi tahap diikuti oleh segenap pengurus kelenteng Hok Kheng Tong beserta para Lo Cu (panitia), semua prosesi dilakukan pengurus dengan, setengah jam kemudian, prosesi upacara kedua dilanjutkan didalam kelenteng, yakni di altar Co She Kong. Sebagaimana biasanya berbagai sesajen terbentang di atas meja segi empat berwarna merah, sesajian ada yang dibawa oleh masing-masing umat sendiri.

Seusai sembahyang tersebut, sesajen-sesajen yang ada di altar lalu dimasak, kemudian dimakan bersama. Tradisi makan bersama ini, menurut kepercayaan umat Khonghucu, “Dengan memakan makanan dari hasil sembahyang ulang tahun para Roh Suci Shen Ming, maka diri mereka akan mendapatkan perlindungan dari mahluk-mahluk yang berniat jahat”.

Co She Kong berasal dari Propinsi Hok Kian, Kabupaten Yong Chun, Tiongkok. Nama panggilan sehari-hari adalah Chen Zhao Ying (Hok Kian = Tan Ciao Eng). Beliau dilahirkan pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada zaman Dinasti Song (960-1279 M), dimasa Pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat.

Chen Zhao Ying mahir dalam bidang pengobatan dan mendatangkan hujan bagi penduduk di sekitar An Xi (An Hui) & Xia Men (E Meng). Beliau sering membantu penduduk yang miskin dalam masalah pengobatan dan suka menolong orang-orang membangun jembatan. Di dekat gua tempat beliau bertapa terdapat sumber air yang jernih, yang bernama Qing Shui Yan (Ching Cui Giam) yang berarti Cadas Air Bersih. Dengan air jernih dan meditasi di gua ini Chen Zhao Ying mengobati orang-orang yang meminta pertolongannya. (Romy)* https://www.facebook.com/makinjambi

29 December 2016

占碑狮仔殿孔教会庆祝母亲节

 
 
 
 
母亲恩重如山 孩儿难报母亲恩
坐落在第波尼科罗Koni IV 惹罗东的占碑狮仔殿孔教会 ,于12月25日上午,举行纪念母亲节活动. 出席者有:占碑省孔教最高理事会主席黄春回、印度尼西亚孔教妇女郑华玲主席 、占碑孔教会副主席胡玉志、占碑龙春宫孔教会林永祥、占碑义锋堂孔教会胡玉祥、占碑福神堂孔教会黄汉雄, 这次活动有孔教礼拜补习班的学生参与并为家长洗脚以报达母亲之恩及余兴节目。

  占碑狮仔殿孔教会郑建平致词说,今日是个伟大的日子,因为全世界的人沉醉在母爱的怀抱里,庆祝这伟大的母亲节。他说,母爱对我们的牺牲太大了,有时我们会遗忘掉,当母亲脸上的皱纹,可见到母亲老了,但母亲从来没有向我们要求什么,或要获得孩子们的同情,或要孩子们给予出国旅行的机会,反之她们想到的是孩子的生活起居和健康等的母爱关怀。

  黄春回致词说,母亲之恩是难报的,爱母亲比爱自己更重要,母爱是伟大的。我们的爱根本是不能与母亲的爱相比。希望在这母亲节,我们要能知恩报恩。

  节目最后也对孔教礼拜补习班学生颁发礼品,而圆满结束。
  学科报道/Romy供图

http://www.guojiribao.com/shtml/gjrb/20161229/300288.shtml

26 December 2016

Umat Khonghucu Jambi Merayakan Hari Ibu


JAMBI – Untuk kali pertama Kelenteng MAKIN Sai Che Tien Jambi  占碑獅仔殿孔教會 Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong KONI IV, Rt. 02, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jalutung, Kota Jambi mengadakan perayaan Hari Ibu 母親節. Untuk menyambut dan memeriahkan hari ibu yang jatuh pada tanggl 22 Desember, maka MAKIN Sai Che Tien adakan pada hari Minggu (25/12-2016) pagi, acara Hari Ibu kali ini diawali Lagu Indonesia Raya, selanjutnya Lagu Padamu Negeri, terus pambacaan Puisi oleh Siswa Sekolah Minggu Khonghucu, Pemberian Bunga kepada sang ibu tercinta, lalu mencuci kaki sang ibu dan memohon ampun kepada kedua orang tua, acara ditutup dengan aneka hiburan dari anak Sekolah Minggu (孔教礼拜补习班), terlihat beberapa ibu sempat menetiskan air mata [Lihat Foto: Kegiatan Hari Ibu].
Menurut Ketua Kelenteng MAKIN Sai Che Tien Jambi Darmadi Tekun (占碑獅仔殿孔教會郑建平主席) Hari ini adalah hari yang sangat special, karena hari ini merupakan hari dimana insan di seluruh dunia sedang mengenang atau menikmati kebersamaan dengan orang yang melahirkannya di atas dunia.  “Pengorbanan Seorang Ibu Yang Tulus Seringkali Kita Lupakan”, Kita jarang sekali melihat atau memperhatikan ibunda kita yang jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah tua, namun mereka tidak pernah mengeluh dan mengemis minta belas kasih dari sang anak-anaknya, apalagi mereka diajak jalan-jalan.

Ikut hadir dalam acara Hari Ibu,Ketua Perempuan Khonghucu Indonesia (Perkhin), Herwai (郑华玲主席),Wakil Ketua MATAKIN Jambi, Alex Sujanto 占碑孔教會副主席胡玉志, Pengurus MAKIN Leng Chun Kheng 占碑龍春宮孔教會林永祥,Pengurus MAKIN Gi Hong Tong 占碑義鋒堂孔教會胡玉祥, Pengurus MAKIN Hok Sin Tong 占碑福神堂孔教會黄汉雄, Pengurus MAKIN Hok Kheng Tong 占碑福慶堂孔教會李水連.

Salah satu poin penting dalam sambutan Ketua MATAKIN Provinsi Jambi Darman Wijaya (占碑省孔教最高理事會主席黄春回), mengatakan, Jasa-jasa ibu pada kita sungguh tak terhingga, kita tak akan bahkan tak mungkin kita bisa membalasnya, dan seberapa besar pun kita mencintai ibu kita, jika dibandingkan dengan cinta ibu kepada diri kita, maka kita akan menemukan bahwa cinta kita sebenarnya bukanlah apa-apa dibanding cinta dan kasih sayang ibu pada diri kita.!

Maka pada hari ini, pada hari ibu ini yang berbahagia ini, kita diharapkan bisa mengambil hikmah yang mendalam tentang pentingnya peranan ibu bagi kita, sosok yang tak tergantikan oleh siapapun, sosok yang selalu ada ketika kita membutuhkannya, sosok yang selalu rindu ketika kita melupakannya, sosok yang selalu memaafkan ketika kita berbuat salah padanya. Semoga hari ini menjadi momentum terbaik bagi kita untuk mengenang kembali jasa-jasa ibu sehingga kita bisa lebih menghargai beliau, lebih meng hormati beliau dan selalu untuk berbakti kepada beliau.

Acara diakhiri pembagian hadiah kepada siswa-siswi Sekolah Minggu Khonghucu yang berprestasi. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi

13 October 2016

Pernikahan Sukirman dan Lisa Di Kelenteng Sai Che Tien


JAMBI, Ayojambi.com - Sejak agama Khonghucu diakui pemerintah bersama agama lainnya, maka saat ini banyak umat Khonghucu Jambi melakukan pernikahan di Kelenteng-Kelenteng dan ini dapat dilihat saat pemberkatan pernikahan pasangan The Sun Kiet (Sudirman) putra bungsu dari Tn. The Lien Cai (Alm) dan Ny. Ng Chun Kui dengan Lie Siauw Me (Lisa) putri bungsu dari Tn. Lie Khai Guan dan Ny. TheKim Liek, dilakukan di Kelenteng Sai Che Tien Jambi, Rabu (12/10-2016) siang [Lihat Album: Pernikahan Sukirman dan Lisa].
Menurut Ketua Kelenteng Sai Che Tien Jambi, Darmadi Tekun yang sekaligus Ketua MATAKIN Kota Jambi, sampai saat ini sudah ada ratusan pasang pengantin yang menikah di Kelenteng Sai Che Tien di Jalan Koni IV, Rt. 02, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.

Pernikahan adalah pangkal peradaban sepanjang masa, pernikahan bermaksud memadukan dan mengembangkan benih kebaikan dari dua jenis manusia yang berlainan keluarga untuk melanjutkan ajaran para Nabi, keatas untuk memuliakan Firman Tuhan, mengabdi kepada leluhur dan kebawah untuk meneruskan keturunan, maka pernikahan itu bermakna sakral.

“Ini memang suatu hal yang menggembirakan bagi umat Khonghucu Jambi yang bukan pertama kalinya untuk umat khonghucu melangsungkan pemberkatan pernikahan di Kelenteng. Kalaupun ada umat yang ingin menikah di sini, kami sangat senang karena kami dapat melayani umat Khonghucu di Kelenteng,” kata Darmadi di Kelenteng usai pemberkatan pernikahan selesai, Rabu.

Jadi pasangan pengantin baik Sukirman maupun Lisa mengusung tema “Sinar Cinta dan Kasih Sayang Dewa Hok Hi Te Sien Telah Memberkati dan Mempersatukan Mereka Dalam Ikatan Pernikahan.”

Menurut Rohaniawan MATAKIN JAMBI, The Lien Teng, maksud dan tujuan perkawinan adalah:

Tugas suci dan mulia, manusia yang memungkinkan manusia melangsungkan sejarah dan mengembangkan benih-benih firman Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud kebajikan antara lain berupa cinta kasih, kebenaran, keadilan, kewajiban dan susila.

Adapun tujuan perkawinan menurut agama Khonghucu adalah untuk membentuk keluarga yang harmonis, damai dan bahagia.

Adat dan Upacara perkawinan yang dilakukan oleh umat Khonghucu tidak terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat Tionghoa keturunan maupun nilai-nilai agama yang mereka yakini keberadaannya.  Upacara perkawinan ini mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat membedakannya dengan masyarakat dan agama lain di Indonesia. (Romy)
* www.ayojambi.com/

15 September 2016

Perayaan Sejit Che Liong Kong Di MAKIN Leng Chun Keng Jambi


JAMBI, Ayojambi.com – Melirik Perayaan Sejit “Sun Peng Sing He yang lebih dikenal dengan sebutan Che Liong Kong” di Kelenteng Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Leng Chun Keng Jambi 龍春宮 yang terletak di Jalan Koni 1, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Kamis (15/9) pagi.
Sejit Che Liong Kong tepat pada Pwe Gwe Cap Go (lunar kalender) MAKIN Leng Chun Keng Kota Jambi, sekaligus mengadakan sembahyang Tiong Chiu “中秋節”, 15 bulan 8 tahun 2567 Kongzili yang jatuh pada 15 September 2016. Saat bulan purnama bersinar nan cemerlang di pertengahan musim gugur/rontok (Mid Autumn) dan dilakukan sembahyang syukur kepada Sun Peng Sing He 順平聖侯 dengan sajian khusus Tiong Chiu Pia dan aneka Kue lainnya.

Upacara suci dipimpin langsung oleh Lim Ze Cheng taoshe dari Tiongkok (中国道士林泽承). Selain menyambut perayaan Sejit Che Liong Kong, Kelenteng Leng Chun Keng juga adakan Kho Kun “Persembahan sesajian untuk para pengawal dewa-dewa”.

Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Sejit Che Liong Kong dilakukan, terlebih dahulu para pengurus kelenteng MAKIN Leng Chun Keng melakukan sembahyang Tie Kong (Tuhan) di altar depan kelenteng, adapun maksud sebahyang tersebut adalah meminta restu sekaligus pemberitahuan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tien), bahwa umatnya di Jambi hendak merayakan Tiong Ciu Cui dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. (Romy)
* www.ayojambi.com/

Perayaan Tiong Ciu Cie Di Kelenteng Hok Kheng Tong Jambi

JAMBI, Ayojambi.com - Salah satu tradisi yang masih dipertahankan masyarakat keturunan Tionghoa di Jambi adalah memperingati hari besar Tiong Ciu Cie 中秋节. Perayaan ini merupakan agenda tahunan dari Kelenteng Hok Kheng Tong 福慶堂 di Jalan Pangeran Diponegoro, Lorong Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (占碑埠哥尼區福慶堂庆祝中秋节).

Selain menyambut perayaan Tiong Ciu Cie, Kelenteng Hok Kheng Tong 福慶堂 juga melakukan kho khun (sembahyang persembahan) yang dilakukan setiap tahun, “Tiap tahun kita rayakan sembahyang Tiong Ciu Cue sekaligus melakukan kho khun“ ujar pengurus Makin Hok Kheng Tong 福慶堂 [Lihat Gambar: Prosesi Sembahyang Tiong CiuCue].
Acara perayaan Tiong Ciu Cie dimulai dengan melakukan sembahyang. Sembahyang dilakukan ini, tidak berbeda dengan sembahyang umumnya yang dilakukan masyarakat etnis Tionghoa kebanyakan.

Selain menyajikan berbagai buah-buahan, kue-kue dan daging babi sebagaimana sembahyang umumnya, pada perayaan kue bulan ini sengaja dipersembahkan kue bulan sebagai salah satu sesaji utama. Sedangkan perlengkapan sembahyang lainnya, tetap ada kertas sembahyang, garu (hio) dan lilin.

Usai pelaksanaan sembahyang kue bulan, perayaan Tiong Ciu di Kelenteng Hok Kheng Tong dilanjutkan dengan kegiatan hiburan karaoke serta makan bersama.

Sehari sebelumnya prosesi akbar perayaan Tiong Ciu Cue dilakukan, terlebih dahulu para pengurus Makin Kelenteng Hok Kheng Tong 印尼占碑省福慶堂孔教會 melakukan sembahyang didepan altar Tien (Tuhan), adapun maksud sebahyang tersebut adalah memberitahu sekaligus memohon ijin kepada sang pencipta alam semesta, bahwa umatnya di bumi hendak merayakan Tiong Ciu Cue dengan menyembahyangi Tai Im Niu Niu (Dewi Bulan) dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Prosesi upacara dipimpin langsung Rohaniawan dari Matakin Provinsi Jambi, The Lien Teng  (鄭連丁).

Tampak hadir dalam acara akbar tersebut diantaranya, Ketua MATAKIN Jambi, Darman Wijaya (占碑省孔教最高理事會主席黄春回) Ketua MAKIN Sai Che Tien, Darmadi Tekun (占碑省獅仔殿廟宇主席), Ketua Perkumpulan An Xi Jambi Alex Sujanto 占碑安溪公会胡玉志主席, Ketua Hok Liong Sai 福龍獅 serta beberapa pengusaha Bank di Jambi. (Romy)

25 August 2016

Melilik Upacara Sejit Huat Cu Kong Di Kelenteng Seng Too Kheng

JAMBI, Ayojambi.com - Suasana meriah sejak pagi hari langsung terasa ketika memasuki area Kelenteng Seng Too Kheng di kawasan Jalan Lingkar Timur, Kelurahan Payoselincah, Jambi Timur, kemarin (4/9). Umat Khonghucu tampak ramai melakukan ritual sembahyang (berdoa) di dalam kelenteng tersebut.
Suasana meriah sejak pagi hari langsung terasa ketika memasuki area Kelenteng Seng Too Kheng di kawasan Jalan Lingkar Timur, Kelurahan Payoselincah, Jambi Timur, kemarin (25/8-2016). Umat Khonghucu tampak ramai melakukan ritual sembahyang di dalam kelenteng tersebut.

Tanoto Kusumah, selaku ketua MAKIN Kelenteng Seng Too Kheng, mengatakan bahwa perayaan hari ulang tahun itu diadakan sekali dalam setahun, yang jatuh pada setiap tanggal 23 bulan ketujuh tahun Imlek (kongzeli). “Setiap tahun, pasti dirayakan pada tanggal dan bulan tersebut,” katanya.

Tujuan sembahyang, adalah memohon keselamat kepada Tien (Tuhan), “Kita memohon kepada Tuhan agar melindungi bangsa dan tanah air Indonesia dari segala bencana, keluarga sehat walaufiat, warga masyarakat sejahtera dan usaha lancar.” Imbuh Tanoto Kusumah diselah melayani umat Khonghucu yang baru tiba.

Roh suci Huat Cu Kong merupakan dewa utama di kelenteng itu yang terdiri atas tiga dewa, yakni dewa dengan muka merah, muka hitam, dan muka hijau. “dewa itu merupakan dewa yang ada di kelenteng itu,” katanya.

Prosesi sembahyang shen ming di kelenteng tersebut juga dilakukan tiga tahap. Pertama sembahyang dilakukan di altar utama kelenteng yang menghadap Tien (Tuhan), selanjutnya di dalam altar Huat Cu Kong dan terakhir sembahyang Kho Kun Ciong (sembahyang untuk para pengawal shen ming), kali ini upacara dipimpin rohaniawan dari Matakin Provinsi Jambi, The Lien Teng.

Sembahyang dilakukan pukul 09.00-13.30 WIB, dilanjutkan jamuan makan bersama, tidak ketinggalan diselingi hiburan karaoke.(Romy)* www.ayojambi.com/

30 July 2016

Foto-Foto Kerusuhan di Tanjung Balai

 
 
 
 
 
 
 
 
JAKARTA - Kerusuhan antar-warga pecah di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara, pada Jumat 29 Juli malam. Kerusuhan ini dipicu protes salah seorang warga terhadap suara pengeras suara di salah satu rumah ibadah di sana.

Sedikitnya delapan rumah ibadah hangus terbakar bersama sejumlah kendaraan dalam kerusuhan itu. Polisi pun mengamankan tujuh orang yang diduga melakukan penjarahaan saat kerusuhan terjadi.

Sementara seorang yang diduga sebagai pemicu bentrok, saat ini diamankan di Mapolresta Tanjung Balai bersama keluarganya. Rumah keluarga ini sempat didatangi massa yang geram.

Berikut foto-foto hasil liputan jurnalis iNews Ulil Amri di lokasi kejadian:

http://news.okezone.com/read/2016/07/30/340/1450761/ini-foto-foto-kerusuhan-di-tanjung-balai

Kerusuhan di Tanjung Balai, Polisi Amankan 7 Orang

MEDAN - Polisi mengamankan tujuh warga yang melakukan penjarahan dalam kerusuhan di Kota Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016) malam.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting di Medan, Sabtu (30/7/2016), mengatakan, tujuh warga tersebut ketahuan mengambil manfaat dengan mengambil barang milik warga lain ketika kerusuhan berlangsung sejak Jumat malam hingga Sabtu dini hari.
Ketujuh penjarah tersebut langsung diamankan ke Mapolres Tanjungbalai untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, termasuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, Kombes Rina Sari belum menyebutkan identitas dan langkah lanjut yang akan dilakukan terhadap tujuh penjarah tersebut.

Pihak kepolisian terus menyiagakan personel di berbagai lokasi untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan susulan atau tindak kejahatan lain yang merugikan masyarakat.

Pihak kepolisian juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi agar kerusuhan itu tidak berlanjut.

Menurut dia, pihak kepolisian dan pemerintah daerah setempat telah menyepakati pertemuan untuk membahas kerusuhan tersebut.

Selain unsur pemerintah dan Kementerian Agama, pertemuan itu juga melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan etnis, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tanjungbalai.

Sebelumnya, terjadi kerusuhan di Kota Tanjungbalai yang menyebabkan sembilan rumah ibadah umat Buddha rusak.

http://jambi.tribunnews.com/2016/07/30/kerusuhan-di-tanjung-balai-polisi-amankan-7-orang
* www.ayojambi.com/

Suara Adzan Diprotes, Warga Bakar Vihara dan Kelenteng di Tanjung Balai

WowKeren.com - Sebuah kerusuhan yang melibatkan konflik antar beragama terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Sabtu (30/7) dini hari, sekitar 10 rumah ibadah dirusak oleh warga yang mengamuk.
Berdasarkan penuturan seorang saksi mata, peristiwa itu bermula dari protes warga. Seorang wanita yang tinggal dekat Masjid Al Maksum di Jl. Karya mengeluh lantaran suara adzan maghrib yang dikumandangkan pengeras suara masjid.

Tak terima dengan protes itu, warga terutama jemaah masjid langsung mendatangi rumah wanita tersebut dan hampir saja membakarnya. Namun aksi itu berhasil digagalkan pihak kepolisian. Petugas kemudian mengamankan wanita dan suaminya dari amuk massa.

Namun, tak berhenti sampai disitu, warga justru bergerak ke vihara dan kelenteng di wilayah itu. Sejumlah rumah ibadah tersebut lalu menjadi sasaran amuk masa. Mereka melempari batu dan juga melakukan pembakaran.

Berdasarkan data terbaru, sedikitnya ada 10 vihara dan kelenteng serta satu 1 yayasan sosial yang dirusak. Tidak hanya itu, Kapolres Tanjung Balai AKBP Ayep Wahyu Gunawan mengungkap massa juga merusak sejumlah mobil.

"Selain itu, juga ada sejumlah mobil rusak. Kita sudah mediasi dengan tokoh-tokoh agama. Kita juga sudah lakukan pengamanan. Untuk korban tidak ada. Kita tetap melakukan pengamanan. Situasi sudah kondusif," ujar Ayep dilansir dari Detik.

Sementara itu, saat ini pihak kepolisian tengah mengusut kasus tersebut. Mereka juga akan menginvestigasi pihak-pihak yang terlihat dalam kerusuhan. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian diperkirakan mencapai miliaran rupiah. (wk/kr)

http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00119581.html
* www.ayojambi.com/

Kerusuhan Berbau SARA Pecah di Kota Tanjungbalai, Rumah Ibadah Dirusak


TANJUNGBALAI, POTRETNEWS.com - Kerusuhan bernuansa suku agama ras dan antargolongan (SARA) terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (29/7/2016) malam. Sejumlah vihara dan kelenteng dibakar dan dirusak massa yang mengamuk.
Berdasarkan informasi dihimpun, aksi anarki terjadi sekitar pukul 23.00 WIB. Kejadian ini dipicu emosi warga terhadap sikap pasangan suami-istri di Jalan Karya, Tanjungbalai. Ribuan orang turun ke jalan setelah mendengar adanya kabar keluarga itu disebutkan melarang kumandang azan dari Masjid Al Makhsun.

Massa dilaporkan sempat mendatangi kediaman pasutri itu. Namun jawaban yang diterima membuat massa semakin emosi. Rumah dirusak dan dilempar bom molotov. Kedua pasutri langsung diamankan petugas kepolisian.

Jumlah massa semakin banyak. Mereka bergerak ke rumah ibadah di Jalan Asahan-Tanjungbalai. Sekurangnya 5 unit bangunan vihara dan klenteng dirusak. Perusakan dan pembakaran peralatan di rumah ibadah itu pun terjadi.

Polisi melansir, massa melakukan pembakaran terhadap isi dari 1 unit Vihara dan 3 unit klenteng 3 unit mobil, 3 unit sepeda motor dan 1 unit betor di Pantai Amor; merusak barang-batang 1 unit klenteng di Jalan Sudirman, merusak barang-barang dalam 1 unit klenteng dan 1 unit praktik pengobatan Tionghoa serta 1 unit sepeda motor di Jalan Hamdoko; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan KS Tubun dan 1 unit bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri; membakar barang-barang dalam 1 unit vihara di Jalan Imam Bonjol, merusak isi bangunan Yayasan Sosial dan merusak 3 unit mobil di Jalan WR Supratman, merusak pagar vihara di Jalan Ahmad Yani, membakar barang-barang yang ada dalam 1 unit klenteng di Jalan Ade Irma.

"Jenis barang-barang yang dibakar maupun yg dirusak massa di dalam Vihara dan Kelentang itu berupa peralatan sembahyang seperti dupa, gaharu, lilin, minyak dan kertas, meja, kursi, lampu, lampion, patung Budha, dan gong," kata Kabid Humas Polda Sumut AKBP Rina Sari Ginting, Sabtu (30/7/2016).

Kondisi keamanan di Kota Tanjungbalai mulai terkendali setelah ratusan personel Brimob Asahan membubarkan kerumunan. Warga yang masih berada di luar rumah diminta menghentikan penyisiran rumah ibadah. ***

http://www.potretnews.com/berita/baca/2016/07/30/kerusuhan-berbau-sara-pecah-di-kota-tanjungbalai-rumah-ibadah-dirusak
* www.ayojambi.com/

Ini Data Rumah Ibadah yang Dibakar Saat Bentrok Warga di Tanjungbalai

Jakarta - Sejumlah vihara dan kelenteng dirusak dan dibakar warga saat terjadi bentrok di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut) pada Sabtu (30/7) dini hari. Sedikitnya 10 vihara dan klenteng serta 1 yayasan sosial dirusak.

Berdasarkan informasi yang diperoleh detikcom, Sabtu (30/7/2016), ke-10 rumah ibadah dan 1 yayasan sosial tersebut berlokasi di Kecamatan Tanjungbalai Selatan, Kota Tanjungbalai. Dilaporkan juga ada 8 unit kendaraan roda 4 yang dibakar.
Tak ada korban jiwa akibat kejadian. Namun kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Kejadian ini berawal ketika sejumlah warga tak terima dengan aksi salah seorang warga yang memprotes pengeras suara di Masjid Al Maksum. Selanjutnya mereka pada Sabtu (30/7) sekitar pukul 00.45 WIB membakar vihara di Kodya Tanjung Balai.

Saat ini situasi sudah kondusif, massa yang diperkirakan berjumlah ribuan orang sebagian telah kembali ke rumah masing-masing. Dalam mengantisipasi kejadian serupa, saat ini setiap vihara dan kelenteng telah dijaga aparat TNI dan Polri.

"Selain itu, juga ada sejumlah mobil rusak. Kita sudah mediasi dengan tokoh-tokoh agama. Kita juga sudah lakukan pengamanan. Untuk korban tidak ada. Kita tetap melakukan pengamanan. Situasi sudah kondusif," kata Kapolres Tanjungbalai AKBP Ayep Wahyu Gunawan kepada detikcom, Sabtu (30/7).

Berikut daftar rumah ibadah dan panti sosial yang menjadi korban amuk warga:

1. Vihara Tri Ratna di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
2. Vihara Avalokitesvara di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
3. Kelenteng Dewi Samudra di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
4. Kelenteng Ong Ya Kong di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
5. Kelenteng Tua Pek Kong di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
6. Kelenteng Tiau Hau Biao di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
7. Kelenteng Depan Kantor Pengadaian di Jalan Sudirman, Kelurahan Perwira, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
8. Kelenteng di Jalan MT Haryono, Kelurahan Perwira, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
9. Kelenteng Huat Cu Keng di Jalan Juanda, Kelurahan TB Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
10. Kelenteng di Jalan Juanda, Kelurahan TB Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
11. Yayasan Sosial di Jalan Mesjid, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.

http://news.detik.com/berita/3264873/ini-data-10-rumah-ibadah-yang-dibakar-saat-bentrok-warga-di-tanjung-balai* www.ayojambi.com/

01 June 2016

Ribuan Umat Khonghucu Menghadiri Sejit Hook Hie Te Shien


JAMBI, Ayojambi.com - Perayaan sejit Nenek Moyang Manusia di Tiongkok dirayakan oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien. Perayaan Nenek Moyang Manusia yang bernama Fu Xi “伏羲” di Sai Che Tien Jambi boleh dibilang paling ramai dikunjungi [Lihat Album : Umat Khonghucu Menghadiri Sejit Hook Hie Te Shien].

Saat memasuki kawasan gerbang kelenteng Makin Sai Che Tien, sayup-sayup terdengar suara gendrang diiringi irama suling, suara rohaniawan Taoshe (Sai Kong)  yang tengah membaca So Bun (sejenis surat pemberitahuan) yang dibacakan oleh Lim Tek Chong Taoshe yang sengaja datang dari Tiongkok (China) 伏羲是華人的始祖.
Suasana dalam kelenteng, kilauan sinar dari pancaran lilin-lilin merah menambah keindahan kelenteng yang mayolitas berwarna merah, selain itu aroma wewangian dari gaharu/ hio yang dinyalakan umat Khonghucu.

Dihalaman depan dan samping kiri kanan kelenteng ratusan umat tengah menyaksikan atraksi barongsai dari perkumpulan Hok Liong Sai Jambi, turut menyemarakan acara hari ulang tahun sin beng “Hook Hie Te Shien” yang biasa disebut Fu Xi, selain merayakan haur sin beng, ada juga ritual mempersembahkan sesajian kepada pengawal dewa maupun arwah-arwah (Kho Kun).

Dari pantauan di kelenteng Sai Che Tien, sejak pukul 09.00 pagi umat Khonghucu silih berganti berdatangan ke Klenteng Sai Che Tien yang terletak di Jalan Koni IV, Rt. 02, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, ada yang sengaja membawa berbagai sesajian dari rumah. Ada sekitar 1000 umat Khonghucu yang hadir, tidak hanya dari Kota Jambi, juga beberapa kabupaten di Provinsi Jambi. Pagi harinya, umat menumpukkan kertas sembahyang yang kemudian dibakar bersama-sama dengan teng lau yang dibuat oleh Liem Tek Chong Taoshe. Ritual dimulai dengan melakukan sembahyang Tien (Tuhan red)  dihalaman depan pintu masuk kelenteng. Sembahyang berlangsung hingga satu jam dengan melantunkan doa-doa.

Ritual lalu dilanjutkan dengan sembahyang sin beng Hook Hie Tee Shien yang digelar di dalam kelenteng. Ini bertujuan untuk memohon doa serta mengundang beberapa sin beng (baca dewa-dewa) untuk datang pada acara tersebut. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan membakar kertas sembahyang yang telah disediakan. Setiap daerah prosesi ritualnya berbeda-beda namun tujuan tetap sama yaitu memohon pelindungan dari sang pencipta alam semesta (Tien) dan para sin beng maupun leluhur.

Menurut Darmadi Tekun, Ketua Makin Sai Che Tien Jambi, tahun ini lebih ramai dari tahun kemarin “Tahun ini meludaknya warga datang sembahyang Hari Ulang Tahun Fu Xi.” Tambah Darmadi Tekun, Fu Xi adalah nenek moyang masyarakat Tionghoa di Tiongkok, beliau yang pertama dititis sebagai Shen Ren (Dewa) bersama Nu Wa.

Fu Xi/ Hook Hie Te Sien yang menciptakan Xian Tian Ba Gua atau alat yang lazim digunakan oleh para ahli feng shui dan Yin Yang yang ditulis dalam kitab San Fen (tiga makam), beliau juga pencipta obat-obat.

Selain itu Fu Xi juga mengajarkan rakyat untuk memasak, menangkap ikan dengan jala, dan untuk berburu dengan senjata yang terbuat dari besi.

Acara diakhir jamuan makan bersama di aula kelenteng Sai Che Tien Jambi. (MultiMedia)
* www.ayojambi.com/